Jam sudah menunjukkan pukul empat sore,dan dua orang itu masih berada di laboratorium hanya untuk menyelesaikan tugas mereka yang belum selesai."Maaf Kak, gara-gara aku,Kak Liam jadi nggak boleh pulang"ucap Levina dengan tulis
"Tidak masalah,aku sudah terbiasa pulang larut saat waktu pelajaran kimia,kamu tau sendiri kan"ucap Liam dengan santai, Levina mengangguk. Sambil menyelesaikan tugasnya,ia tak ingin kejadian tadi terulang kembali.
Jam setengah lima sore, mereka baru pulang, suasana sekolahan sudah sangat sepi hanya tinggal beberapa anak OSIS saja yang tersisa. Tapi entah kenapa Levina bisa mendengar suara berisik disini, seperti suara tertawa,menangis dan berteriak dari anak kecil.
"Levina---"panggilan dari pria disampingnya membuat Levina langsung menghilangkan pikiran negatif tentang hantu disekolah ini.
"Kak Liam,ada apa?"tanya Levina
"Kamu pulang sendiri?"tanya Liam. Levina mengangguk,tak ada sedikitpun senyuman diwajahnya.
Tiba-tiba Emma yang sudah memakai pakaian santai mendatangi mereka. Dengan wajah yang terlihat marah.
"Kenapa kamu sama dia"ucap Emma sambil menatap Levina yang menunduk.
"Aku udah bilang kan kalau kita ada tugas"ucap Liam,gadis itu menatap sebal Levina. Karena merasakan tatapan itu Levina berniat undur diri.
"Aku duluan ya Kak"pamit Levina
"Serius---
"Iya, permisi"ucap Levina, segera ia berlari meninggalkan sepasang kekasih itu.
"Kamu ada apa sih sama adik kelas itu"ucap Emma dengan nada kesal.
"Enggak ada apa-apa,tadi cuma ada tugas kimia"ucap Liam,gadis didepannya terdiam,ia tau akan lama untuk membujuk Emma agar tidak marah seperti saat ini.
"Jangan marah gitu dong, sekarang kita ke rumah aku,terus ke Starbucks berdua, gimana"bujuk Liam,pada Emma, bisa dipastikan ia tak akan tidur dengan nyenyak jika Emma masih marah padanya.
"Hmm,yaudah"ucap Emma. Pria itu bersyukur, jika Emma masih bisa dibujuk.
****
Levina berjalan menuju rumah nya, karena tugas ia harus pulang selarut ini. Dan sialnya tidak ada kendaraan yang lewat pada akhirnya ia harus berjalan kaki.
"Kakak--------"baru setengah jalan, tiba-tiba Levina mendengar suara yang memanggilnya. Sebenarnya ia takut saat seperti ini,mungkin yang memanggilnya bukanlah manusia.
Levina menengok kebelakang,dan ternyata gadis kecil yang wajahnya tertutupi oleh rambut panjang nya.
Levina pun mendekatinya."Dek, kenapa disini ini kan udah mau malam"ucap Levina
"Anterin aku pulang Kak---"ucap gadis kecil itu
"Rumah kamu dimana?"tanya Levina,ia tak bisa dengan jelas melihat wajahnya,gadis itu menunduk dan seperti memakan sebuah permen. Entahlah Levina tak tau itu.
Gadis itu langsung menarik tangan Levina,dan mengajaknya pergi, yang Levina sendiri tidak tau kemana tujuannya.
Levina dibawa masuk kedalam sebuah komplek perumahan yang terlihat sangat sepi. Mungkin karena sudah memasuki malam. Pikir Levina.
"Makasih ya Kak.."suara gadis itu membuyarkan lamunan Levina. Levina hendak menjawab namun gadis kecil itu menatap Levina.
Wajah nya pucat,darah mengalir dari mulut nya dan yang seperti permen tadi adalah, tangan dari gadis itu sendiri yang ia makan.
Levina melepaskan tangannya dari gadis itu,dan disini memang komplek,tapi bukan komplek perumahan melainkan pemakaman.Dengan cepat ia berlari sampai rambut pirangnya berantakan tapi Levina tak perduli,ia benar-benar dijebak oleh makhluk astral disini.
*******
Malam itu Levina berdiam diri di kamarnya, ia masih mengingat hantu anak kecil tadi. Benar-benar menyeramkan.
"Andai saja tadi aku menerima tawaran Kak Liam,mungkin tadi nggak bakal terjadi"ucap Levina tanpa sadar.
Senyuman merekah diwajahnya saat mengingat saat senior nya itu menolongnya saat cairan kimia mengenai tangannya. Levina memandangi pergelangan tangannya. Sudah membaik.
Ia memejamkan matanya dan bayangannya yang akan terjadi besok ,sudah ada didalam otaknya.
"Darah.."ucapnya.
Bersambung..
Vote comments ya,hargai author ya please 😥😥😥
KAMU SEDANG MEMBACA
Levina
FantasyMATURE CONTENT 18+ Horror + fantasy "Aku pernah kehilangan cinta ku dan menemukan nya lagi, lantas apa sekarang aku harus kehilangan ragaku" ~Levina~