Malam itu jalanan sangat ramah, tak heran hal itu membuat Liam dan juga Levina terjebak macet, padahal jam sudah menunjukkan hampir pukul sembilan malam."Bagaimana pekerjaan kamu hari ini?"tanya Levina, yang memecahkan keheningan diantara dirinya dengan Liam.
"Seperti biasa, aku selalu berhasil menyelesaikan pekerjaanku dengan baik"ucap Liam dengan bangga. Levina mengangguk-angguk,memang inilah aktivitas mereka saat bertemu setelah bekerja seharian. Saling bertanya dan tentunya saling memberi dukungan.
"Oh ya tadi ada salah satu perawat yang meninggal"ucap Levina.
"Kenapa bisa?"tanya Liam, dengan mata yang masih fokus pada jalanan yang dipenuhi kendaraan.
"Sedih ceritanya, jadi dia hanya ingin cek kondisi salah satu pasien yang sakit karena virus,dia ambil darah dari pasien itu, sebenarnya darah itu sangat dilarang untuk terkena ke orang yang sehat, tapi pasien itu berontak saat darah nya diambil dan akhirnya darah orang itu masuk ke tubuh perawat lewat suntikan"jelas Levina dengan serius,namun tiba-tiba Liam menggenggam erat tangan Levina.
"Beberapa hari kemudian perawat itu sakit, kondisinya semakin parah dan meninggal"Levina melanjutkan ceritanya.
Liam terdiam seketika setelah mendengar cerita Levina, hampir setiap hari ia dibuat seperti ini oleh Levina karena cerita-cerita Levina yang menyedihkan dan juga menyeramkan, karena ia tau jika Levina memiliki kelebihan khusus untuk melihat mereka yang tak terlihat."Aku takut itu terjadi ke kamu"ucap Liam
Levina tertawa mendengarnya. Dan itu membuat Liam menatapnya tajam.
"Kenapa tertawa, aku serius Levina"ucap Liam, dan seketika Levina menghentikan tawanya.
"Aku tidak mau kehilangan kamu dengan alasan konyol seperti itu,lagi pula kenapa dulu kamu harus jadi dokter"ucap Liam, nada nya terdengar marah tapi Levina tau, jika pria itu mengatakan hal demikian semata-mata karena ia menyayangi Levina.
Levina menggenggam tangan Liam.
"Kamu tenang saja, itu tidak akan terjadi"ucap Levina pelan.
"Kau berjanji kan"ucap Liam, Levina mengangguk lalu menyandarkan kepalanya di bahu Liam.
Lampu lalu lintas berubah menjadi merah dan artinya pengendara harus berhenti.
"Aku tau aku egois, seharusnya aku tidak melakukan ini karena aku sudah memiliki Riana, tapi aku mencintaimu"ucap Liam, sambil mengecup pucuk rambut Levina.
Tanpa sadar Levina meneteskan air mata, sebenarnya ia merasa bersalah jika harus seperti ini, mencintai orang yang sudah bersama Kakaknya, tapi ia yakin bahwa cinta tidak pernah salah. Ya itu menurutnya.
"Don't worried I always with you"ucap Levina
"I feel so happy if you with me forever"ucap Liam, kembali ia mengecup kening Levina.
Malam itu Riana dalam perjalanan pulang, setelah seharian menghabiskan waktunya di butik miliknya, pekerjaan nya sebagai perancang busana memang akan menguras waktu tapi nyatanya Riana nyaman seperti ini.
Mobil milik nya terpaksa berhenti saat rambu lalu lintas menunjukkan lampu merah.
"Hampir jam sembilan"ucap Riana setelah melirik jam tangannya. Riana kembali melihat kedepan dan.
"Itu bukan nya mobil milik Liam"ucap Riana, ia melihat mobil di depannya, dan tak salah lagi hanya sang suami yang bisa membeli mobil mahal itu. Riana melihatnya namun ada yang aneh, ia seolah melihat seorang wanita ada didalam mobil itu.
Riana memajukan mobilnya agar sejajar dengan mobil yang ia yakini milik sang suami. Riana agak susah melihat isi mobil itu karena kaca hitam mobil itu.
Riana membuka kaca mobil nya,dan mencoba melihat isi dalam mobil itu,ada seorang wanita yang bersandar di bahu sang suami.
"Levina"ucap Riana
Bersambung..
Duh gimana tuh ya😯🤐
Sebenarnya aku tuh mau rehat dulu karena abis di tegur pihak wattpad karena kesalahan di salah satu cerita ku yang udah ku hapus sedih sih😭😭
Gimana enaknya berhenti atau lanjut??
KAMU SEDANG MEMBACA
Levina
FantasyMATURE CONTENT 18+ Horror + fantasy "Aku pernah kehilangan cinta ku dan menemukan nya lagi, lantas apa sekarang aku harus kehilangan ragaku" ~Levina~