16.Ingin memiliki status

1.3K 61 13
                                    

Riana membuka kaca mobil nya,dan mencoba melihat isi dalam mobil itu,ada seorang wanita yang bersandar di bahu sang suami.

"Levina"ucap Riana.

Lampu berubah hijau ,mobil milik Liam mulai melaju dengan kecepatan yang lumayan tinggi, dan membuat Riana harus bersusah payah untuk mengejarnya

Dan benar mobil itu menuju rumah mereka.

"Apa jadi malam-malam begini Liam, menjemput Levina di Rumah Sakit"ucap Riana tak percaya.

*******

Levina turun dari mobil Liam, ia menatap rumah megah dihadapannya, sebenarnya ini bukan rumah Levina ataupun Riana,ini adalah rumah milik Liam. Sialnya Levina harus tinggal bersama mereka karena kedua orang tua yang lebih mementingkan pekerjaan nya dari pada anak mereka.

"Ayo masuk"ajak Liam,Levina mengangguk mereka memasuki rumah itu.

Baru saja masuk rumah mereka sudah disambut gadis kecil yang mengenaskan dengan rambut pirang dan kulit putih.

Liam menggendong anak itu. Dia adalah Lily anaknya bersama Riana.

"Sudah malam dan kau belum tidur baby"ucap Liam, gadis kecil itu menggeleng,memang Lily lebih dekat dengan sang ayah nya dari pada dengan ibunya, tentu karena pekerjaan Riana yang lebih menyibukkan diri dengan pekerjaan nya.

Levina menatap Liam yang sedang bercanda dengan sang anak , andai saja Levina yang berada di posisi Riana.

"Kalian pulang bersama"ucap Riana yang ada di belakang mereka. Levina melihat kebelakang nya dan benar saja Riana sudah datang.

"Apa salahnya Levina tidak membawa mobil"ucap Liam

"Kenapa Lev, Kakak udah beli mobil buat kamu,kenapa kamu masih mengandalkan Liam"ucap Riana yang terdengar tidak suka jika Liam mengantar jemput Levina.

Mendengar ucapan Riana yang terdengar di telinga seisi rumah, para maid yang bekerja di rumah itu datang untuk mengambil Lily. Seperti biasanya.

"Kenapa kamu selalu membesarkan masalah, hanya karena aku menjemput Levina kamu berkata seperti itu"ucap Liam, yang tentu tidak suka dengan perkataan Riana.

"Apa kau lupa, dengan keadaan waktu itu bukannya aku sudah berkata---

"Sudahlah Riana!kau memang berbeda tidak seperti dulu!"ucap Liam, tak ingin semakin bertengkar dengan Riana, Liam segera pergi dari tempat itu.

"Aku belum selesai bicara---

"Aku lelah Riana!"putus Liam,ia kembali melangkah menaiki satu persatu anak tangga menuju kamarnya.

Riana menatap Levina.

"Levina mulai besok kau lebih baik membawa mobil sendiri!"tegas Riana, yang hanya diiyakan oleh Levina. Levina pun memilih untuk pergi ke kamarnya mengikuti langkah kaki Liam.

Saat hendak ke kamar, Levina mendengar teriakan Lily. Tak ingin terjadi apa-apa, Levina langsung masuk ke kamar Lily.

Lily terlihat ketakutan saat seorang wanita yang sedang memakai gaun hitam, rambut panjang dan wajah mengerikan berdiri dihadapan Lily. Levina langsung menghampiri Lily dan merengkuh tubuh gadis kecil itu.

"Kamu siapa"ucap Levina

"Kakak mu pembunuh----"makhluk itu berkata demikian dan hilang bersama asap berwarna putih.

Lily menangis dalam pelukan Levina.

"Aku takut"ucap Lily

"Kita tidur di kamar Auntie ya"ucap Levina, Lily mengangguk, Levina menggendong gadis kecil itu sambil memikirkan apa yang baru saja ia dengar. Riana pembunuh. Apa maksud nya.

*****

Levina membuka kamar dan mendapati Liam yang tengah berbaring dengan bertelanjang dada. Dan selimut menutupi kakinya

"Kamu tidur disini"ucap Levina, Liam melihat Levina yang sedang menggendong anaknya.

"Kenapa Lily kemari?"tanya Liam, Levina menurunkan Lily agar gadis itu bisa memeluk sang ayah.

"I'm afraid, daddy"ucap Lily, Liam mengelus rambut pirang sang putri.

"Why?, What make you afraid,baby?" tanya Liam

"Tadi Lily melihat sesuatu"ucap Levina

Liam mengangguk paham, ia tak ingin membicarakan hal ini lagi yang tentu membuat Lily semakin takut.

"Kau tidur saja disini"ucap Liam, pada Lily ,ia memposisikan tubuh Lily agar nyaman untuk tidur.

"Aku mandi dulu ya"ucap Levina

"Apa kamu tidak ingin bersama ku"ucap Liam, Levina menggeleng sambil menatap kearah Lily yang mencoba untuk tidur.

"Kamu sudah mandi?"tanya Levina, Liam mengangguk.

"Tentu saja sudah"ucapnya,ia turun dari ranjang dan Levina tau jika pria itu hanya mengunakan celana boxer ketat yang memperlihatkan keperkasaan nya, berontak ingin keluar.

Pipi Levina memerah melihatnya, padahal sering ia melihat pria itu sedang telanjang dada dengan perut kotak-kotak layaknya roti sobek, namun kenapa pipinya selalu saja merona malu.

"Kenapa malu baby"ucap Liam,sambil memegang pipi Levina.

"Lebih terlihat menggemaskan saat malu seperti ini"ucap Liam, lagi-lagi Levina harus dibuat menahan malu saat mendengar setiap kata yang Liam ucapkan. Dan lebih baik Levina bertanya sesuatu pada Liam,dari pada harus dibuat malu seperti ini.

"Aku ingin bertanya sesuatu"ucap Levina

"Apa?"ucap Liam

"Mau sampai kapan hubungan kita seperti ini"ucap Levina

"Aku ingin memiliki status seperti Kak Riana,aku ingin seperti Kak Riana yang menjadi istri mu"entahlah keberanian dari mana hingga Levina berkata demikian.


Bersambung..

Dah lama gak up

Dan maaf absurd

BTW vote comment for fast up

LevinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang