Levina menatap wajah nya dari cermin yang berada di kamar mandi,wajahnya semakin hari semakin pucat dan lebih tirus dari pada dulu, berat badan nya pun turun drastis.
Levina menghembuskan nafas pasrah. Ia tau, mungkin sisa hidupnya tidak akan lama lagi meski ia ingin hidupnya lebih lama lagi agar bisa terus bersama Liam. Namun mungkin takdir belum berpihak padanya.Levina membersihkan tangan nya terlebih dahulu sebelum ia keluar untuk ke kamar nya bersama Liam.
Levina keluar dari kamar mandi, ia melihat sang suami yang sudah tertidur pulas. Levina tersenyum dan menghampiri nya.
Levina kembali tersenyum saat ia bisa dengan jelas menatap wajah Liam yang tertidur pulas.Levina berbaring di samping nya, senyuman Levina tidak pernah hilang saat wajah Liam, berada tepat di depan nya. Tangan Levina bergerak mengusap rambut, pria yang kini telah menjadi suaminya setelah sekian lama.
"Kalau saja Tuhan mau mengabulkan doa ku, aku hanya ingin berdoa agar aku bisa tetap berada di antara keluarga kecil kita" Levina berucap dari dalam hatinya. Andai saja Tuhan bisa mengabulkan doa nya saat itu juga. Andai.
Levina memeluk erat Liam, hanya ini yang bisa Levina lakukan dan inginkan, berada di pelukan orang yang ia cintai, untuk menghabiskan sisa-sisa hidupnya, yang bisa berakhir kapan saja.
Liam membuka mata nya saat merasakan eratnya sebuah pelukan. Ia tersenyum bahagia saat mendapati Levina yang memeluk nya.
"Kamu belum tidur?"tanya Liam, Levina mengangkat kepala nya agar bisa menatap Liam.
" Maaf aku mengganggu tidurmu"ucap Levina dengan nada bersalah.
"Tidak, tidak mengganggu"ucap Liam, Levina kembali memeluk Liam, sambil menikmati aroma tubuh suaminya itu.
"Geli sayang"ucap Liam, yang sudah merasa geli karena aksi Levina.
"Aku suka aroma parfum kamu"ucap Levina, Liam tersenyum lalu membalas pelukan Levina dengan gemas.
Baik Liam ataupun Levina, benar-benar menikmati saat ini, saat-saat yang mungkin tidak akan ada lagi nantinya.
"Aku pikir, semakin hari, semakin aku mencintaimu"ucap Liam, Levina tersenyum di balik pelukan Liam.
" Dan semakin hari, semakin aku tidak ingin pergi dari kamu"ucap Levina dari dalam hati.
"Aku akan berusaha mencari pengobatan mu"ucap Liam
" Itu mustahil, kamu tau kan tentang penyakit ini, belum ada obatnya"ucap Levina
"Iya, tapi aku membaca sebuah artikel, ada dua orang yang berhasil sembuh"ucap Liam dengan yakin.
" Penyakit ku sudah parah, aku tidak yang jika aku bisa sembuh"ucap Levina lirih namun terdengar oleh Liam.
Liam meraih wajah Levina, dapat ia lihat jika kini Levina semakin kurus karena penyakit sialan ini.
"I know but , I can't.. I can't lose you again and again.. I can't"ucap Liam dengan tulus. Levina tersenyum , kata itu juga mewakili dirinya.
" I just wanna say that I love you, I can't stop it"ucap Levina , Liam memeluk erat tubuh Levina. Ia harap usaha nya untuk mencari pengobatan untuk Levina , bisa berhasil, sungguh ia tak bisa kehilangan Levina untuk kesekian kalinya.
Bersambung..
Up nya pagi banget gini, karena aku tuh gak punya paketan dan cuma ada midnight quota aja🥺🥺💔
Jadi vote comment yaaFollow my IG:aszarahrisca2020
🙏🏻😊💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Levina
FantasyMATURE CONTENT 18+ Horror + fantasy "Aku pernah kehilangan cinta ku dan menemukan nya lagi, lantas apa sekarang aku harus kehilangan ragaku" ~Levina~