Pagi itu cerah namun tidak secerah hati beberapa orang.
Pagi itu juga Liam, mendatangi alamat rumah Levina, yang Levina berikan tadi malam.Tak lama, mobilnya berhenti di depan sebuah rumah. Pria itu langsung turun. Tak sabar ia untuk kembali berjumpa dengan Levina.
Namun saat hendak mengantuk pintu, ternyata Aline sudah membuka pintu dengan penampilan yang sudah rapi.
"Liam, ada apa kok pagi-pagi ke sini?"tanya Aline dengan ramah.
"Levina ada?"tanya Liam. Aline yang tadinya tersenyum, kini berubah menjadi murung.
"Levina tidak ada disini"ucap Aline. Liam menatap Aline, bukannya ini rumah Levina tapi kenapa Levina tidak ada, apa Levina membohongi nya.
"Kalau ingin bertemu dengan nya, mari ikut"ucap Aline, Liam mengangguk. Ia sudah sangat tidak sabar bertemu wanita yang selama ini ia rindukan.
**********
Liam menatap miris, pemandangan dari balik jendela kaca yang ada di sebuah ruang rawat Rumah Sakit. Di dalam sana ada Levina yang terbaring lemah dengan infus dan beberapa alat bantu bernafas.
"Levina kenapa tante?"tanya Liam, Aline menatap laki-laki yang pernah menjadi menantunya itu.
"Jangan disini ceritanya"ucap Aline. Liam mengangguk, mereka berdua berjalan menjauhi tempat itu menuju taman Rumah sakit.
*****
"Selama ini Levina pergi ke London,dia menjadi seorang dokter disana, meski hari-hari dia masih terpuruk karena meninggalkan kamu, tapi Levina tidak menyerah dia tetap melanjutkan hidup, dan kejadian ini berawal dari satu tahun lalu"
"Ada seorang pasien wanita,Levina mengambil sample darah nya, namun wanita itu berontak, jarum suntik itu menancap di tangan Levina, dan tanpa sengaja darah wanita itu masuk ke tubuh Levina"
"Wanita itu ternyata menderita penyakit HIV-AIDS, dan Levina tertular karena kejadian itu, penyakit itu yang setahun ini Levina alami maka dari itu Levina kembali ke sini"jelas Aline, dengan air mata yang berderai, ia menceritakan semua kejadian yang Levina alami. Hari dan detik itu, dunia Liam terasa runtuh, ini lebih parah dari pada saat ia kehilangan Levina.
"Tapi kenapa selama ini kalian tidak bilang tentang keberadaan dan tentang kondisi nya"ucap Liam, Aline menatap nya, mata pria itu terlihat menahan air yang akan jatuh menetes dari matanya.
"Ini permintaan Levina"ucap Aline.
******
Tetesan air mata pria itu jatuh menetes mengenai tangan wanita yang saat itu terbaring lemah.
Tidak bisa dibayangkan jika ia harus kembali kehilangan wanita nya lagi dan lagi.Perlahan mata wanita itu terbuka. Ia tersenyum melihat pria itu ada didekatnya.
Tapi kenapa pria itu menangis."Liam, kenapa menangis"ucapnya dengan lemah.
Ya, saat itu Liam memang berada di ruangan Levina.
Liam segera menghapus air mata nya, lalu tersenyum pada Levina yang terlihat begitu pucat.
"Tidak aku tidak menangis, justru aku bahagia karena aku ingin kita segera menikah"ucap Liam, Levina menatapnya dengan lemah, ia mendengar ucapan Liam dan ia sadar arti kalimat itu.
"Aku tidak bisa, bukankah aku sudah bilang malam tadi"ucap Levina, Liam menggeleng.
"Aku tidak perduli, aku hanya ingin kamu dan aku bisa merasakan kebahagiaan seperti dulu"putus Liam.
Levina menatap Liam, apa pria itu sudah tau tentang kondisi nya sekarang.
Bersambung..
Vote comment
🙂🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
Levina
FantasíaMATURE CONTENT 18+ Horror + fantasy "Aku pernah kehilangan cinta ku dan menemukan nya lagi, lantas apa sekarang aku harus kehilangan ragaku" ~Levina~