Malam itu Levina sulit untuk memejamkan matanya, tadi nya ia memang tertidur setelah Liam,keluar dari kamar nya dan sekarang ia terbangun sejak satu jam yang lalu.Levina melihat jam tangannya dan sekarang sudah jam dua belas malam.
Levina memutuskan untuk keluar kamarnya untuk mencari udara segar.Levina memilih duduk di ruang tengah sambil menonton televisi.
"Apa Liam,masih disini ya"ucap Levina, Ya,meski ia yakin jika pria itu berada di sini, karena semalam hujan turun lumayan deras. Dan Levina yakin jika rumah ini sedang terisi lengkap, Riana dan orang tuanya begitu pula dengan Liam.
"Semuanya terasa tidak adil"ucap Levina.
Sambil meratapi nasibnya, Levina bermain ponsel miliknya, hanya sekedar untuk mengirim pesan untuk Liam. Meski mustahil untuk mendapat jawaban di tengah malam seperti ini.Tok.. tok.. tok
Levina menatap pintu rumah nya, yang di ketuk oleh seseorang, Levina kembali melirik jam, hampir jam satu dini hari, tapi kenapa ada orang.
Levina berjalan menuju pintu rumahnya, meski ia masih merasa heran dengan siapa yang datang.
Levina membuka pintu,dan hasilnya nihil,diluar tidak ada siapapun.
"Kok enggak ada"ucap Levina, ia pun keluar dari rumahnya. Tidak ada orang, suasana sepi dan dingin oleh semilir angin malam.
Levina hendak masuk dalam rumah nya,namun terdengar suara orang berjalan di belakang nya. Ia menengok ke belakang namun tak ada siapapun.
"Aku tau itu kamu"ucap Levina, sekarang ia yakin jika yang mendatangi rumahnya bukanlah manusia. Karena mustahil ada orang datang di jam seperti ini.
Levina langsung berlari masuk ke rumah, saat hendak menutup pintu, Levina berhadapan langsung dengan seorang wanita berambut panjang berbaju hitam dengan wajah hancur dan mata yang mengeluarkan darah.
Levina hampir berteriak saat melihat nya,tapi ia urungkan lagipula makhluk itu sering menampakkan diri pada Levina.
"Levina"panggil seorang pria dari dalam rumah Levina, Levina melihat ke belakang dan itu adalah Liam.
"Apa yang kamu lakukan malam-malam seperti ini?"tanya Liam.
Levina tersenyum singkat.
"Hanya mencari angin"ucap Levina, Liam melihat ke Levina, dan pintu yang terbuka.
"Kenapa pintunya terbuka?"tanya Liam, Levina melihat ke pintu dan wanita itu masih ada. Apa Liam tidak melihatnya.
Karena tak ingin ketakutan sepanjang malam, Levina langsung menutup pintunya.
"Tadi kamu mengirim pesan ke aku"ucap Liam, Levina mengangguk pelan, nyatanya pria itu juga belum tidur.
"Kenapa belum tidur?"tanya Liam,ia duduk di tempat Levina duduk tadi, sambil menatap Levina.
Levina pun ikut duduk di samping pria itu.
"Bagaimana acara tadi?"tanya Levina, Liam menatapnya, haruskah ia mengatakannya pada Levina.
"Kenapa hanya diam?"tanya Levina.
"Hanya mempersiapkan acara pertunangan dan pernikahan"jawab Liam.
Levina mengangguk, meskipun ia benci kenyataan ini, kenyataan dimana ia harus melepaskan pria yang masih ia cintai untuk Kakaknya sendiri.
"Baiklah,aku tunggu"jawab Levina, seolah tak terjadi apa-apa.
Bersambung..
Levina yang sabar ya 😥
Btw cerita ini aku peringkat ya,jadi part selanjutnya nanti mungkin udah beberapa tahun kemudian..
Tunggu yaa, biar tau kelanjutannya Levina-Liam-Riana. Dan jangan lupa vote comment.
Stay at home guys ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Levina
FantasyMATURE CONTENT 18+ Horror + fantasy "Aku pernah kehilangan cinta ku dan menemukan nya lagi, lantas apa sekarang aku harus kehilangan ragaku" ~Levina~