※※※※
Netra kami masih saling beradu.
Aku yang tidak tahu harus berkata apa dan dia yang juga tidak buka suara setelah kalimat terakhir yang ia ucapkan tadi.
Namun, akhirnya aku buka suara.
"Ma-maaf."
Cowok itu menghela nafas , kemudian bangkit dan mendudukan dirinya diatas ranjang putih itu. Menghadapku.
Aku hanya memandangnya takut-takut dan sedikit malu. Lagipula, hei siapa yang tak malu tertangkap menangis di UKS seperti ini?
"Kalau mau nangis, gue saranin ditoilet aja."
Aku mendelik. Menghapus sisa air mata dipipiku sambil cemberut. Tidak menyukai saran dari cowok tampan dihadapanku ini.
Cowok itu menopang wajah ditelapak tangannya, yang sialnya membuatku teringat dengan Kak Taehyung lagi.
"Kalau boleh nanya, emang kenapa nangis pagi-pagi begini?" Cowok itu bertanya, kalem.
Aku membuang wajah kesamping, tidak mau melihat cowok itu.
"Bukan urusan lu." Jawabku ketus.
Cowok itu hanya mengangguk-angguk. Tidak keberatan dengan jawabanku.
"Ya, gue gak maksa sih." Ia kembali menjatuhkan badannya keranjang, "tapi, sedikit saran dari gue. Kalau emang lagi patah hati karna kecewa, tandanya dia emang bukan buat lo. Berhenti egois dan ngarepin dia lagi, toh sebanyak apapun lu nangisin dia gaakan ada yang berubah kan?"
Aku termenung mendengar perkataan cowok asing yang kini memejamkan matanya itu.
Kemudian aku ikut kembali merebahkan badanku keranjang, memusatkan netraku pada langit-langit ruangan ini.
Benar. Aku harus berhenti egois. Tidak boleh mengharapkan Kak Taehyung yang memang bukan milikku.
Rasa kecewa ini seperti tanpa dasar.
Kak Taehyung memang sejak awal tidak menganggapku lebih.
Seharusnya aku harus menerima ini, bahwa sejak awal. Pelangi Kak Taehyung bukanlah aku.
Tapi, gadis lain yang namanya tidak pernah tergeser dari hati Kak Taehyung. []
KAMU SEDANG MEMBACA
Kak Taehyung [REVISI]
Fanfiction[SELESAI] Choi Sena hanya terlalu mencintai Kim Taehyung. "Katanya, semua orang berhak jatuh cinta. Lantas, kenapa semua terasa rumit ketika aku menggunakan hak itu untuk mencintai Kak Taehyung?"