36

964 93 0
                                    

※※※※

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

※※※※

Chohee masih diam membelakangiku.

Setelah aku berucap demikian, mengajaknya untuk menghadapi masalah yang sedang ia hadapi bersama-sama, keheningan tercipta diantara kami.

Tak lama kemudian, Chohee menutup lemari dihadapannya. Lalu bebalik dan aku kembali disambut oleh senyuman manisnya itu.

Ia menatapku sembari bersandar dilemari.

"Gue ga pernah sembunyi, Sen."

"Terus, ini apa? Lu ngehindarin Kak Jungkook dan pura-pura gaada yang terjadi. Kalau bukan lari ini apa namanya, Cho?" Tanpa sadar aku meninggikan nada suaraku.

Chohee mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari, seolah berpikir keras. "Eum.. Mungkin.. Ini cara gua menghadapi semuanya?"

Badanku melemas, menghempaskan badanku pada kepala ranjang. Memandang Chohee tak percaya. Apa dia berusaha bercanda disaat seperti ini?

Chohee malah terkekeh kecil. Mata bulatnya kini memandang langit-langit kamar, belum melunturkan senyumannya dari tadi.

"Gua udah mutusin, gua bakal tinggal sama Mama aja."

Seketika bola mataku membesar. Benar-benat terkejut kali ini, tidak percaya dengan keputusan yang diambil Chohee.

"Lu mau ninggalin abang lu gitu aja?!"

Chohee menghela nafas, kepalanya terangguk pelan. Membuatku menatapnya marah sekarang.

"Patah hati lu segininya Cho? Hati lu lebih penting dari pada keluarga lu sendiri?"

Setelahnya Chohee tertawa miris. Cewek itu kini mengalihkan pandangannya kearah jendela kamar yang terbuka, membiarkan angin mengisi ruangan.

"Lu tau apa, Sen? Kenapa orang asing seperti lo ikut campur sejauh ini?" Suaranya memelan. Perkataannya kali ini, jauh lebih menusuk dibanding biasanya.

Aku yang biasanya tidak pernah sesakit ini mendengar mulut pedas Chohee berucap, mendadak terdiam dan tak bisa berkata-kata mendengar kata-katanya barusan.

"Gua tau apa yang gua lakuin sekarang. Gua punya hak atas hidup gua sendiri, dan yang gua lakuin sekarang justru untuk keluarga gua sendiri."

Chohee tidak menangis. Sorot matanya nampak memancarkan kesedihan, seolah ia baru saja menyaksikan dunianya hancur begitu saja.

"Soal Kak Jungkook, ini adalah yang terbaik buat kami. Gua gabisa terus berada disini dan ngebiarin perasaan kami semakin dalam satu sama lain." Tatapan matanya kini kosong. Membuatku melihat sisi lain dari Kim Chohee yang tak pernah diperlihatkan sebelumnya.

"Gua emang punya dua pilihan, egois dengan perasaan gua sendiri atau membiarkan keluarga baru ini tercipta. Dan gua udah milih untuk mempertahankan pernikahan Papa sama Ibunya Kak Jungkook apapun yang terjadi."

Netra itu beralih padaku, bibir tipisnya lagi-lagi mengulas sebuah senyuman. "Patah hati itu wajar, setiap manusia pasti bakal ngalamin itu dalam hidupnya. Hati gua emang sakit, tapi ini kesempatan agar Kak Taehyung dan gua sendiri akhirnya bisa ngerasain kasih sayang orangtua."

Hari itu aku mengetahui satu hal. Bahwa aku tidak pernah mengenal sahabatku sendiri, aku hanya sok tahu akan hidupnya.

Kim Chohee yang terlihat bahagia sepanjang hidup, nyatanya berkali-kali hancur untuk mempertahankan kebahagiaan itu. []

Kak Taehyung [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang