16. Berdua

1.7K 174 3
                                    

16

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

16. Berdua

"Ini gaji lo."

Sea mempercepat pekerjaannya, membereskan piring-piring yang habis di cuci. Cafe saat ini tengah ramai, apalagi di waktu malam seperti ini.

"Um, Maaf Kak, kenapa uangnya kurang dua ratus ribu, seharusnya 'kan enam ratus, kenapa ini ada empat ratus?"

Sea mengigit bibir bawahnya dalam-dalam setelah perkataan itu keluar.

"Itu hasil yang lo dapat, lo Minggu ini nggak masuk kerja dua hari, jadi, gue potong dua ratus."

"Tapi, kemarin aku udah minta izin sama Kak Rina, Kak."

"Gue nggak peduli, lo udah izin atau belum sama Mbak Rina, gue bakal potong uang lo selama lo nggak masuk perhari seratus ribu, tanpa sepengetahuan mbak Rina tentunya."

"Kalo lo nggak masuk, yang bawa-bawa pesanan sama cuci piring nggak ada."

"Tapi 'kan ada Kak―"

"Nggak usah banyak omong! Udah sana pulang!" Usirnya, tatapan tajam yang selalu Sea dapat kini terlempar untuknya.

Sea segera melepaskan apron yang terpasang di tubuhnya dan menggantungkannya di tempat biasa. Sea terlalu takut untuk membuka suara lagi, mengharuskan ia menaham geram dengan sendirinya. Ini sudah ketiga kalinya pemotongan gaji yang dilakukan Kak Iza―perempuan yang memakai seragam yang sama dengannya itu tanpa sepengetahuan Kak Rina, pemilik cafe tempat Sea kerja.

"Kenapa jadi melamun si? Sana pulang!" Usirnya membentak.

Sea pergi meninggalkan area dapur melalui pintu yang langsung menghubungkannya ke halaman belakang cafe sembari menyampirkam tas slempang rajutnya.

Sea menutup pintunya dengan bahu merosot lelah, belum sempat Sea menarik napasnya tangannya sudah di tarik oleh seseorang yang tak dikenalinya.

"Maaf Mas." Sea dengan pelan melepaskan genggaman cowok yang tak dikenalinya itu.

"Emang gue setua itu apa?" Kekehnya.

"Lo ingat gue?"

Sea menggeleng, walaupun berpikir keras untuk mengetahui siapa sosok cowok di depannya.

"Gue pelanggan yang lo anterin pesananya di meja ke tujuh."

Samar-samar Sea mulai mengingatnya, spontan membuat Sea mengangguk pelan.

"Um, ada perlu apa ya?" tanya Sea, sedikit ragu.

"Gue minta nomor handphone lo boleh?"

Sea tersentak akan permintaan cowok yang tak ia kenali itu sebelumnya, walaupun hanya sebatas mengantar pesanan saja sebelumnya.

"Maaf, kita baru kenal sebelumnya, dan aku juga belum pernah kasih nomor ke cowok, kecuali aku emang bener-bener udah kenal." Sea sebisa mungkin merangkai kata-kata dan tersenyum kecil.

AZKASEA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang