29. Di jebak!

850 63 0
                                    

29

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

29. Di jebak!

"Wajah kamu kenapa?" Sea menatap khawatir kepada Azka, kedua tangan mungilnya mengusap rahang wajah Azka yang sontak membuat Azka hanya meringis kecil tanpa sepatah kata.

Sea sangat bingung. Apa ini perihal kejadian yang kemarin? Tidak biasanya Azka lebih banyak diam ketika mereka tengah berdua.

Sea pun mulai menjauhkan dua buku paket tebal itu dari hadapan Azka, saat ini, mereka berdua berada di dalam perpustakaan yang tentunya hanya benar-benar mereka berdua saja di dalam sana, mengingat jam sudah menunjukkan pukul lima sore, yang di mana sudah tidak ada satu pun siswa-siswi yang masih berkegiatan di sekolah.

"Semalam habis adu tinju di ruangan boxing sama Bang Abian." Azka tersenyum tanpa dosa mengatakannya.

"Eh?" Sea tersentak ketika Azka tiba-tiba menidurkan kepalanya di atas pahanya.

"Biarin kaya gini dulu Sea, sebentar aja," ucapnya terdengar parau. "Gue semalam begadang, gue ngantuk."

Sea menghela napas ketika Azka mulai memejamkan matanya. "Kamu begadang semalaman karena main game 'kan?" Azka mengangguk, masih memejamkan matanya dengan nyaman. Ia memang begadang semalam, habis main di ruang boxing ia langsung main game di dalam kamarnya.

Sudah Sea duga, ingin rasanya ia mengomel, namun ia urungkan ketika ia menunduk, mendapati Azka yang sudah terpejam dengan deru napas teratur. Azka tidur.

Sea tersenyum sembari mengamati setiap jengkal wajah Azka, tidur Azka tampak damai. Tangan Sea perlahan terangkat untuk merapihkan rambut Azka yang tampak berantakan karena keringat di dahinya itu. Tangan sebelah kiri Sea pun ia selonjorkan dengan bebas di atas meja.

Saup-saup, buku-buku yang menjadi objek pandangan Sea pun mulai mengabur.

Jauh dari pemikiran Sea, Azka sebenarnya tidak benar-benar tidur, mata Azka memang terpejam, deru napasnya teratur, dan wajahnya sangat damai. Namun jauh dari semua itu, kini kepalanya di penuhi oleh percakapan dengan Abangnya semalam.

Flashback on.

"Lo gila Azka?!"

Azka memijit pelipisnya. Ia pulang dalam keadaan tangan yang terluka setelah meninggalkan teman-temannya yang masih berada di depan area basement kemarin sore.

Azka benar-benar menahan emosinya agar tidak semakin meledak karena sikap Lolita kemarin. Saat di jalan pun cobaan serasa menghadang Azka dengan perlahan.

Kalah dalam balapan kemarin, seorang Paul tidak akan mungkin mengenal dengan namanya menyerah.

Janji yang katanya tidak akan menganggu lagi Azka setelah Azka menerima ajakan balapan darinya itu hanyalah omong kosong semata.

Azka tidak bisa dibodohi bagaimana pun caranya. Kemarin saat perjalanan pulang, Paul kembali mencegatnya. Azka dan Paul adu bogem sangat hebat, yang sialnya tepat sekali di jalanan sepi. Paul kalah, hanya saja Azka harus merelakan tubuhnya terbentur aspal dan pulang dengan keadaan seragam yang kotor dan berdarah.

AZKASEA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang