Di kediaman Keluarga Alphaeus . . .
Izekiel sedang berjalan di pekarangan rumahnya yang tergolong besar nan megah tersebut. Air mukanya biasa saja, namun tak dapat dipungkiri kalau dia merasa sedikit sedih saat ini.
Mengapa?
Karena dia sangat ingin mengunjungi Tuan Putri Obelia bernama Athanasia, namun waktu seolah tak mengizinkannya. Ia harus lebih cepat kembali ke rumah karena ada suatu hal yang tak terelakkan.
Hatinya mengerang merindukan wajah cantik nan bercahaya bak mentari milik Athanasia. Kendati hatinya kini sudah merasa lega karena telah menyaksikan sendiri bagaimana si gadis sudah pulih dari sakitnya, tapi rasa rindu masih setia menjeratnya.
Izekiel menghela napas berat bercampur sedih. Kepalanya menengadah, melihat langit biru yang begitu cantik.
Ah, bahkan langit pun bisa membuatnya teringat pada kedua iris safir yang bercahaya indah milik gadis itu.
Haruskah dia pergi ke Istana Emerald dan menemui Athanasia agar perasaan rindunya bisa terobati?
"Tuan Muda Alphaeus, ada surat yang ditujukan untuk Anda."
Tiba-tiba saja salah seorang prajurit datang membawa surat gulungan yang terkesan mewah dengan pita emas yang membalutnya.
Pemuda berambut silver itu mendengus. Apakah itu surat dari salah satu penggemarnya lagi? Begitulah pertanyaan yang muncul di benaknya. Kalau iya, idih, amit-amit deh! Dengan senyum tipis dia menerima surat gulungan tersebut. Prajurit tadi pamit undur diri.
Izekiel membuka pita yang mengikat surat itu. Akhirnya dia sadar kalau pita ini memang terbuat dari emas murni. Itu artinya surat ini berasal dari salah satu kerajaan. Oleh sebab itu dia menyimpan pita tersebut ke sakunya. Lalu membuka surat itu dan membacanya.
Senyum manis pun segera terukir di wajahnya. Dadanya terasa berdegup lebih cepat. Kedua pipinya merona.
Dia merasa senang sekaligus tersanjung karena ternyata surat tersebut merupakan undangan dari Kerajaan Obelia.
Dan lihat! Surat ini ditulis tangan langsung oleh Tuan Putri Athanasia, satu-satunya perempuan yang mampu membuatnya tersipu setiap saat. Ia menoleh ke arah barat, di mana dari situlah jalan menuju Istana Emerald. Senyumnya terukir manis.
"Terima kasih, Athanasia!"
Izekiel pun melanjutkan derap kakinya ke ruang kerja sang Ayah.
Sesampainya di sana, ia berpapasan dengan pria bertubuh tinggi dengan rambut dan iris mata berwarna hitam. Pria itu hendak keluar, sementara Izekiel hendak masuk. Pria bertubuh tinggi itu tersenyum walaupun aura yang ia pancarkan begitu dingin nan mengerikan.
Setelah itu dia pergi.
Izekiel bertanya-tanya dalam hati. Sampai sekarang dia tidak tahu siapa pria itu sebenarnya dan apa yang dilakukan pria itu di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS [Terbit] ✔
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN. FANFICTION of Suddenly, I Became A Princess] Highest ranks: #1 claude [23 Mei 2020] #1 lucasxathy [29 Mei 2020] #1 athyxlucas [29 Mei 2020] #1 athanasia [29 Mei 2020] #1 athy [29 Mei 2020] #1 suddenlyibecameaprincess [29 Mei 2020...