Chapter 7

7.5K 630 168
                                    

Izekiel sedang berjalan santai di dalam istana yang dinamakan Istana Emerald. Dengan bajunya yang megah itu, dia berjalan tegap dan penuh wibawa. Sungguh, di usianya yang kesembilan belas pun membuatnya semakin tampan!

Beberapa maid yang berpapasan dengannya sampai terkejut dan ternganga sejenak karena perawakan Izekiel yang semakin luar biasa keren. Dan yah, pemuda yang berusia sembilan belas itu menampakkan senyum tampannya membuat semua kaum hawa meleleh.

Izekiel yang sedang berjalan di lorong istana lantai 2, tanpa sengaja menoleh ke arah jendela kaca besar nan indah, dan langsung menyita perhatiannya.

Pemuda bersurai keperakan itu melihat pemandangan Kerajaan Obelia dari jendela besar tersebut. Luar biasa, itu yang ada dalam benaknya.

Melihat pemandangan ini, dia jadi teringat pada seorang gadis cantik jelita bersurai kuning keemasan. Izekiel tersenyum diiringi dengan semburat merah di pipi.

Athanasia.

Apa yang sedang Athanasia lakukan saat ini?

Saat terhenyak dalam pemandangan spektakuler itu, dia dikejutkan oleh derap kaki beberapa orang yang nampak terburu-buru. Izekiel menoreh kepalanya ke belakang, kedua alisnya saling bertaut.

Ada apa ini?

Izekiel bertanya-tanya dalam hati.

"Hei Hanna, berhenti menarik tanganku! Memangnya ada apa sih di bawah sana?" Maid dengan rambut berwarna ungu (yang dikenal Athanasia bernama Seth) bertanya pada maid bersurai merah bata bernama Hanna yang menarik tangannya.

"Aduh, sudah kau diam saja! Aku mendapat kabar kalau Nona Zenith diseret ke singgasana Raja! Dan katanya Nona Zenith akan dihukum! Kita harus melihatnya!" balas Hanna lalu mempercepat jalannya.

DEG!

Izekiel terbelalak sempurna. Tanpa waktu lama keringat dingin mengucur dari pelipisnya.

Bayangan Zenith langsung memenuhi pikirannya. Ia pun berjalan menuju TKP. Cepat, lebih cepat dan semakin cepat, bahkan sampai berlari tunggang langgang.

♪ ♪ ♪

Baru saja sampai di tempat singgasana Raja (Izekiel berdiri di koridor lantai 2), jantungnya berdegup kencang saking takutnya.

"PAPA ... !!! HENTIKAN ... !!!"

Pemuda itu melihat Athanasia berteriak sekuat-kuatnya sambil berlari, ia berhenti tepat di samping Zenith yang sedang menunduk dan terdapat titik-titik air di lantai.

"Athanasia..."

"Papa! Tolong jangan lakukan ini!" Athanasia berseru tanpa ragu di hadapan sang Raja.

Claude terperanjat.

Mengapa Athanasia ada di sini!?

Zenith segera menengadah, begitu kaget melihat aksi "saudaranya" yang terbilang berani tersebut. Di satu sisi dia merasa terharu dengan tindakan Athanasia. Claude mengepalkan tangannya.

"Athanasia... jangan ganggu aku." Sang Raja berusaha tenang.

"Athi gak akan pernah menyingkir sebelum Papa mendengarkan omongan Athi!"

"Mck, Athanasia!" Claude memijit keningnya seraya menghela napas lelah.

Dalam hati, Athanasia mengumpat. Haha, demi langit senja, kenapa dia dengan beraninya melawan sang Raja Obelia di hadapan banyak orang!? Nyawanya secara tak langsung tentu dipertaruhkan di sini. Posisinya saat ini hanyalah salah seorang rakyat di hadapan Raja.

MELLIFLUOUS [Terbit] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang