Chapter 23

5.3K 463 58
                                    

Di malam yang sama . . .

Istana Emerald

Athanasia sedang berbaring di ranjang kesayangannya. Hari sudah larut, dan sepertinya ia sudah terlelap dalam mimpi.

Beberapa saat kemudian, muncullah seseorang dengan jubah penyihir sebagai ciri khasnya. Memasuki kamar tidur Tuan Putri Obelia tanpa merasa segan sama sekali. Seolah-olah kamar tersebut juga merupakan kamarnya.

Seperti biasa ia menggunakan sihir agar sebuah kursi menghampirinya. Setelah itu ia duduk, memandang lurus ke wajah tentram dari sang putri Raja.

Ia menghela napas panjang, tangannya menarik beberapa helai rambut gadis itu dan memutar-mutarnya. Mengikuti alur lengkungan rambut yang ikal itu seraya menopang dagu.

Sementara Athanasia masih dalam posisinya, tertidur pulas disertai dengkuran halus.

Iris ruby itu menyala, seketika itu juga rambut kuning keemasan milik Athanasia bercahaya indah, menerangi wajah sendu penyihir itu.

"Sebentar saja," gumamnya pelan.

Athanasia bergerak kecil, kembali mendengkur halus. Lucas hanya diam memerhatikan.

Cukup lama, akhirnya ia kembali bersuara sewaktu rambut Athanasia tidak mengeluarkan cahaya lagi.

"Belakangan ini aku tidak bisa tidur dengan tenang," curhatnya meski tahu kalau sang putri tidak akan mendengar dan menyahutnya.

"Selalu saja bermimpi buruk. Masa lalu sialan itu kembali menghantuiku. Cih, menjijikkan."

Lucas menggertakkan gigi, marah tanpa alasan yang jelas. Namun amarah itu mereda ketika menyentuh rambut Athanasia yang lembut itu.

"Kurasa hari ini aku tidak akan kembali ke tempatku," ucapnya menatap wajah gadis itu.

Ia menghela napas sekali lagi. Kepalanya terasa berat. Perlahan memejamkan mata, hingga akhirnya Lucas membaringkan kepalanya di tepi kasur dengan lengan Athanasia sebagai bantalnya.

♪ ♪ ♪

Keesokan harinya . . .

"Tuan Putri, ayo ba---eh!?"

Lilian yang seperti biasa membangunkan anak tunggal Claude pun terkejut melihat seseorang yang sedang tidur dalam posisi duduk di samping kasur Athanasia.

Pelayan itu mengedipkan mata beberapa kali, memastikan apakah ia salah lihat atau tidak.

Ternyata benar!

"Tu-Tuan Penyihir...?"

Lilian tercengang. Mengapa penyihir kerajaan itu ada di sini?

Ia mengerutkan dahi, berpikir keras. Apa yang harus ia lakukan? Tetap membangunkan Athanasia? Tapi bagaimana dengan Lucas? Ia sama sekali tidak berani mengganggu ketenangan penyihir itu!

Alhasil, Lilian hanya merapikan barang-barang dan membuka gorden besar yang menutup jendela.

"Urgh..."

Athanasia mengerang kecil saat cahaya mentari mengusik tidurnya, perlahan ia membuka mata dan bermaksud untuk duduk. Akan tetapi hal itu tak dapat ia lakukan karena ada sesuatu hal yang menahan tangannya saat ini.

Huh?

Gadis itu menoleh ke samping kanan. Sontak ia berjengit kaget.

MELLIFLUOUS [Terbit] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang