Ini guys, untuk mengisi malam minggu kalian awokwokwok~
***
Mereka menaiki kereta kuda yang amat megah nan mewah. Ayah dan anak itu duduk saling berhadapan.
Claude tampak menopang dagu dan berekspresi datar seperti biasa. Sementara Athanasia sibuk memandang jalanan yang mereka lalui.
Namun sebenarnya gadis itu sedang sibuk melamun. Dia hanya teringat dengan momen-momen saat Debutante berlangsung.
Lumayan lama ia terhanyut dalam pikirannya sendiri. Kemudian ia teringat pada saat Debutante dan menari dengan Claude, Felix maupun Izekiel, ia beberapa kali menginjak kaki pria-pria itu.
Astaga! Athanasia terkejut dan dalam sekejap wajahnya memerah semerah tomat detik ini juga karena mengingat hal yang amat memalukan tersebut.
Athanasia pun menekan-nekan kuku-kuku tangannya, hal yang sering ia lakukan jika merasa gugup, canggung maupun takut.
Apakah ia akan melakukan kesalahan yang sama lagi?
Pertanyaan itu terus berputar-putar di kepalanya bagaikan radio rusak.
Gadis itu menepuk-nepuk pipinya menahan malu. Claude yang melihat hal itu pun bersuara.
"Ada apa?"
"Eh?" Athanasia menoleh, menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. "Tidak, tidak ada, Papa. Athi hanya teringat masa lalu."
"Saat Debutante, ya?" tebak sang Ayah.
Gadis itu mengerjap bingung. "P-Papa mengapa bisa tahu?"
Claude pun tersenyum miring. "Bicara apa kau? Aku ini Papamu, tentu aku bisa membaca pikiran anakku sendiri."
Anak tunggalnya pun tertawa renyah mendengar balasannya. "Papa ini ada-ada saja~"
Tak lama kemudian, kereta kuda yang mereka tumpangi pun berhenti tepat di depan Istana Amethyst yang amat megah nan luas.
Mereka pun keluar. Claude mengulurkan tangan yang segera disambut oleh sang anak. Mereka menaiki tangga memasuki istana sambil terus berpegangan tangan.
Semua tamu undangan yang tak sengaja melihat pemandangan menakjubkan itu sampai ternganga tak percaya. Tak sedikit pula yang berdecak kagum dan memuji-muji ketampanan Claude dan kecantikan Athanasia yang bagaikan dewa-dewi.
Senyum memesona yang ditampilkan gadis itu membuat kaum adam yang melihat sampai tak bisa mengalihkan pandangan darinya.
Claude menatap orang-orang di sekitar mereka dengan tatapan menusuk tajam seperti pedang. Sontak orang-orang merinding ketakutan dan membungkuk memberi hormat.
Ayah dan anak tersebut kembali menaiki tangga. Athanasia mengangkat salah satu sisi gaunnya agar lebih bebas bergerak. Setelah selesai, mereka pergi ke pintu besar yang terbuka lebar, di mana berdirilah banyak prajurit mengawal tempat tersebut.
Baru saja akan melewati pintu besar itu, Athanasia dikejutkan oleh seseorang berambut hitam yang berdiri tegap dengan senyum tampannya menatap sang putri Raja.
Degup jantung si gadis langsung tak beraturan. Dalam hati ia menjerit lantaran tak sanggup melihat penampilan Lucas yang jauh berkali-kali lipat lebih tampan dari biasanya.
Kali ini penyihir itu tidak mengenakan jubah khas penyihir ataupun pakaian serba hitam. Melainkan, Lucas mengenakan kemeja dan jas yang umumnya dikenakan oleh pria dari keluarga bangsawan. Berwarna putih dominan, dengan campuran warna merah dan hitam yang menambah kesan luar biasa. Di pundak sebelah kirinya terdapat kain seperti selendang panjang berwarna merah dengan ukiran berwarna emas menutupi tangan kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLUOUS [Terbit] ✔
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN. FANFICTION of Suddenly, I Became A Princess] Highest ranks: #1 claude [23 Mei 2020] #1 lucasxathy [29 Mei 2020] #1 athyxlucas [29 Mei 2020] #1 athanasia [29 Mei 2020] #1 athy [29 Mei 2020] #1 suddenlyibecameaprincess [29 Mei 2020...