Chapter 67 : Lucas, Coba Nyanyi!

4.3K 333 305
                                    

3062 kata, semoga kalian sanggup haha!

Bagi kalian yang kurang setuju ada flashback lagi, maaf ya. Soalnya kejadian ini (flashback-nya) bakalan bersangkutan di chapter yang mau mendekati epilog hehe✌🏻

***

Di malam yang sama . . .

Penjara terpencil di Kastila

Malam ke-17

Sudah tengah malam.

Dan Lucas masih terkurung sendirian di penjara terpencil yang tak pernah dikunjungi oleh manusia lagi.

Masih dengan lebam yang sama, hasil yang dia terima karena telah mengolok Anastasius maupun meludahi Izekiel tempo lalu.

Sejak peristiwa itu, mereka tidak pernah menemui Lucas lagi. Hanya sekali itu saja. Dan kejadian itu merupakan pertama dan mungkin terakhir kalinya Lucas dikunjungi oleh orang lain di tempat ini. Karena mungkin... Lucas akan menghabiskan sisa-sisa hidupnya dengan tidak berharga, terbuang sia-sia di tempat terpencil ini.

Lucas menghela napas berat untuk yang kesekian kalinya.

Wajahnya kian tirus dan pucat. Tubuhnya semakin kurus dan terlihat tidak sehat, ditambah kantung mata memperburuk rupa. Lucas tampak begitu memprihatinkan.

Kepalanya tertunduk lesu, tidak ada semangat hidup terpancar di wajahnya. Sudah enam belas hari lamanya dia tidak menerima pasokan makanan maupun sekadar minuman. Untung saja pemuda itu bisa bertahan sampai sekarang. Kalau tidak, tentu dia sudah mati saat ini.

Semenjak terkurung di tempat sepi nan gelap ini, dia tidak tahu apa-apa kabar terbaru mengenai perang antara Obelia dengan Kastila. Siapa saja yang sudah tewas, apakah Claude dan Felix selamat... Lucas tidak tahu.

Penyihir berambut gelap itu juga tidak tahu bagaimana kabar Athanasia --teman kecilnya-- saat ini. Apakah dia bisa menjalani hari-hari tanpa Lucas di sisinya...? Lucas juga tidak tahu itu.

Kepalanya berdenyut sakit. Lucas hanya bisa meringis tanpa melakukan pengobatan yang berarti. Dia bertaruh, kedua pergelangan tangan dan kakinya pasti sudah sangat iritasi dikarenakan rantai-rantai sialan ini.

Ingin sekali rasanya bebas, tapi Lucas masih tahu batas. Jika dia bertindak semaunya, mengeluarkan mana besar-besaran tanpa bantuan mantra, maka 100% usahanya akan sia-sia. Yang ada mana-nya akan diserap oleh rantai ini dan yah... tahu lah endingnya bakalan seperti apa?

Mata ruby redup itu mengarah ke bawah, di mana boneka mini yang menyerupai si putri Raja itu tergeletak tak berdaya di tanah.

Setiap kali melihat benda mati itu, dadanya terasa sesak akibat rasa rindu. Kembali ia membuang napas, tak dapat dipungkiri bahwa pemuda itu merasa bosan yang teramat sangat.

Lucas kembali mencoba menggerak-gerakkan tangan dan kakinya, yang mengakibatkan mulutnya meringis lantaran luka gores yang masih belum sembuh di kedua tangan dan kaki.

"Kupastikan kalian semua mati di tanganku, b*debah!" ucap Lucas kesal setengah mati.

Dipandangnya lagi boneka malang itu. Sorotnya kembali pilu, merindukan sang pujaan hati yang jauh dari dekapan nyata.

Memejamkan mata tak kala kilas balik datang dan seolah menertawakannya.

"Athanasia..." bisiknya lirih, tersirat haus akan kerinduan.

"...aku... aku ingin mendengar kau bernyanyi lagi seperti dulu-dulu. Menyanyikan lagu pengantar tidur untukku... menyanyikan lagu-lagu yang terdengar bodoh di telingaku."

MELLIFLUOUS [Terbit] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang