"Aku sudah menyiapkan semua kebutuhan mu"
"Mi-ra aku ingin bicara "
Sedari tadi Taetae berusaha mengajak Mi-ra berbicara perihal kemarin. Tapi Mi-ra selalu menghindarinya.
"Oh ya, maaf sepertinya aku tidak bisa ikut ke acara itu. Rasanya aku lelah sekali " Mi-ra selalu mengalihkan pembicaraan. Entah lah jika di pikirkan rasanya masih terlalu menyakitkan. Tapi dia sadar akan kewajiban nya sebagai asisten pribadi Taetae, jadi bagaimana pun dia masih tetap mempersiapkan keperluan Taetae.
"Mi-ra dengar kan aku. " Taetae mencekal tangan Mi-ra saat Mi-ra masih berusaha sibuk dengan kegiatan nya, walau sebenarnya semuanya sudah hampir selesai
"Ehm, sepertinya masih ada yang tertinggal " Mi-ra melepaskan cekalan tangan Taetae
Rasanya Taetae sudah sangat frustasi jika Mi-ra masih terus saja menghindarinya seperti ini. Tidak, dia tidak mau jika Mi-ra menghindarinya seperti ini.
Grep !
"Aku mohon jangan seperti ini Mi-ra. Aku tidak bisa." Taetae memeluk Mi-ra dari belakang, mendekapnya erat. Mi-ra terpaku tidak ingin memberontak dan mengatakan apapun. Entahlah, semuanya masih saja menyakitkan. Dan perlakuan Taetae yang seperti ini membuatnya semakin terluka.
"Mi-ra maafkan aku. Aku sadar aku keterlaluan. Tolong jangan seperti ini, aku tidak sanggup. " Ucap Taetae penuh sesal seraya semakin mengeratkan dekapan nya. Sedangkan Mi-ra menggigit bibirnya sebisa mungkin agar dia tidak menangis. Rasanya terlalu melelahkan.
"Mi-ra, aku hanya takut kehilangan mu lagi. Maaf jika aku sudah sangat keterlaluan." Ucap Taetae
"Tapi kau sungguh sudah sangat menyakiti aku Tae. Kau sudah ingkar janji padaku." Sahut Mi-ra dengan parau, dia tidak ingin menangis tapi airmatanya malah jatuh begitu saja. Membuat ia terlihat seperti wanita yang sangat lemah.
"Maafkan aku Mi-ra, Maafkan aku. Aku mohon. Rasanya aku bisa gila jika kau seperti ini padaku. Aku tidak ingin kehilangan mu lagi. Sudah cukup saat kau koma dengan waktu yang begitu lama. Dan aku tidak ingin merasa kehilangan mu lagi Mi-ra. Aku mohon" Taetae mengungkapkan penyesalan nya dengan amat tulus, dia sungguh menyesal.
Mi-ra bungkam. Dadanya terasa sangat sesak sekali. Rasanya dia jadi tidak tega jika Taetae terus memohon seperti ini padanya. Tapi- sungguh hatinya masih terasa sakit jika mengingat kejadian kemarin. Semuanya masih terekam jelas di kepalanya. Berputar bak kaset CD yang di stel otomatis.
"Sudah cukup aku kelihangan mu selama 2 bulan saat kau koma. Dan kali ini aku tidak ingin kehilangan mu lagi. Aku tahu, kau pasti sangat terluka karena tingkahku. Dan ya, harusnya aku mendengar penjelasan mu dan Jimin kemarin. Aku hanya takut Mi-ra, takut kau akan meninggal kan aku. Takut jika kau lebih memilih Jimin daripada aku. Aku--.. Sangat mencintaimu Kang Mi-ra, aku tidak ingin kehilangan mu lagi. " Suara Taetae semakin lama semakin parau dan lirih, malah Mi-ra merasakan jika kini tubuh Taetae sudah bergetar. Itu menandakan bahwa Taetae menagis sekarang.
Entah karena perasaan nya yang iba atau dia yang sudah perlahan luluh, kini hati Mi-ra rasanya menghangat lagi. Kembali merasa di cintai oleh Taetae. Dan sejenak bisa melupakan kejadian kemarin. Bagaimana pun dia juga bersalah, tidak seharusnya juga dia menyakiti hati Taetae karena bersama Jimin kemarin. Tapi jika Taetae tahu keadaan sebenarnya mungkin kah Taetae masih akan memohon seperti ini padanya. Bagaimana jika Taetae tahu bahwa sebenarnya jimin mencintainya juga. Apakah Taetae masih akan bersahabat dengan Jimin ? Kenapa sekarang ia yang merasa kalut sendiri.
Perlahan Mi-ra membalik kan tubuhnya menghadap Taetae walau terlihat kesulitan karena dekapan Taetae yang cukup kuat. Memperhatikan kekasihnya yang masih tergugu dalam tangisnya dengan sedikit mendongak kan kepalanya. Apalah dayanya dengan tinggi tubuh yang hanya 165 cm sedang Taetae sangat tinggi menjulang bak pohon pinus. Tangan nya terulur mengusap airmata kekasihnya, walau sebenarnya dia juga masih menangis. Tapi ia lebih benci melihat airmata Taetae yang jatuh.