"Aku pernah berusaha menyayangimu. Tapi-, aku tidak bisa." Sekira nya begitu kalimat ujaran papa setelah lebih dari lima menit kesunyian sempat mencekik leher dan menyesakkan dada setelah papa menceritakan segala nya.
Sedang kan Mi-rae masih stagnan di tempat nya dengan pikiran yang terus berkecamuk kacau dengan segala pertanyaan yang terus berkelindan di otak nya saat ini.
Jadi ini masalahnya.
Papa membenci nya karena orang tua nya.
Tapi kenapa harus dia yang jadi sasaran dendam nya ? Sedangkan dia benar benar tidak tahu masalah masa lalu mereka sama sekali.Papa menghela nafas berat ke lewat sesak lalu kembali berujar " Jika saja wajah mu tidak sangat mirip dengan bajingan itu, aku rasa aku bisa menyayangimu. Tapi, lihat ! Bahkan kau sama sekali tidak mirip dengan ibumu, dan aku benci itu ! BENCI !!"
Brak !
Satu bangku di banting asal oleh papa hingga menciptkan suara gaduh dan membuat jantung semua orang disana hampir lepas ke dasar perut karena terkejut.
Mi-rae semakin tergugu dalam tangis nya, tidak tahu harus merespon apa dan bagaimana. Semuanya masih sangat sulit dia terima. Di tambah lagi rasa perih pada tangan akibat tali yang mengikat terlalu kencang sedari tadi. Ingin nya mati saja kalau begini.
"Dendam ku sungguh besar, kau tahu ?" Papa menjeda kalimat nya, berjalan mendekat untuk menatap Mi-rae lebih intens lalu kembali berujar " Bahkan saat aku berhasil membunuh ayahmu menggunakan kedua tangan ku pun rasanya aku belum puas sama sekali. " Desisan nya tajam dan mengerikan, matanya berkilat marah di sertai dendam.
"La-lalu, papa ingin apa agar bisa puas ?"
Pertanyaan itu mungkin terlalu berani dan seharusnya tidak Mi-rae lontarkan saat ini. Tapi, memang apalagi yang bisa dia katakan sekarang ?
Papa tertawa membahana dengan berkacak pinggang puas. Seperti menertawakan kebodohan seseorang yang hendak mati saat ini.
"Kau masih bertanya ?" Papa mengapit kedua pipi Mi-rae dengan keras lalu mendesis tajam " Tentu saja membunuh mu."
Rasa rasanya airmata Mi-rae sudah kering, karena nyatanya hanya dada yang kembali di himpit sesak dengan jantung bertalu hebat.
Mungkin pasrah saja lebih baik.
-------
Sedangkan di sisi lain, beberapa orang nampak cemas. Tentu saja, siapa yang tidak akan panik jika ada seseorang yang ternyata malah lenyap dari pengawasan.
"Arrgh, bagaimana bisa kalian kehilangan dia seperti ini huh ?!"
Jimin menjambak rambutnya frustasi. Memaki beberapa pengawal yang sengaja ia sewa untuk mengawasi Mi-rae, tapi nyata nya mereka gagal.
"Maafkan kami tuan."
Jimin terduduk lemas, menutup wajahnya dengan kedua tangan. Saat anak Bangtan yang lain sedang menikmati waktu istirahat dengan menyantap sajian makan malam, Jimin menemui orang orang suruhan nya untuk memastikan keadaan Mi-rae.
Tapi kabar yang di dapat benar benar bukan kabar menyenangkan, malah sangat buruk.
Dimana Mi-rae ?
Hingga Jimin terpaksa membenahi posisi duduk nya saat seseorang mendekat. Dan pasti dia juga sangat khawatir dengan gadis itu. Terlihat bagaimana langkah nya amat tergesa dengan ponsel di tangan di biarkan sibuk.
"Jim, kau tahu Mi-rae dimana ? Kenapa ponsel nya sulit sekali di hubungi. Aku sudah mencari nya kemana mana, tapi tidak ada."
Ya, Taetae. Dia pasti akan meraung jika tau Mi-rae hilang, tapi harus bagaimana lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/204905744-288-k644804.jpg)