"Terimakasih untuk hari ini. Kau tahu, aku sangat bahagia."
Kalau bisa jangan hanya kata terimakasih yang ingin Mi-rae berikan pada pria yang kini sedang tersenyum manis padanya nya. Satu pelukan juga tidak apa apa kok. Eh, apa yang sedang kau pikirkan ?
"Sama sama Mi-rae, aku senang jika kau senang. "
Balasan yang kelewat tulus itu rasanya bisa menembus relung hati Mi-rae yang paling dalam dimana rasanya semakin menghangat sepenuhnya. Jika Taetae bisa mendengar suara hatinya juga, bisa di pastikan bagaimana riang nya perasaan nya seperti festival akhir tahun.
Maka dengan anggukan kecil juga dengan lambaian singkat dari ambang pintu, maka konversasi berakhir saat masing masing diri mereka memasuki kamar untuk beristirahat. Hari ini melelahkan tapi menjadi paling membahagiakan sekaligus.
-----------------
Sarapan pagi dengan makanan buatan Mi-rae adalah hal rutin untuk seminggu terakhir ini. Dan rasanya masih sama. Masih lezat, masih enak dan masih ingin terus mencobanya.
Mereka sarapan dengan khidmat, kelewat khidmat malah. Saat Taetae terlalu serius memakan sarapan nya, tidak berusaha berbicara saat makan. Mungkin dia sudah merasa kapok karena hampir mati karena tersedak telur gulung tempo hari.
"Aku sangat iri pada hyung hyungku. " Celetuk Taetae seraya membersihkan bibirnya dengan tissue.
"Iri ? Kenapa begitu ?" Tanya mi-ra heran
Taetae mendecak kan lidahnya, lalu berujar."Tentu saja aku iri. Kau baru pertama kali bertemu mereka, tapi mereka beruntung kau sudah memanggilnya dengan 'Oppa'. Sedang kan aku ? kau tidak pernah memanggilku dengan panggilan semanis itu." Dia mengerucutkan bibirnya lucu lalu kembali melanjutkan." Kau bahkan selalu mengatai aku bodoh dan alien. Aku bukan alien tau. Aku kan juga ingin di panggil Oppa olehmu, lagipula apa bedanya aku dengan hyung ku, aku kan juga sama lebih tua darimu kan. " Di akhir kalimat Taetae mendayu manja, membuat nya menjadi sangat menggemaskan.
Uhuk uhuk uhuk !
Mi-ra yang sedang minum pun sontak kaget sampai dia memuncratkan minuman dari mulutnya dan sedikit tersedak. Taetaepun dengan cepat mengalihkan atensinya kepada mi-ra dan langsung menghampiri mi-ra untuk membantunya.
"Sssh ! Kau ini kenapa tidak berhati hati sih ? Kau minum seperti anak kecil yang sedang bermain air " Sergah Taetae syarat rasa khawatir sambil mengelus punggung mi-ra untuk meringkan tersedak nya.
Sambil masih terbatuk " Ini semua karna ulahmu tau !?" Dengus nya dengan nafas terengah.
Baiklah begini, menurut Mi-rae ini terlihat sedikit aneh. Bagaimana bisa Taetae bisa iri hanya untuk panggilan 'Oppa', bahkan saat Taetae mengatakan nya pun itu terdengar menggelikan tapi menggemaskan sekaligus. Mungkin bagi Taetae itu hal biasa, tapi tidak baginya. Bukan kah itu terdengar seperti seorang pria yang ingin di panggil dengan manis oleh kekasih nya. Eh, tidak. Tidak mungkin kalau Taetae cemburu. Memang nya dia siapa ? Mimpi sekali.
"Kenapa jadi aku yang disalahkan ? Aku tidak melakukan apa apa. " Ucap Taetae dengan wajah blank tapi masih terus mengelus punggung Mi-rae dengan telaten.
"Kau membuatku terkejut dengan alasan konyolmu itu." Sahut Mi-rae masih sedikit terengah. Ini gila.
Taetae menautkan alisnya, merasa tidak terima jika dia jadi tersangka utama disini "Apanya yang salah sih, aku kan hanya meminta mu memanggil ku 'oppa' juga sama seperti kau memanggil hyung hyungku kemarin , lagipula aku yang lebih dulu mengenal mu daripada mereka , tapi kau langsung bersikap manis pada mereka walau batu pertama bertemu , sedangkan dengan ku kau terus saja terlihat kesal dan tidak pernah bersikap manis" Ungkap taetae sambil mempoutkan bibirnya seperti anak kecil yang sedang merajuk lalu beranjak duduk kembali dengan wajah tertunduk