Part 58

2 0 0
                                    

Barang kali begitu lah hidup berjalan. Jika ada kehidupan pasti ada kematian. Pun dengan segala rencana yang coba manusia ciptakan tentu tidak akan selalu berjalan sesuai ekspetasi. Bahkan di beberapa kasus semua nya tampak berbanding terbalik. Itu lah kenapa manusia selalu menyebut nya sebuah takdir.

Mau tidak mau, siap tidak siap, manusia harus menerimanya. Karena takdir adalah segala aturan dengan campur tangan Tuhan.

Di tanah pemakaman yang basah dan juga becek, di barengi dengan bau petrikor yang merangsek masuk ke hidung nampak begitu memilukan dengan suasana berkabung. Gundukan tanah nya masih terasa hangat karena baru saja di tutup. Dengan tancapan bantu nisan bermarga Kang itu.

Kendati pun suara hujan deras yang mengguyur sampai rasa dingin bisa saja membekukan tulang yang terbalut daging tidak akan sebanding dengan suara raung tangisan seseorang di atas gundukan tanah kuburan yang masih baru itu.

"Saayaaang, tidaak. Jangan tinggal kan aku dengan cara seperti ini. Jangan."

Untuk beberapa saat bahkan orang orang yang turut menyaksikan kejadian tersebut hanya mampu menahan nafas ke lewat sesak. Bagaimana pun suasana nya pasti akan terasa memilukan.

Sampai satu persatu pelayat meninggalkan tanah pemakaman, keadaan nya masih tidak berubah. Dia masih meraung seraya menggumam menyerukan kepiluan rasa kehilangan yang tengah ia rasakan. Bahkan aksi nya terbilang nekat saat dengan brutal dia mencoba membongkar gundukan tanah dengan kedua tangan nya. Membuat keadaan nya semakin terlihat kacau dengan noda tanah di sana sini.

"Sayaaaang ! Ayo kita pulang. Jangan tinggalkan aku sendiri. A-ku ti-daak bisa.... "

Sampai dengan paksa dua orang yang berada di belakang tubuh nya  memaksa nya untuk berdiri dan di bawa pergi.

"Tidak ! LEPASKAN AKU ! AKU INGIN BERSAMA SUAMI KU !!

Disana nyonya Eun He terus memberontak paksa dari cekalan pihak keamanan. Sampai akhirnya dia benar benar pasrah saat polisi menggiring nya paksa.

Sedangkan disana Taetae dan Jimin masih terus menatap wanita malang itu dengan tatapan yang sulit di artikan. Antara iba dan tidak peduli. Bagaimana pun wanita juga harus turut di adili.

Jimin menepuk bahu sahabat nya pelan " Ayo, kita harus segera ke rumah sakit."

Tanpa banyak bertanya dan hanya mengangguk singkat, Taetae dan Jimin langsung bertolak meninggalkan area pemakaman yang mereka hadiri untuk menghormati jasad Min Hyuk untuk terakhir kalinya.

Walau Taetae tidak yakin pantaskah manusia kejam itu mendapatkan nya. Tapi jika menilik lebih dalam, barang kali memang ini bentuk pengadilan Tuhan untuk Min Hyuk, mati dengan cara yang cukup mengenaskan. Bagaimana peluru itu tepat mengenai jantung nya, sehingga kemungkinan untuk selamat benar benar tidak ada dengan keadaan organ vital itu sudah rusak karena peluru.

Dan tentang Liza, sejauh yang Taetae tahu gadis itu sudah berada di penjara untuk menjalani hukuman dan melakukan sidang pengadilan. Beruntung luka nya tidak cukup parah karena hanya mengenai  lengan nya saja. Tapi, kabar mengejutkan juga turut terbuka. Bahwa ternyata Liza memiliki gangguan kejiwaan, dimana emosi yang tidak pernah terkontrol dengan baik. Kemungkinan dia akan menjalani tes psikologis untuk memastikan nya.

Maka dengan laju mobil yang sedikit melambat karena kondisi jalanan yang cukup licin karena sisa hujan dan gunungan salju di sana sini, Taetae dan Jimin akan pergi kerumah sakit untuk melihat keadaan seseorang yang turut menjadi korban dalam baku tembak beberapa hari lalu.

Taetae sejemang mengusap wajahnya kasar. Rasanya ke khawatiran nya belum lenyap benar, kendati masalah utama yang membuat Mi-rae menderita satu persatu hendak di adili. Pun disana Jimin hanya memberikan usapan lembut pada bahu sahabatnya dengan tatapan seolah mengatakan " Semua akan baik baik saja" Taetae nampak menampilkan raut lebih tenang dari sebelum nya.

My Alien IDOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang