Part 57

3 0 0
                                    

Entah harus merasa lega atau bersyukur, Jimin menghela nafasnya dengan seulas senyum tipis saat mendengar kabar bahwa salah satu orang suruhan nya berhasil melacak keberadaan Mi-rae. Namun tidak benar benar lega karena keadaan nya juga tidak baik.

Maka tanpa menunggu waktu lebih lama, dan beruntung nya acara juga sudah selesai. Jimin dan Taetae beserta anak buah nya tidak lupa menghubungi pihak kepolisian, mereka meluncur ke tempat Mi-rae.

Dengan mobil yang di kendarai dengan kencang terkesan ugal ugalan, melesat cepat membelah jalanan kota Seoul. Beberapa mobil polisi juga sudah berkonfoi di belakang mobil tanpa menghidupkan sirine untuk mencegah kepanikan.

"Bertahan lah sayang, aku datang. Sabar ya, aku datang Mi-rae."

Tak hentinya Taetae selalu menggumam untuk menguatkan gadis yang mungkin saja sedang bertaruh nyawa di tempat itu bersama orang orang brengsek. Pun Jimin tak pernah absen untuk memberi kan suntikan semangat sebagai penenang.

"Tenang lah Tae. Mi-rae akan baik baik saja."

Taetae menyugar rambut nya acak. Membuat kesan kacau semakin kentara dengan airmata yang sudah menganak sungai. " BAGAIMANA AKU BISA TENANG JIM. GADIS KU SEDANG BERTARUH NYAWA !! " Teriak nya lantang dengan mata menusuk tajam, menghunus tepat di kedua netra Jimin. Perlahan menatap sayu lalu kembali berujar " Dan kau, kenapa kau sembunyikan semua ini dari ku. Apa aku ini tidak penting untuk tahu. Apa aku juga tidak berhak melindungi gadis ku ?  Kenapa kalian tega padaku. KENAPA JIM KENAPA !!!!!"

Rasa rasanya Jimin juga sudah tidak bisa lagi memberi kan rasa tenang dengan keadaan yang semakin kalut. Juga dengan rahasia yang selama ini dia jaga bersama Mi-rae. Jimin cukup paham itu benar benar tidak adil untuk Taetae. Tapi jika menengok apa yang dia lakukan ini demi keselamatan Taetae, dia tidak bisa seratus persen di salahkan.

"Kau tahu bukan itu maksud ku dan Mi-rae. Apa semua nya masih belum jelas untuk mu ? " Memberi jawaban setenang mungkin adalah pilihan terbaik yang coba Jimin ambil.

Jika saja Jimin ikut kalut dan emosi semuanya akan berakhir dengan kacau. Apalagi semuanya terasa jadi lebih genting.

"Tapi tidak bisakah kau beri tahu Jika mereka bersaudara ? Apa itu juga beban untuk mu ? "

Jimin menghela nafas " Aku sudah pernah berusaha memberi tahumu, tapi Mi-rae melarang nya. "

"Kenapa dia melakukan ini. Apa karena aku tidak cukup kuat untuk melindungi nya. Kenapa harus bergantung padamu. Kenapa dia tidak meminta ku saja. "

"KARENA DIA SANGAT MENCINTAI DAN INGIN MELINDUNGI MU BODOH. APA KAU TIDAK MENGERTI HUH !!!"

Rasa sabar nya mungkin sudah habis, sehingga Jimin berteriak lantang di barengi dengan deru kendaraan yang sudah semakin melaju dengan kencang.

Semua nya jadi semakin kacau tak terelakkan. Maka setelah nya Jimin berusaha meredakan emosi dengan menutup mata dan menghela nafas panjang beberapa kali. Pun dengan Taetae yang lebih memilih diam. Mungkin sedang merutuki kebodohan nya karena sudah berujar kasar dan ke kanakan di saat genting seperti ini.

Jimin menyandarkan badan nya ke jok mobil, mencari efek tenang walau mungkin tidak akan membantu. " Sudah lah Tae, emosi tidak akan menyelesaikan masalah. Kita bicarakan lain kali. Yang terpenting kita harus menyelamatkan Mi-rae terlebih dahulu."

Setelah nya mobil kembali melaju dengan kesunyian tak bertepi dari insan di dalam nya. Lagi pula saat ini seperti nya mereka hampir sampai saat tanda GPS berdenyar merah menunjukkan bahwa tujuan mereka sudah semakin dekat.

---------

Mobil bergerak sedikit lamban saat melewati jalan sedikit berkerikil, guna memastikan bahwa jalan yang mereka lalui aman. Maka kini mereka benar benar sampai pada jalan buntu dengan gedung tua menjulang tinggi dengan lumut hijau menutupi tembok bangunan.

Ini pabrik tekstil yang sudah tidak terpakai yang berada di pinggiran kota Seoul. Akses masuk yang cukup sulit membuat pabrik ini akhirnya tutup dan terbengkalai. Dan bagaimana bangunan ini menjadi satu satunya yang berdiri, bisa sangat di pahami mengapa Mi-rae di bawa kemari.

Maka Jimin, Taetae juga polisi berjalan mengendap menuju gedung dengan gerbang reot berkarat yang di biarkan terbuka. Salah satu polisi mengintip keadaan sekitar. Ada beberapa penjaga yang siap sedia berjaga di luar gedung dengan gagah nya.

Salah satu komandan, memerintah kan 4 anak buah nya untuk menyiapkan pistol bius. Karena sangat efektif untuk tidak menciptakan kegaduhan. Juga agar apa yang terjadi di dalam tidak semakin buruk.

Maka dengan sasaran tepat, 4 penjaga telah lumpuh tak sadarkan diri.

DOR !

Satu ledakan mesiu dari arah dalam, membuat Taetae dan semua orang semakin panik dan bertindak lebih cepat.

Masih berjalan mengendap, takut takut masih ada penjaga di dalam gedung mereka bergerak maju. Dan benar saja masih ada 3 orang yang berjaga di pintu. Dan lagi tembakan bius kembali di lancarkan.

Saat semua nya aman, mereka siap untuk menyerang. Menggrebek paksa, apalagi Taetae yang sudah tidak sabaran ingin masuk dan menyelamatkan Mi-rae. Namun sang komandan memberi instruksi " Kita jangan gegabah, aku takut mereka bersenjata dan malah melukai korban di dalam. Kita lakukan secara diam diam dan tunggu waktu yang tepat. " Hendak protes, namun Jimin memberi tatapan seolah mengatakan " Jangan lakukan hal bodoh lagi." Maka Taetae pasrah mengikuti instruksi.

Kini mereka sudah berada di dekat lokasi Mi-rae berada, bersembunyi di balik kardus kardus kosong tak terpakai. Pihak ke polisian menatap jeli pada setiap pergerakan, dengan sesekali komandan memerintah kan anak buah nya untuk bergerak mengepung tempat ini.

Maka disana Taetae kembali meneteskan airmata nya dengan cukup deras, juga dengan degup jantung bertalu hebat di barengi rasa takut dan khawatir berlebih.

Wajah pucat dengan darah di sekitar bibir dan hidung, membuat keadaan Mi-rae benar benar mengkhawatirkan. Di tambah lagi Mi-rae meringis menahan sakit tak terkira, membuat hati Taetae ter iris perih dan ngilu.

"Bertahan lah sayang, aku disini." Gumam nya lirih tanpa tega melihat Mi-rae kembali. Astaga, kenapa jadi sangat kacau.

"Sudah lah, aku lelah bermain terus. Saat nya membuat mu mati. "

Taetae dan semua orang bisa mendengar dengan jelas saat Liza berbicara di barengi dengan suara pegas pelatuk yang  menggema nyaring. Komandan juga sudah bersiap siaga dengan senjata untuk menghindari kemungkinan terburuk.

Maka saat Liza benar benar menodongkan  pistol nya kearah Mi-rae, para polisi juga bersiap menodongkan pistol ke arah Liza dan keluarga nya.

Dan ketika Liza menarik pelatuk, peluru bergerak cepat menuju badan Mi-rae disana bersama an dengan satu peluru menuju ke arah Liza.

Dor !

"Aaakh !!"

"MIIRAE TIIIDAAAK !!!"

Taetae berteriak histeris seraya berlari terseok menghampiri Mi-rae. Keadaan semakin kacau saat Min Hyuk berusaha melepas kan tembakan ke arah Taetae.  beruntung semua nya gagal saat terlebih dahulu pistol mengenai dada kirinya.

Bersama an dengan tubuh Min Hyuk yang ambruk Taetae segera menggapai Mi-rae, melepas kan ikatan nya dengan cepat. Membawa tubuh sang gadis yang bersimbah darah serta nafas tersengal kepangkuan.

"T-tae.., kau da-taang..." Lirih nya dengan tangan terulur menyentuh pipi Taetae dengan sisa nafas yang masih coba ia pertahankan.

Dengan cepat Taetae menggenggam tangan Mi-rae lalu mencium nya bertubi " Iya, ini aku. Bertahan ya sayang. Kau pasti kuat. Mi-rae ku pasti kuat. " Taetae semakin meringis ngilu saat melihat simbahan darah yang menggenang di baju Mi-rae. Memberi efek mual juga ngilu secara bersamaan.

Mi-rae terbatuk payah, membuat nafasnya semakin tersengal hebat. Kembali menatap Taetae dengan mata sayu " A-aku men-cintaih muhh Tae.. "

"Aku juga Mi-rae. Sangat. Sebentar lagi ambulance datang. Maka bertahan lah. Ingat lah liburan yang sudah kita rencanakan di musim semi bulan depan. "

Mi-rae mengulas senyum kelewat tipis dan lemah. Sisa nafas nya hanya tinggal sedikit. 
Maka dengan satu usapan lembut ibu jari pada punggung Taetae, dia berujar lirih " Aku mencintaimu. Terus lah bahagia. Aku harap kita bisa bersama di kehidupan selanjutnya."

--------

My Alien IDOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang