Mi-rae menatap butiran putih bernama salju dari jendela kamarnya, butiran itu masih turun dari langit, memicu terjadinya gunung gunung salju di bawah sana, menciptakan dataran putih bersuhu dingin yang ampuh membekukan apapun yang di laluinya
Aliran sungai Han yang biasanya mengalir dengan tenang , kini terlihat seperti kelokan jalan beraspal putih
Dia menghela nafas berat nya berkali kali, seberat perasaan hatinya yang terasa amat kacau sekarang
Serumit inikah hubungan yang harus ia jalani dengan Taetae , bahkan di awal percobaan nya badai besar sudah begitu kuat menghantam hingga mampu menghancurkan kokohnya karang pertahanan hatinya
Semua nya begitu menyakitkan, haruskah dia menyerah sekarang ?
Dia merasa akan lebih baik jika ia menyimpan perasaan nya saja waktu itu, semua nya akan terasa lebih mudah--- mungkin.Dia masih berdiri di dekat jendela kaca besar kamarnya, pikiran nya masih berkecamuk penuh kegundahan
Biasanya Jimin yang akan menenangkan nya, tapi sayang kali ini dia tidak bisa bertemu dengan pria imut itu, karna Jimin harus menyelesaikan latihan nya dan Mi-ra tidak ingin menggangu nya.
Hingga tidak berapa lama dia mendengar pintu kamarnya di buka, lalu langkah ketukan sepatu beradu dengan lantai semakin terdengar mendekat, namun ia sama sekali tidak menggubris atau hanya sekedar melihat siapa yang datang
Dia masih tetap sama dengan posisi semula tidak bergeming sedikitpunLalu dia merasa tubuhnya kembali di hinggapi kehangatan saat dari arah belakang dia mendapat pelukan erat, sangat erat seolah takut si gadis akan pergi jauh setelah ini
"Kenapa masih berdiri disini ? Apa kau tidak kedinginan ? "
Bahkan ketika suara deep itu menginstrupsi pendengaran nya dia masih tidak bergeming,
Saat ini bukan sepenuhnya kenyamanan yang Mi-ra rasakan seperti biasanya, tapi juga tidak berusaha menolak dekapan itu.
Karna disana juga terselip rasa sakit yang amat luar biasa di hatinya. Seluruh badan seperti habis di cambuk lalu di siram air garam
Teramat perih hingga sebenarnya ia tidak kuasa menahan sakitnya
Di tampar kenyataan pahit di awal perjalanan cintanya, bisa bayangkan bagaimana sakitnya"Ingin coba menjelaskan sesuatu padaku Tae ? " Kali ini ia bersuara, namun dengan nada dingin nan datar, sedingin musim salju hari ini
Terdengar helaan nafas berat dari Taetae, namun tidak membuat nya melepas dekapan tubuhnya dari si gadis, namun malah semakin mengeratkan dekapan nya
"Percayalah padaku Mi-ra, sungguh aku tidak tahu akan rencana Liza mengumumkan status hubungan kami, dan soal--- pernikahan sungguh aku tidak pernah mengatakan hal itu padanya, bahkan aku tidak pernah berpikir sama sekali" Taetae mencoba memberi penjelasan dan keyakinan pada gadis yang amat ia cintai ini
Bahkan perkataan Taetad yang penuh keyakinan itu pun tidak serta merta membuat Mi-ra percaya begitu saja, semua nya masih terlalu menyakitkan
"Apa lebih baik aku ---- menyerah saja ? "
Taetae menegang, dengan mata membulat sempurna , apa apa an dia ini seenak nya bicara yang tidak tidak
Tentu ini tidak boleh terjadi "Mi-ra, jangan asal bicara , sungguh aku tidak suka, asal kau tahu aku sungguh sungguh tidak ingin menikah dengan nya, karna aku hanya akan menikah dengan mu, dengan kau saja Kang Mi-ra " Taetae menjelaskan dengan tegas dan sengaja menekan kalimat terakhir saat ia menyebut nama Mi-ra dengan lengkapTaetae jadi sedikit kesal sekarang, dia sungguh tidak suka Mi-ra bicara seperti itu, padahal baru kemarin mereka bahagia bersama, kenapa malah sekarang ingin menyerah secepat ini
Tidak ! Dia tidak akan mengizinkan.