Part 54

4 0 0
                                    

Ruangan ini begitu pengap dan juga kotor. Suasana begitu sepi dan mencekam pun lengkap dengan bau apak yang merebak menusuk hidung.

Pun gadis itu masih memejam kan matanya dengan tangan yang terikat kuat di kursi kayu di tengah ruangan dengan cahaya temaram.

BYUR

Hingga satu ember tumpah menyiram wajah dan tubuhnya, sampai membuat dia sontak terperanjat kaget dan panik. Hendak melangkah pergi namun tertahan ikatan yang sangat kuat melilit tubuhnya.

Kepalanya mendadak berdenyut nyeri membuat nya kehilangan kesadaran lagi, namun harus tertahan saat cekalan kuat menjambak rambut sampai membuatnya terasa perih pada kulit kepalanya.

"Bangun ! Sudah cukup tertidur nya !"

Teriakan marah dan hempasan kuat membuat Mi-rae meringis sakit. Perlahan membuka mata yang semakin di paksakan membuat kepalanya berlarut sakit dan pening bukan kepalang.

Pandangan nya samar, terlihat buram dan sedikit gelap. Perlahan lahan netra nya dapat menangkap objek di sekitarnya.

"Pa-pa." Bisik nya lirih. Tenaga nya tidak cukup kuat untuk memberontak dan berteriak lagi sekarang. Dia tidak perlu memutar otak dan mengingat kejadian sebelum dia berakhir disini. Jelas dia tahu, bahwa saat ini dia sedang di culik oleh kelurga nya sendiri. Terdengar tidak masuk akal, tapi begitu faktanya.

Mi-rae menatap nanar dan sayu pada presensi pria berumur 45 tahun di depan nya itu. Tatapan pria itu masih sama saat terakhir Mi-rae melihatnya. Bengis dan ambisius. Kadang Mi-rae berpikir bagaimana bisa pria yang dia panggil papa itu memiliki sifat iblis. Apa yang membuat nya jadi seperti ini.

Belum habis rasa takut nya, kini Mi-rae kembali di serang rasa terkejut saat tidak jauh darisana dia melihat Mama dan Liza duduk menyilang dengan sombong dan angkuh. Melihat nya dengan tatapan jijik dan siap menghabisi nyawa dengan sekali tebas.

"Akhirnya, kita bertemu lagi. Kau tahu, aki sangat merindukan mu Mi-rae. Rindu sekali."

Harusnya itu menjadi kata paling manis di dengar. Tapi tidak dengan senyum smirk dan tatapan bengis saat Min Hyuk berbicara. Itu terdengar sangat mengerikan.  Memasukkan kedua tangan nya ke saku celana, berjalan angkuh mendekat lalu tamparan melayang ringan di kedua pipi Mi-rae dengan cepat. Dan itu lah arti kerinduan sebenarnya dari seorang Kang Min Hyuk untuk Kang Mi-rae. Rindu menyiksa nya seperti dulu.

Pun Mi-rae hanya pasrah. Karena sungguh tenaga nya rasanya sudah terkuras habis. Entah berapa dosis yang di gunakan untuk membuatnya melemah seperti ini. Bahkan menggerakkan bibir pun rasanya sangat sulit. Tapi sungguh, tamparan papa tidak main main kuat nya. Nyatanya kini, meninggalkan luka sobek di sudut bibir sampai berdarah. Rasanya perih luar biasa.

"P-a sa-kit."

Mi-rae meringis dan berbisik pelan. Rasanya suara nya pun tercekat sakit di tenggorokan. Butuh tenaga lebih untuk mengeluarkan dua patah sekalipun. Tapi salah jika Mi-rae mendapatkan rasa iba dan pertolongan. Karena yang ada papa semakin suka melihatnya seperti ini. Menderita, terluka, dan tersiksa. Itu, menyenangkan sekali. Pun dengan dua wanita yang saat ini tertawa menggelegar bahagia dan puas.

"Pa, sudah cukup main main nya." Liza berseru seraya berdiri dan berjalan mendekat ke arah papanya, lalu lanjut berkata dengan mata memicing jijik. " Segera saja singkirkan sampah tidak berguna ini. Rasanya aku sudah muak sekali."

Ah ya benar, membunuh. Tujuan hidup mereka selama ini. Melenyapkan Mi-rae tapi bukan dengan cara yang mudah dan cepat.

Papa hanya menyeringai seraya tangan yang bergerak mengambil sesuatu di balik jasnya. Pistol. Mengusap setiap bagian nya dengan afeksi tinggi penuh kekaguman pada benda hitam berpeluru itu.

"Kau ingin papa menembak nya berapa kali sayang ? Atau, kita beri dia tato di tubuh dengan pisau dulu. Seperti nya akan menarik."

Darah Mi-rae berdesir ngeri mendengar ucapan yang terasa ringan terucap dari kedua bilah bibir nya. Seolah itu adalah bukan perkara sulit untuk di lakukan. Dan Mi-rae tau, setelah ini dirinya benar benar tidak aman. Ah ya, mungkin saja sebentar lagi dia akan mati.

Maka sebelum semuanya terlambat, sebelum dia menyesal dengan membawa rasa penasaran yang sedari dulu memang sudah menggunung dan mengakar. Maka kini dengan sekuat tenaga Mi-rae mencoba  berbicara walau dengan keadaan yang kelewat lemah dan mengenaskan.

"P-pa.." Dia menjeda kalimatnya seraya mengatur nafas yang kian sesak entah karena apa. " Ke-napa ka-lian sangat membenci-kuh ?"

Papa berdecih dengan satu sudut bibir tersinggung " Ingin tahu sekali ya. Oke baiklah. Baiknya memang sebelum kau mati kau tidak akan penasaran kenapa kami terutama aku sangat membenci mu." Papa menatap nyalang dengan dada yang sudah naik turun emosi, kembali berdecih lalu lanjut berkata. " Alasan nya karena sebelum kau lahir pun aku sudah benci dirimu. Penyebab nya adalah karna lelaki brengsek yang bisa kau sebut sebagai ayahmu."

Setelah nya papa mencondongkan tubuhnya lalu mencengkram kedua rahang Mi-rae yang kini sudah menangis tersedu.

Ada yang masih tidak Mi-rae mengerti disini tentang ayahnya. Maksud nya, sebenarnya siapa dia ? Dan apa hubungan nya dengan kisah masa lalu papa selama ini ?

"A-ayah ?" Ujarnya bertanya, lebih kepada memastikan bahwa papa tidak asal bicara dan juga dia butuh kejelasan atas segala nya. Mungkin ini kesempatan nya. Dia perlu tahu.

Papa mengangguk " Iya ayah mu. Si brengsek yang terkutuk . " Ujar papa penuh penekanan.

Dan kali ini Mi-rae sedikit dapat mengerti kenyataan yang baru saja dia dengar.  Kenyataan bahwa pria di depan nya ini bukan papa kandung nya. Tapi, kenapa ? Kenapa dia harus bersama papa selama ini ? Lalu dimana orang tua kandung nya ?
Ada yang masih saja mengganjal di dada Mi-rae. sesuatu yang membuat dadanya berdesir sesak dan ngilu. Ini, sakit sekali.

Papa tertawa remeh sebelum berkata " Kau tidak perlu repot bertanya, karena aku akan menjadi orang yang baik dan menjelaskan segalanya padamu. Se-ga-la nya."

Dan sebenarnya bukan hanya Mi-rae yang merasa terkejut dengan segala konversasi yang terjadi sedari tadi, karena nyata nya Liza pun menaruh rasa penasaran yang tinggi akan masa lalu papa nya. Karena selama ini papa tidak pernah memberi tahukan nya akan hal ini. Selama ini dia berpikir bahwa Mi-rae adalah benar benar adik kandung nya yang memang sengaja di benci papa karena anak itu di anggap sebagai pembawa masalah. Tidak pernah sekali pun berpikir bahwa ini ada hubungan nya dengan masa lalu papa.

My Alien IDOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang