Mahasiswa tingkat akhir, Membuatku sedikit sibuk dari awal aku sendiri yang telah membuat diriku sibuk. Planning yang cukup memusingkan, aku harus melakukan magang di perusahaan yang sesuai dengan jurusanku.
Dosen memberiku rekomendasi dimana aku harus melakukan Internship karena refrensinya bagus, aku cukup bersyukur karena di kampus ini mahasiswa internasional sepertiku lebih diperhatikan, bukan maksudnya mahasiswa Korean sendiri tak diperhatikan tapi hanya saja lebih sedikit diperhatikan dari yang lain, yah.. mungkin karena kita orang asing yang butuh banyak arahan, bukankah begitu?
Oh ya, aku sekitar empat tahun yang lalu telah menempuh pendidikan di Negeri Ginseng ini, aku berkesempatan mendapat beasiswa penuh dari pemerintah Korea aku juga tak tau pasti bagaimana aku bisa terpilih dari ratusan pelamar, tapi aku sangat beruntung dan sangat bersyukur pastinya.
Sedikit merasa penyesalan juga karena di saat itu pula aku telah mencoba mengubur dalam-dalam tentang Kpop bahkan BTS, tapi nyatanya saat itu terjadi sebuah tawaran beasiswa datang, awalnya aku hanya iseng mendaftarkan diri tapi lihatlah bagaimana takdir bekerja padaku, aku lulus pertama kali percobaan.
Tapi aku lega karena kampus di mana aku belajar terletak jauh dari Seoul yaitu pusat segalanya, tepatnya aku berada di Daegu walaupun pastinya berita dan wajah Bangtan sering muncul di layar TV dan menjadi bahan perbincangan orang-orang sekitarku, aku mencoba tak perduli dan bersikap biasa saja tak seperti dulu yang selalu heboh kanan kiri.
"Laras bagaimana sudah menentukan dimana kau akan pergi magang?"
"Entah aku masih bingung"
Iyap, betul sekali aku sangat bingung bagaimana tidak semua perusahaan stasiun televisi yang direkomendasikan berada di Seoul aku tak tahu lagi, pastinya aku akan sering bertemu idol atau artis di sana tak menutup kemungkinan akan bertemu Bangtan juga, apalagi bidangku adalah Reporter, mau tak mau aku harus bergelut dengan dunia entertainment pastinya."Emm.. pikirkan baik-baik, aku pulang dulu"
"Emm"
Aku membalas lambaian tangan Yora temanku, dia asli orang Korea, sangat baik padaku selama ini dia juga selalu membantuku....
Saat masuk ke Asrama aku masih sibuk memikirkannya, aku sangat butuh pencerahan. Inisiatifku muncul aku menekan nama sahabatku Reyhan di layar ponsel, dia adalah sahabatku dari SMA kita dulu selalu bareng-bareng kemanapun ibarat lem sama kertas selalu nempel kalau ketemu, sampai kadang teman-teman kami mengira bahwa kami sedang berkencan. Tapi nyatanya tidak Reyhan itu player, Playboy cap kingkong bisa bergonta-ganti perempuan setiap minggu, sedangkan aku hanya menanti cinta halu dari Oppa-oppa impianku, tak ada ketertarikan menjalin hubungan dengan lelaki di sekitarku saat itu. Ya mungkin itu yang membuatku dan Reyhan bisa berteman akrab kita tak tertarik satu sama lain jadi tak akan ada ikatan yang lebih dari sekedar sahabat.
"Hi Bodoh, dimana kau?"
Aku memanggilnya bodoh karena itu memang cocok untuknya yang selalu tidur saat ulang Matematika, dan dia selalu membantah jika melihat soal matematika membuatnya ngantuk. Untung orangtuanya kaya jadi kebodohannya tertutupi oleh gaya dan oh ya jangan lupa jika dia player pastilah modal tampangnya juga lumayan.. oke aku akui Reyhan tampan tapi tak setampan Jungkook bagiku. Dulu..."Kenapa? Ada apa? Kau tak lihat aku sibuk?"
"Yakk bodoh mana tau aku kalau kau sibuk, aku tak bisa melihat mu"
Memang pria ini, ah sekarang aku harus menganggapnya pria karena kami sudah dewasa dengan umur kami saat ini."Makanya cepet pulang, kau sudah dua tahun tak pulang... Sekalian jangan pulang ke Indonesia lagi, tinggal dan menikah di sana"
Sudah terhitung sejak terahir kali aku balik ke Indonesia adalah 2 tahun yang lalu itu saat libur musim panas, setelah itu aku belum pulang lagi, aku juga hanya bertukar kabar dengan orang tuaku melalui aplikasi vidio call.
"Oh begituu, baiklahhh aku akan menikah dan tinggal di sini, SELAMANYA!"
ku tinggikan sedikit suaraku, dasar Reyhan tak peka aku butuh bantuan malah dia bikin orang kesal.
"Hehe,... Aku hanya bercanda, jangan menikah dengan orang sana dan cepat pulang oke!"
"Tergantung"
Jawabku dengan nada masih kesal"Tergantung apa?"
Suara Reyhan terdengar serius, ingin sekali aku memukul pantatnya"Tergantung kalau ada pria tampan dan kaya melamarku, aku tak bisa menolak"
Sesungguhnya aku memang jujur tentang hal ini, jiwa realistisku sebagai wanita muncul dan membenarkan"Bukankah aku sudah tampan dan kaya, bagaiamana.. ayo menikah"
"Dih ogah, yang ada aku akan makan hati setiap hari melihat kau bergonta-ganti wanita di depanku tanpa punya malu"
"Ahh.. aku sudah alim sekarang tidak akan lagi deh setiap hari gonta-ganti wanita, emm... Paling seminggu sekali bwahahah"
Sungguh tak ada otak pria ini, batinku
"Ah sudahlah memang kalau tabiat tak bisa di rubah.. ah ya aku butuh saran-..."
Belum selesai aku berbicara si bodoh ini sudah memotongnya"Ohh yaa.. ya.. bagaimana orang cerdas ini akan memberimu pendapat yang luar biasa"
"Ck...dasar bodoh tak ada otak hahahah baiklah.. baiklah jadi begini- "
Aku menceritakan semua pada Reyhan yang notabennya adalah sahabatku yah sebenarnya aku sedikit geli menyebutnya sahabat, tapi memang begitu adanya dia juga tau jalan cerita hidupku bahkan tentang bagaimana aku berusaha melupakan diri dari Kpop dan Bangtan hingga aku tertarik ke tempat dimana Bangtan sendiri hidup dan tinggal di sana, itu karena aku sering bertukar pikiran dengannya.
......
Pagi yang cerah, hari ini aku telah menentukan pilihan aku mengirim berkasku ke tempat yang akan menjadi tempat magangku, menunggu kabar lanjutan dari staf di sana.
Aku sedikit gugup pasalnya aku tak tau harus bagaimana bersikap ini pertama kalinya aku terjun ke dunia kerja yang lebih nyata. Sejujurnya aku bukan orang yang bisa dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, kaku dan terdengar membosankan untuk memulai percakapan.
Autor :
Tiga hari setelahnya Laras telah mendapt panggilan dari Perusahan televisi besar yang ada di Seoul, ia harus segera datang untuk melakukan wawancara walaupun ini bukan untuk sebuah pekerjaan tetap hanya sebuah kewajiban magang bagi seorang mahasiswa tingkat akhir tapi ia harus melakukannya dengan apik tentunya.
Menuju ke Seoul dengan kereta dan sampai dengan selamat lalu menuju gedung yang akan menjadi tempatnya memulai cerita baru untuk enam bulan ke depan, menaiki bus kota dengan memakan waktu yang tak terlalu lama.
Tiba di depan gedung tersebut, ia menarik nafas agar otak dan badannya berjalan sinkron.
'Ayoo semangatt' katanya dalam hati, melangkahkan kaki menanyakan pada resepsionis kemudian menaiki lift dan sampai di tempat manager yang akan membimbingnya enam bulan ke depan
"Anyeonghaseyo Jonen Laras Ayundia ibnida, Mohon bantuannya"
Laras membungkuk memberi hormat, sejauh ini Laras telah fasih berbahasa korea dan sudah hafal dengan budaya di sana.Setelah selesai melakukan wawancara
"Baiklah lusa kau sudah muli masuk, aku akan memberitahu apa saja tugasmu nanti"
"Baiklah Bujangnim, kamsahamnida"
Laras langsung pamit dan kembali ke Daegu saat itu juga, bukanya ia tak lelah, ia lelah tapi mau bagaimana lagi lusa Laras harus sudah mulai bekerja jadi harus cepat mencari tempat tinggal juga.
.
.
.Next...
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER IMAGINED (JJK) ✓
Fanfiction________________________________________ Bisa di sebut dengan pensiun, ya begitu yang di rasakan Laras, gadis Indonesia yang dulunya adalah seorang Fangirl, benar. Dulu. Mencoba menghindari semua hal tentang Fangirl tapi tidak dengan negara asalnya...