Part 2 - Do I Trust Him?

231K 13.2K 524
                                    

===========
Karya ini hanya di publish di Wattpad. Jika kalian membaca karya milik saya, Adellelia di platform selain Wattpad, berarti kalian membaca karya bajakan.
===========

Jangan lupa klik bintang dibawah ituh, sayang-sayangkuuhh 😘
****

Oh. My. God!

Dari semua nama Leon yang ada dimuka bumi ini, kenapa harus dia?! Leonard Suryo Utomo, pria kurang ajar dari masa lalu yang pernah mencuri ciuman pertamaku.

Pria itu menatapku dengan senyum mengembang yang sialnya membuat wajahnya terlihat begitu menawan. Ya Tuhan, tenggelamkan saja aku ke lautan.

*******

"Selamat siang." Sapa Leonard dengan senyum manisnya. Sang dokter yang sialnya akan memeriksa tubuhku hari ini. Why oh why, God? Kenapa harus diaa?? Panikku dalam hati.

Lidahku masih kelu. Bahkan untuk membalas sapaannya saja aku tak mampu. Tubuhku membeku diatas ranjang pemeriksaan. Pikiranku bersitegang di dalam otakku. Should I stay here? Or should I run? Sungguh aku merasa telanjang. Belum lagi kepalaku yang tidak mengenakan hijab. Oh my, God. Help me!!!

Leonard mulai melangkahkan kakinya mendekat dan jantungku semakin bertalu-talu. Berdentum liar dan tak beraturan. Ya Tuhan, semoga dirinya tidak mengingatku. Semoga tidak. Semoga tidak.

"Hallo, Winda. Long time no see." Ucapnya dengan suara riang yang langsung membuat ragaku serasa dicabut keluar. Lemas.

Dia ingat.

I'm dead!

Aku ingin segera diterbangkan oleh NASA ke planet Mars. Someone, help me, please.

"Le .. Leon?" Tanyaku, memasang ekspresi pura-pura berusaha mengingatnya. Padahal, di dalam sini sudah tak karuan rasanya.

"Yes, it is me." Jawabnya dengan suara bariton yang terdengar begitu seksi ditelingaku. Ya Tuhan, kemana suara cempreng menyebalkan yang selalu saja membuatku emosi mendengarnya kala pria ini menggangguku di masa putih abu-abu dulu?

Kini, Leonard hanya tinggal satu langkah dihadapanku. Semakin menyadarkanku perubahan fisiknya yang begitu drastis dari terakhir kali kami bertemu saat wisuda Sekolah Menengah atas kami sebelas, oh atau dua belas tahun yang lalu?

Tubuh Leonard tinggi tegap. Berdiri menjulang dengan bahu lebar  dan kedua lengan kekar yang bahkan pakaian dokter yang dikenakannya tak dapat menyembunyikan otot-otot bisepnya. Tangan berotot itu terlihat besar dan liat.

Oh, wait! Kenapa pria ini berubah menjadi begitu tampan. Tatapan matanya hangat dengan alis tebal yang terlihat begitu rapih. Bahkan kaca mata yang dikenakannya malah semakin membuatnya terlihat begitu professional namun panas.

Rahang pria ini tegas, hidung mancung dengan bibir merah yang terlihat begitu sempurna. Bibir merah itu tersenyum. Melengkung dengan sebuah lesung pipit di pipi sebelah kanan. Oh. Em. Gi! He's really hot!

"Apa kabarmu, Winda?" Suara Leonard menyadarkan diriku dari pikiranku yang tersesat karena menatap jelmaan Neptunus yang terlihat tenang namun memabukkan dihadapanku. Membuatku tanpa sadar menyelam di sorot tatapan lautan kedua iris mata miliknya. Oh, no! This is dangerous! Red code! Otakku memperingatkan.

TOUCH! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang