Part 25 - Calon Istri?

84.3K 8.3K 674
                                    

============
Karya ini hanya diterbitkan pada aplikasi Wattpad.
Jika kalian membaca karya saya pada aplikasi selain Wattpad, berarti kalian membaca karya bajakan
=============


Tandai Typonya ya, Sayang. Aku nulisnya kayak dikejar gerandong soalnya 😅
****

I want a boyfriend
But I just keep hitting dead ends
Try to take a shortcut, but I get cut
Again and again
~ Boyfriend - Selena Gomez ~
***

Winda POV

"Aku nggak akan kuat jika harus menyetir dalam keadaan kelaparan." Ucapnya. "Boleh ya, kita makan steak yang kubawa bersama, di apartemenmu?" Tanyanya lagi dengan wajah meringis menahan nyeri. Mengambil nafas dalam, akhirnya aku pun mengangguk.

Tanpa banyak bicara, kulangkahkan kedua kakiku ke arah dapur untuk mengambil peralatan makan. Saat kembali ke meja ruang tengah, Leon sudah membuka bungkus steak yang dia bawa.

"Terima kasih." Ucapnya saat kusodorkan piring dan peralatan makan untuknya. "Eh, kok duduk disana?" Serunya kala melihatku mengambil posisi di sofa single.

Aku bergeming sekedar menatapnya dengan tatapan malas. Tanganku ingin mengambil bungkus steak yang belum dibukanya, namun Leonard memberikan steak yang sudah ditatanya di piring. 

"Terima kasih." Ucapku dengan suara yang ternyata terdengar ketus.

"Anytime for you, Win." Balasnya yang membuatku berdecih mendengarnya.

Anytime, anytime dari Wakanda? Ciihh!

"Cepat habiskan makanan kamu dan habis itu langsung pulang." Perintahku. "Kasihan Naysha nungguin kamu dirumah."

"Naysha sudah tidur." Ucapnya sembari tersenyum.

Dih, ngapain pakai senyum-senyum coba?

"Kamu tahu, Win," Leonard kembali memulai pembicaraan. "Naysha masih suka nyariin kamu. Besok, aku bawa Naysha kesini boleh?"  Tanyanya dengan begitu berani, membuat kedua mataku memicing menatapnya.

Licik! Dia mau menggunakan anaknya untuk merayuku? Cih! Tak semudah itu aku terkena bujuk rayumu, Leon! Lagipula, untuk apa Naysha mencariku? Bukankah ada Mama Nia Mama Nia itu?!

"Buat apa?" Balasku ketus. "Lagipula tidak usah! Besok aku masih harus kerja dan jadwalku sibuk." Aku beralasan.

"Lusa saja kalau begitu." Leonard tak menyerah.

"Apaan sih?!" Seruku kesal. "Cepatan deh habisin makanan kamu terus cepat pulang. Aku cape, aku mau tidur!" Kuberikan tatapan tak bersahabat kepadanya yang masih menatapku sembari tersenyum. Senyum manis yang masih saja membuat hatiku berdesir hebat.

Ya Tuhan, seketika ku sesali keputusanku yang mengijinkannya untuk berlama-lama di dalam apartemenku. Cepat-cepat kualihkan tatapanku. Kembali menunduk menatap potongan daging berwarna coklat itu yang seharusnya menjadi makanan kesukaanku tak berselera.

"Maaf." Suara Leonard terdengar berat dan rendah.

Aku tetap tak bergeming.

"Maaf, karena kebodohanku kita jadi seperti ini sekarang." Ucapnya lagi yang sialnya membuat kedua mataku panas mendengarnya.

"Harusnya aku tetap datang kerumahmu malam itu, tapi ...," Leonard menarik nafasnya berat, "aku malah menghancurkannya." Lirihnya.

"Karena itu," aku bersuara, "karena hubungan kita sudah hancur, lebih baik kita tak saling mengungkitnya. Dan tolong, jauhi aku, Leon." Kuangat wajahku. Ku tatap hazel coklat itu yang sedang menatapku sayu.

TOUCH! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang