Part 37 - Mantan Terindah (2)

53.8K 6.5K 486
                                    

Cerita ini hanya publish pada aplikasi Wattpad. Jika kalian membaca Touch! Diaplikasi lainnya, berarti kalian membaca karya bajakan.
***

=========
SURPRISEEEEE
Vote dulu laaahhh 😏
==========

Mengapa engkau waktu itu
Putuskan cintaku?
Dan saat ini engkau selalu
ingin bertemu
Dan mengulang jalin cinta
Mau dikatakan apa lagi?
Kita tak akan pernah satu
~ Mantan Terindah - Raisa ~
****

WINDA POV

"Terlambat, keleus," celetuk Carissa tanpa memandang kami berdua. Wanita itu seakan asik dengan telepon genggam dan makanannya tapi sempat-sempatnya menimpali perbincangan antara aku dan Arya.

"Win-" Arya mencoba menggenggam jemariku tapi aku mengelak.

"Arya, please jangan seperti ini," aku menggeleng. "Cerita kita sudah lama berakhir, Ya. Cerita kita sudah selesai. Dan sekarang, aku mau menikah dengan Leonard." ucapku pelan.

Mendengar itu Arya terdiam, dia menghela nafas lemah lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang didudukinya. Terlihat lesu dan tak bersemangat.

"Jadi, sudah tidak ada harapan?" tanyanya. Aku mengangguk pasti.

"Kamu yakin? Kita nggak dapat bersama-sama lagi?" tanyanya lagi, dan aku kembali mengangguk.

"Kalau lo mau usaha, janur kuning belum melengkung sih, Ya." Seloroh Carissa lagi dan kali sebuah cubitan kuberikan kepadanya. Membuat Carissa memekik kesakitan.

"Diam deh, Carissa!" Ucapku gemas.

"Iya, iya," balas Carissa sembari mengusap-usap bagian lengannya yang kucubit.

"Maaf, Arya." Ku tatap kembali pria dihadapanku yang sedang menatapku penuh harap. "Tapi kamu sudah terlambat. Leonard terlebih dahulu datang dan mengetuk pintu hatiku," jujurku. "Saat kamu baru mengatakan ingin mengulang cerita kita dan ingin memulai kembali hubungan denganku, Leonard sudah melamarku. Sekali lagi, dia ... satu langkah di depan darimu."

"Hanya satu langkah, Win. Aku yakin aku bisa mengejar Leonard dan mensejajarkan langkahku dengannya," dia bersikukuh.

"Arya, please..," pintaku, menatapnya memohon.

Arya diam menatapku. Beberapa detik pria itu tetap terdiam, hingga akhirnya saat ku pikir pria itu akan mengangguk dan menyerah. Nyatanya pria itu malah menggeleng. Membuat kedua mataku membulat tak percaya.

"Aku belum rela, Win," balasnya. "Aku nggak rela jika si Leonard itu yang mengambilmu dariku."

"Duh, move on donk, Mas Arya." timpal Carissa. Mungkin dia gemas dengan Arya yang ternyata masih bersikukuh untuk mendapatkanku.

"Riss-" seruku. Namun Carissa mengangkat telapak tangannya. Memintaku untuk menghentikan ucapanku.

"Tunggu, Win-" ujar Carissa, "gue tahu ini masalah kalian berdua. Tapi gue rasa, gue perlu memberikan pendapat gue sebagai seorang teman yang selama ini ada di dekat lo, Win." Kedua matanya menatapku dan Arya bergantian.

"Selama ini, tujuh tahun lebih ini lo kemana saja?" tanyanya sinis kepada Arya. "Dengan seenaknya lo pergi ke Merlbourne. Nggak ada kabar, nggak ada kontak sama sekali dengan Winda. Terus sekarang, saat Winda mau nikah dengan pria lain dan lo nggak terima?!" Cibirnya.

"Siapa bilang gue nggak terima?" Balas Arya. "Gue akan terima jika pria yang mau menikah dengan Winda itu bukan Leonard." Dia menggelengkan kepalanya. "Ini, Leonard. Gue tahu pria itu bagaimana dulu-"

"Dulu?" Selaku cepat. "Kamu hanya mengetahuinya dulu, Arya." Kutatap dirinya tajam. "Bagaimana kamu dapat men-judge seseorang jika yang kamu tahu dan lihat hanya setengah? Apalagi dulu, bertahun-tahun yang lalu." Ucapku sinis.

"Seperti hati yang dapat berubah, sifat dan sikap manusia pun dapat berubah. Dan, jika dulu kamu lah yang aku pilih, tapi tidak dengan saat ini. Saat ini hatiku berubah, dan Leonard pun telah berubah. Jujur, kamu adalah mantan terindah tapi mantan tetaplah seorang mantan. Kamu .. hanya masa laluku, Arya Bramana. Sedangkan Leonard, pria itu adalah masa depanku. Menjadi pria yang akan kucintai dengan tulus, sekarang, nanti dan selamanya."

****

"Assallamualaikum," sapa Leonard yang saat ini sudah berada di ambang pintu ruanganku. Aku yang sedang sibuk dengan berkas yang harus kupelajari seketika mendongak, menatapnya terkejut.

"Waalaikumsalam," balasku. Bangkit dari dudukku. "Mas Leon, kok nggak bilang sama aku kalau sudah datang sih?" Tanyaku seraya melangkah mendekatinya.

Leonard masuk ke dalam ruanganku lalu menutup pintunya. Kini, hanya ada kami berdua di dalam ruangan.

"Mas memang mau buat kejutan," katanya sembari terkekeh.

"Ya sudah, tunggu sebentar. Mas duduk dulu sebentar Aku beres-beres dulu," ucapku dan ia mengangguk. Dia lalu mendudukkan dirinya di sofa panjang yang berada di ruanganku.

"Kamu tadi jadi bertemu Arya, Win?" Tanya Leonard kala aku sedang bersiap. Mata kami berdua bertemu, gerakanku sempat terhenti sesaat. Tapi secepat kilat aku berhasil menormalkan keadaan dan melanjutkan aktifitasku.

"Iya jadi," jawabku.

"Berdua saja?" Leonard kembali mencari tahu, dan aku menggeleng tentu saja.

"Nggak kok, sama Carissa tadi," jawabku.

"Oh," dia mengangguk.

"Kenapa, Mas? Kamu cemburu?" Tanyaku, berniat menggodanya. Tapi nyatanya tak ada senyum apalagi tawa di wajah Leonard. Pria itu menatapku lamat-lamat.

"Iya, Mas cemburu," jawabnya tanpa malu. "Di tempat praktik tadi Mas kepikiran kamu terus jadi nggak fokus," akunya lagi seraya menggaruk tengkuknya yang kuyakin tak gatal.

"Kenapa harus cemburu sih, Mas?" Tanyaku, melangkah mendekatinya. Tas kerjaku sudah ku jinjing di tangan kiriku. Leonard berdiri, tanpa banyak bicara tangannya mengambil tas kerja yang kujinjing. Membuatku sempat menatapnya bingung.

"Biar Mas bawa. Berat ini pasti tas kerjanya," ucapnya kala melihat raut bingung diwajahku. "Mas terlalu takut kehilangan kamu, Winda. Dan satu-satunya rival yang paling kutakuti adalah Arya Bramana. Katakan, bagaimana Mas bisa santai jika wanita yang Mas ingin nikahi malah bertemu dengan mantan terindahnya?" Dia menatapku dengan tatapan khawatirnya yang begitu menggemaskan.

"Mas," tanpa sadar tubuh kami kian mendekat. Kudongakkan wajahku untuk dapat menatap iris hitam kedua mata Leonard lekat, "bagaimana bisa aku berpaling dari kamu, kalau nyatanya, yang ada dihatiku hanya ada kamu?" Akuku untuk pertama kalinya.

Leonard tersenyum mendengar pengakuanku, pria itu lalu menunduk dan mendekatkan bibirnya ditelingaku.

"Win, nikahnya besok saja, yuk! Mas, sudah nggak tahan," bisiknya yang seketika membuat aliran darah di dalam venaku berdesir hebat.

BERSAMBUNG

****

22 September 2020

Mau dikataaaa kan apa lagi?
Kita tak akan pernah satu...
#nyanyibuatArya

Baik loh aku inih.
Komen yang banyaakkk.
Ramaikaann ....

Love,
Adellelia
Follow me on IG at Adellelia.novel

TOUCH! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang