Part 24 - And He Comes Back

83.3K 7.5K 396
                                    

============
Karya ini hanya diterbitkan pada aplikasi Wattpad.
Jika kalian membaca karya saya pada aplikasi selain Wattpad, berarti kalian membaca karya bajakan
=============

Budayakan vote dan komen ya, sayang 😊
****


I'm a stormy ocean, but you're steady
And I'm a commotion, but you get me
Too many emotions, but you let me
Let me blossom in the dark
~ Collide - Rachel Platten ~
****

Leon POV

"Mau kemana? Buru-buru amat." Tanya Albert kala aku berjalan menuju area parkir setelah jam praktekku berakhir.

Pria itu menyusul langkahku, kami sama-sama berjalan ke arah parkiran mobil yang disediakan khusus untuk para dokter yang praktek dirumah sakit ini.

"Mau nyamperin calon bini donk." Jawabku dengan tampang tengil.

Dahi Albert mengekerut mendengarnya.

"Loh, bukannya calon bini lo di ruang ranap rumah sakit. Lagi nungguin ibunya yang masih dirawat." Sahutnya dengan tampang sok lugu yang membuatku ingin melempar wajah tak kalah tengilnya dengan map berkas yang berada di tanganku saat ini juga.

"Kampret!" Balasku kesal.

Albert tertawa mendengarnya.

"Yakin banget lagian Aisyah masih mau jadi bini lo. Kalau gue jadi Aisyah sih, gue ogah! Nilai lo sudah minus di mata gue."

"Namanya Winda, bukan Aisyah." Jawabku malas. "Lagian thank God bukan lo yang jadi Winda. Kalau lo yang jadi Winda juga mending gue ngebujang daripada muntah."

"Halah, duda ngaku-ngaku bujang!" Balas Albert lagi dengan seenak jidat.

Untung kami sahabat, jika tidak sudah ku dorong pria ini ke arah mobil yang baru keluar dari tempat parkir. Biar masuk ruang IGD sekalian.

"Ya sudah kalau begitu, berjuang oke!" Albert menepuk punggungku keras satu kali.

Entah memberikan semangat atau memang sengaja menyakiti. Tapi tentu saja tak kubalas, pria ini memang seperti ini. Khas kami para pria jika sudah berinteraksi penuh kata-kata sampah dan kekerasan. But well, better like this, tidak ada kepalsuan. Daripada di depan manis lalu busuk di belakang.

Mobil kami sama-sama meninggalkan area parkir. Ku tembus jalanan Jakarta yang memang padat merayap sore ini. Well, sudah pukul lima sore. Tentu saja jalanan Jakarta sedang padat-padatnya saat ini karena bertepatan dengan jam pulang para pegawai kantoran.

Setelah menembus kemacetan dari Pusat ke Selatan dan memakan waktu hampir dua jam lamanya, well itu pun karena aku berhenti untuk membeli makanan dan bucket bunga. Akhirnya, City car yang ku kendarai berhenti di area parkir apartemen dimana Winda tinggal.

Yes, it is! I'm coming to meet her on her appartment.

Ku beranikan diri untuk datang menemui wanita itu. Semoga saja keberuntungan masih bersamaku, dan Winda mau bertemu denganku. Menerimaku untuk masuk ke dalam apartemennya.

Sialan! Jantungku berdebar dengan begitu keras di setiap langkah yang kuhentakkan kala mulai memasuki area gedung apartemen. Terasa begitu campur aduk dengan rasa tegang, cemas bahkan takut. Rasanya lebih menakutkan dibanding tindakan operasi pertama yang kulakukan saat menjadi dokter.

Damn it! Calm yourself, dude! Seruku pada diri sendiri.

Setelah menarik nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan untuk menenangkan diriku, akhirnya bell pintu apartemen berwarna coklat itu ku tekan.

TOUCH! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang