Part 5 - In His Car

214K 12.2K 500
                                    

===========
Karya ini hanya di publish di Wattpad. Jika kalian membaca karya milik saya, Adellelia di platform selain Wattpad, berarti kalian membaca karya bajakan.
===========

Jangan lupa taburan bintangnya biar aku makin semangat, yaa 😘
****

Beware, typo bertebaran ya, sayang 😬

****


Winda POV

"Kamu masih tinggal di Komplek Hankam?" Tanya Leonard saat kami sudah keluar dari parkiran Rumah Sakit.

"Hmm?" Kamu masih ingat?" Tanyaku tak sangka. Ya Tuhan, terakhir kami bertemu lebih dari Sepuluh tahun yang lalu, dan pria ini masih mengingatnya.

"Hu'um." Jawabnya seperti tanpa beban. "Lalu, sekarang rumah kamu di daerah mana?" Tanyanya lagi.


"Sekarang, aku tinggal di apartemen di daerah Cilandak." Jawabku.

"Hmm, tinggal sendiri?" Kembali Leonard bertanya, namun matanya tetap fokus ke jalan.

"Iya. Sendiri." Anggukku cepat.

"Win, maaf ... ada air mineral di sebelah kirimu." Ucapnya yang langsung membuatku menoleh ke arah yang dimaksud. Dua buah botol air mineral berada di laci doortrim.

"Tolong ambilkan satu." Pintanya dan aku mengangguk. "Bukakan sekalian, ya." Pintanya lagi. Mau tak mau aku membuka tutup botol air mineral yang masih tersegel itu dulu sebelum memberikan kepadanya

"Terima kasih." Leonard menatapku sekilas. Diambilnya botol minum itu dari tanganku lalu meminumnya.

Aku terpana menatapnya. Ya Tuhan, bahkan gerakan jakun dilehernya yang bergerak saat meminum air mineral itu terlihat begitu seksi. Membuatku menelan saliva yang entah mengapa kembali mengumpul di kerongkonganku.

Sepertinya benar kata Adelia, aku harus segera menikah. Tapi, dengan siapa? Kekasih saja aku tidak punya. Ya, bukannya aku tidak laku. Hanya saja terlalu malas untuk mencoba sesuatu yang pasti. Aku ingin mencari seorang Imam bukan hanya kekasih.

Aku kembali menatap jalanan di depan yang dipenuhi lampu-lampu mobil yang berjejer rapih. Macet. Jakarta selalu seperti ini. Apalagi dengan adanya pembangunan infrastruktur jalan yang terus saja bergerak tanpa henti. Pembangunan MRT, pelebaran trotoar, galian kabel ini, kabel itu. Ugh!

"Wah, di depan sepertinya macet sekali, Win." Kata Leonard. Memecah kerunyaman yang terjadi di dalam otakku.

"Ah, iya." Sahutku. "Memang disini macet banget, Leon. 'Kan sedang ada pembangunan MRT. Pusing loh setiap berangkat dan pulang kerja begini." Keluhku.

"Lalu, kenapa kamu check up ke Rumah sakit di Menteng? Jaraknya lumayan jauh loh ini dari apartemen kamu."

"Eum, dapat referensi dari Adelia dan Amandha. Lagipula jarak rumah sakit dan kantorku dekat." Ku lirik Leonard kikuk. "Aku ... tadinya mau periksa dengan dokter Nana." Akuku.

"Tapi malah aku yang periksa, ya?" Sahut Leonard terkekeh geli.

"Iya." Sungutku. "Padahal aku maunya diperiksa dokter wanita." Bibirku mengkerucut tanpa sadar.

TOUCH! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang