Part 7 - Tamu Pagi hari

166K 11.2K 512
                                    

===========
Karya ini hanya di publish di Wattpad. Jika kalian membaca karya milik saya, Adellelia di platform selain Wattpad, berarti kalian membaca karya bajakan.
===========

Typo bertebaran ya.
***

You got me spinning like a ballerina,
You're the bad boy
that I always dreamed of,
You're the king and,
baby, I'm the queen of
Disaster, disaster.
~ Queen of Disaster - Lana Del Rey ~
****


Winda POV

"Thanks for the ride." Ucapku pada Leonard saat mobil sedan yang kami naiki tiba di lobby Apartemen yang kutinggali.

"My pleasure." Balasnya dengan senyum bak malaikat miliknya.

Ah, why is he so handsome? What's going on with me? Jeritku dalam hati.

"Hmm, mobilku?" Tanyaku. Setelah sadar dari keterpukauanku menatap kedua mata dengan sorot mata teduh itu.

"Besok aku kabari." Jawabnya. "Besok kamu diapartemen?" Tanyanya saat aku melepas seatbelts yang kukenakan.

"Kemungkinan besok aku hanya akan di apartemen saja seharian." Jawabku jujur. Well, bukan karena aku jomblo juga. Tapi lebih karena tubuhku lelah setelah satu minggu ini bekerja menangani Cozy.

Adelia dan Amandha sudah mulai cuti karena kehamilan mereka. Helga pun sedang cuti karena resepsi pernikahannya. Lalu hari ini dirinya dan Carissa langsung terbang ke Bali untuk menangani pemotretan disana. Seharusnya aku dapat menyusul mereka, tapi sepertinya aku lebih baik bersantai dikamar sembari meminum coklat panasku.

"Good then." Balas Leonard. "Besok akan kukabari lagi, oke?" Satu matanya berkedip. Terlihat menggoda sekaligus seksi.

Aahh, aku penasaran apa yang dirasakan para pasiennya saat melihat dokter mereka yang berwibawa menjadi semenarik ini saat bersama seorang wanita. Pikirku dalam hati.

"Oke." Aku mengangguk. "Aku turun, ya." Pamitku. "Hati-hati di jalan, Leon." Leonard mengangguk.

"Tentu saja. Aku mempunyai seorang anak yang menungguku dirumah." Jawabnya. Aku mengangguk. Sebelum turun Leonard kembali berkata, membuatku kembali menoleh kepadanya. "Jangan lupa minum dan pakai obatmu." Perintahnya. Aku mengangguk malu-malu, lalu turun dari mobilnya. Mobil keluaran Eropa itu berjalan setelah pria itu membalas lambaian tanganku.

Oke, ini sedikit aneh. Tapi entah kenapa wajahku tak bisa berhenti tersenyum. It's interesting, anyway.

Kulihat jam dinding yang sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Ya Tuhan, aku belum shalat isya, panikku lalu bergegas untuk membersihkan diriku dan mengambil wudhu untuk shalat.

*****

Paginya.

Waktu baru menunjukkan pukul sembilan pagi saat Leonard menghubungiku dan mengatakan bahwa dirinya sudah berada di depan pintu apartemenku.

Sembari memakai kerudung pashminaku asal, aku pun melirik dari balik lubang pintu dan, ya Tuhan memang benar pria itu sudah berdiri disana. Tak hanya dia, namun seorang balita berada dalam gendongannya.

Oh. Em. Gi!

Mau apa pagi-pagi sekali pria itu datang ke apartemenku? Untung saja aku sudah mandi pagi.

"Assallamualaikum." Sapanya saat pintu kubuka.

"Waalaikumsalam." Balasku. "Ya ampun, Leon. Ini anakmu?!" Pekikku gemas.

TOUCH! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang