Part 29 - Complicated

71K 6.6K 357
                                    

=========
Cerita ini hanya terbit pada Aplikasi Wattpad. Jika kalian membaca karya saya yang berjudul Touch ini pada aplikasi lain. Berarti kalian membaca karya bajakan.
=========

"Ada kalanya, yang kita anggap paling baik. Belum tentu menjadi yang terbaik untuk hidup kita."
~ Adellelia, 2020 ~
****

Vote dan Komennya, Sist 😊
****

Leonard POV

“Naysha, tidurkan saja di kamar saya ya, Tik,” perintahku kepada Pengasuh anakku yang sedang menggendong Naysha yang sedang tidur di kursi penumpang dibelakang.

“Baik, Pak!” Jawabnya patuh.
Mobil mulai memasuki komplek perumahanku dan segera kuhubungi asisten rumah tanggaku untuk membukakan pagar rumah.

“Pak, saya boleh ngomong, nggak?” Suara Tika terdengar takut-takut. Membuatku menautkan kedua alisku lalu meliriknya dari balik kaca spion tengah.

“Hmm, mau ngomong apa memangnya, Tik?” Tanyaku. Tetap mengemudikan mobil yang kukendarai.

“Pak Leon ...,” suaranya terdengar ragu. “Tadi berantem sama Ibu sama Bapak apa nggak takut kualat, Pak?” tanyanya yang langsung membuat kedua mataku terbelalak dan sontak menatapnya tajam dari kaca spion.
Melihat ekspresiku itu Tika langsung gelagapan. Wajahnya panik.

“Pak, jangan marah ya, Pak!” Pintanya. “Saya kan cuma tanya.” Ucapnya panik.

“Saya nggak marah sama kamu kok, Tik.” Jawabku sembari tersenyum tipis.

“Alhamdulillah.” Ucapnya sembari menepuk-nepuk dadanya. “Saya pikir Pak Leon marah, Tika takut dipecat, Pak.” Dengan polosnya gadis yang katanya masih berumur dua puluh dua tahun itu berkata.

Sudah tahu takut dipecat, tapi malah komentar, batinku dalam hati.

“Kalau kamu saya pecat, nanti yang jagain Naysha siapa, Tik?” Tanyaku balik. “Nanti saya juga yang susah harus cari pengasuh baru untuk anak saya.”

“Alhamdulillah Tika masih dibutuhin, ya, Pak.” Sekarang gadis itu cengengesan.

“Memangnya kenapa kamu nanya-nanya, Tik? Kamu memangnya dengar saya bertengkar sama Ibu dan Bapak?” Tanyaku lagi.

Tika mengangguk pasti.

“Ya Iya lah, saya dengar, Pak. Wong suara Pak Leon, Ibu dan Bapak kencang banget, Pak! Untung saja rumahnya besar. Kalau rumahnya kecil kayak rumah Tika di kampung, itu bisa-bisa tetangga pada keluar, kepo terus nonton deh.” Ucapnya lagi panjang lebar.

“Jadi, menurut kamu ... saya salah tadi sudah keras sama Ibu dan Bapak, Tik?” Tanyaku.

Seperti orang bodoh, malah meminta pendapat dari bocah ingusan seperti Tika. Untung saja tidak ada Albert disini. Jika ada, sudah pasti aku akan diledek habis-habisan.

“Hehe, gimana ya, Pak?” Tika menggaruk kepalanya. “Pak Leon salah karena melawan orang tua. Tapi Ibu sama Bapak juga salah karena terlalu memaksakan kehendak mereka. Tika jadi bingung, Pak.” Cicitnya pelan.

“Jadi, menurut kamu kira-kira saya durhaka, nggak Tik?” tanyaku lagi.

“Saya bingung, gimana jawabnya, Pak.” Jawab Tika lagi. “Takut salah ngomong sayanya.” Gadis itu terdiam sesaat.

Lalu tepat saat kami tiba di depan rumah dan mobil mulai memasuki garasi, gadis itu kembali mengungkapkan pendapatnya.

“Tapi ya, Pak. Menurut Tika ... ada baiknya Pak Leon nanti bicarakan lagi baik-baik sama Ibu dan Bapak. Bagaimana pun, nikah tanpa restu orang tua itu nggak berkah, Pak. Saya mah takut nanti rumah tangga saya nggak berkah kalau nikah tanpa restu orang tua.” Ucapnya yang membuatku kembali berpikir.

TOUCH! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang