Part 40 - Sakit Haid, Lagi

91.4K 6.5K 394
                                    

Karya ini hanya saya publish
di aplikasi Wattpad.
Jika kalian membaca TOUCH! Karya Adellelia pada aplikasi selain Wattpad, berarti kalian membaca karya bajakan.
*****

Surpriseeeeeee....
Vote dulu donk, sayang 😘
*****

Come a little closer 'cause
you looking thirsty
I'ma make it better,
sip it like a Slurpee
Look so good, look so sweet
Baby, you deserve a treat
Diamonds on my wrist
so he call me ice cream
You could double dip
'cause I know you like me
Ice cream, chillin', chillin'
~Ice Cream-Black Pink,Selena Gomez~
***

Winda POV

Hampir dua minggu berlalu, hari pernikahanku dengan Leonard pun hanya tinggal menunggu waktu. Rasanya, hingga detik ini aku masih tak percaya bahwa aku akan menikah dengannya, Leonard Suryo Utomo. Pria yang tak pernah sekalipun terpikirkan untuk menjadi pendamping hidupku selamanya. Terlebih pernikahanku pun tanpa restu kedua orang tuanya.  Well, mungkin pernikahanku nantinya bukanlah pernikahan impian khas putri raja dengan semua pihak yang berbahagia. Tapi, untukku ... tak mengapa. Yang terpenting, pria itu berjanji akan menikahiku, dan mencintaiku selamanya.

Baru saja pihak butik mengatakan, gaun akad dan pernikahanku sudah masuk tahap finishing. Hanya tinggal sekali lagi aku mencobanya dan selesai. Seharusnya siang ini aku kesana bersama Leonard, Naysha dan juga kedua orang tuaku. Nyatanya, kondisiku tidak memungkinkan. Mendekati jadwal haidku, nyeri PMS pun menyerangku. Mood-ku tak karuan dengan kram perut juga migrain yang membuat kepalaku berdenyut tak karuan.

"Mending lo pulang saja deh, Win," ujar Carissa yang saat ini duduk bersamaku diruang meeting.

"Kenapa? Muka gue pucet banget ya?" Tanyaku meringis. Carissa mengangguk. Menatapku khawatir.

"Iya, Win. Muka lo pucat banget." Jawabnya.

"Terus ini meeting gimana?" Tanyaku. "Lo sendirian nggak apa? Kayaknya gue mau sekalian cuti sampai besok. Si Helga baru lusa masuk kantor."

"Duh, masalah kantor gampang. Bawahan kita banyak, Win. Mereka bisa bantu kerjaan gue kok." Tenang Carissa.

"Beneran?" Aku sekali lagi memastikan dan Carissa mengangguk.

"Bisa nyetir, nggak?" Tanyanya. "Atau gue minta supir kantor nganterin lo pulang?" Tawarnya. Aku menggeleng.

"Nggak usah. Ya ampun kayak gue sakit parah saja." Balasku seraya tertawa pelan.

"Ya udah sana pulang." Carissa mengibaskan telapak tangannya ke arahku. "Hati-hati nyetirnya. Sampai apartemen kabarin," ucapnya lagi.

"Iya, cyintah." Balasku seraya berdiri lalu meninggalkan ruang meeting.

Baru saja aku ingin menyalakan mobilku kala telepon genggamku berbunyi. Ku lihat nama yang tertera pada layar, dan ternyata Leonard lah yang menghubungiku. Segera aku mengangkatnya.

"Kamu dimana?" Tanyanya tanpa basa-basi kala aku baru saja mengangkat panggilannya.

"Di dalam mobil," jawabku.

"Mau kemana? Ketemu kolega bisnis?" Tanyanya lagi.

"Bukan," jawabku lagi, "aku mau pulang. Perutku sakit lagi." Aku meringis.  Menahan rasa tak enak dan mual juga nyeri di perutku.

"Kapan jadwal haidmu?" Tanyanya.

"Besok, atau mungkin lusa."

"Ke tempatku sekarang," perintahnya tiba-tiba dengan suara serius.

TOUCH! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang