=========
Cerita ini hanya terbit pada Aplikasi Wattpad. Jika kalian membaca karya saya yang berjudul Touch ini pada aplikasi lain. Berarti kalian membaca karya bajakan.
=========Do you have to hear me say
I can't stop lovin' you
And no matter what you say or do
You know my heart is true, oh
I can't stop lovin' you
~ Can't Stop Lovin You - Van Halen ~
****
Seneng nih yeee, dapet notif 😏
***Leonard POV
"Kamu belum menjawab pertanyaan ibu, Leon." Si wanita penyihir itu belum lupa ternyata. "Apa yang kamu mau bicarakan dengan Ibu mertuamu dan juga Nia"
"Membatalkan pernikahanku dengan Nia." Jawabku akhirnya.
"APA?!" Teriak kedua orang tuaku bersamaan.
"Apa kamu sudah gila, hah?" Seru ibu tiriku dengan kedua mata membelalak yang terlihat seperti ingin keluar.
"Siapa memang yang mengijinkan kamu untuk membatalkan pernikahan kamu dengan Nia?" Serunya lagi. "Ingat, ibu nggak akan memberikan restu kepada kamu jika kamu menikah dengan wanita selain Nia!" Tambahnya berapi-api.
Aku diam mendengar cacian yang diberikan ibu kepadaku. Bagaimana pun masih ada Naysha disini. Aku tak ingin anakku ketakutan karena mendengar suara teriakan dan makian yang dilontarkan oleh kakek dan neneknya.
Untung saja Tika sudah berada dibelakang tak jauh dari posisi kami. Segera ku berikan kode untuknya agar mendekat. Dan Tika pun menurut. Sambil sedikit membungkuk untuk memberikan hormat dia berjalan melewati ibu dan juga ayah untuk menghampiriku.
"Kamu tunggu saya di teras, Tika. Masih ada yang harus dibicarakan dengan kedua orang tua saya." Ucapku. Kuberikan Naysha kepadanya dan pengasuh yang sudah menjaga anakku sejak bayi itu dengan sigap mengambil Naysha dari kedua tanganku.
"Baik, pak," jawabnya lalu segera bergegas menuju teras.
Tika kelihatan panik dan sedikit gugup. Mungkin dia juga malas mendengarkan perdebatan keluarga yang memalukan ini. Well, aku pun malu sesungguhnya. Tapi, semua ini memang harus diselesaikan secepatnya. Winda memberikanku kesempatan, dan aku tak akan mungkin mengecewakannya lagi. Semua pengahalang yang menghalangi hubungan kami berdua harus kubereskan secepatnya. Satu persatu. Dan semua itu, dimulai dari kedua orang tuaku sendiri.
"Dan kata siapa aku perlu restu dari ibu?" Sinisku. Segera setelah Tika dan juga Naysha meninggalkan kami.
"Jangan kurang ajar kamu, Leon!" Papa terlihat emosi. Terlihat hampir saja tangannya naik ke atas seperti mau menamparku. Tetapi aku tak gentar.
Aku tak perduli lagi jika memang ayah benar menamparku, atau namaku dicoret dari keluarga besar sekalipun. Aku sudah muak dengan semua permintaan tak masuk akal yang mereka atur dengan alasan demi kebaikanku.
Kebaikan dari mana jika keputusan yang diambil selalu saja dipaksakan?
"Kamu mau menjadi anak durhaka, hah?" Timpal ayah. "Jangan mentang-mentang kamu sudah bisa mencari uang sendiri, berdiri dengan kedua kakimu sendiri, lalu kamu bisa seenaknya menentang keputusan yang sudah kami atur untuk kamu! Kamu mau jadi anak durhaka dengan tidak menuruti keinginan kami, hah?" Omelnya.
"Kalau dengan tidak menuruti keinginan kedua orang tuanya, maka aku dicap sebagai anak durhaka. Lalu apa sebutan untuk kalian, para orang tua yang selalu saja memaksakan kehendaknya kepada anaknya?" Seruku tajam. "Kalian juga durhaka kepada anak kalian sendiri!" Semburku emosi.
"Kalian memaksakan ego kalian! Menganggap anak seperti boneka yang bisa kalian atur-atur semau kalian." Desisku murka.
"Diam kamu, Leonard!" Hardik ayah. "Kamu yang pembangkang ini nggak pantas jadi keturunan Utomo." Sindirnya lagi.
Mendengarnya, aku berdecak kesal.
"Ck, kalau tahu aku mempunyai ayah seperti ini," tatapan mencemooh kuberikan padanya. "Lembek dan takut pada istri keduanya ini," kutatap ibu tiriku penuh benci. "Aku juga nggak mau tetap berada di keluarga ini." Tekanku tanpa ragu.
"Sebelum ada wanita penyihir ini, ayah nggak seperti ini." Ku tatap wajah berkeriput itu lekat. Penuh amarah, kesal dan kecewa. "Sebelum ada dia, ayah adalah sosok yang menyenangkan. Bukan orang tua yang otoriter seperti ini." Ku atur nafasku untuk meredam amarah yang menggebu.
"Ibu pasti sedih di surga sana karena melihat anak-anaknya dijadikan boneka oleh ayahnya sendiri." Lirihku.
"Omong kosong!" Ibu tiriku kembali bersuara. Wajahnya memerah seperti menahan amarah. "Kami begini karena kami menyayangi kamu, anak-anak kami. Kami para orang tua paling mengerti apa yang terbaik untuk anak-anak kami." Kilahnya membela diri.
"Sayangnya, aku bukan anakmu." Dengkusku. Tak perduli lagi dengan ekspresi terkejut yang dia ekspresikan dihadapanku.
"Leon!" Seru ayah.
"Stop, Yah!" Sahutku cepat. "Kita sudahi perbincangan basa basi tak berguna ini. I'm done! Aku sudah muak dengan segala permintaan-permintaan kalian yang begitu egois." Kubalikkan tubuhku dan berniat meninggalkan mereka. Tetapi perkataan ayah menghentikan langkahku.
"Berani kamu membatalkan pernikahan kamu dengan Nia, maka kamu bukan lagi anak ayah, Leon!" Serunya.
Sembari tersenyum kecut, ku tatap kedua wajah orang tua itu muak.
"Walau namaku dicoret dari keluarga besar pun aku tak perduli!" Tegasku.
"Cukup tiga puluh tahun aku menjadi boneka dikeluarga ini. Sekarang saatnya aku mencari kebahagiaanku sendiri. Saatnya aku menikahi wanita pilihanku sendiri, dan tentu saja .. wanita itu bukan Nia atau pun wanita-wanita lain yang kalian pilihkan untukku." Ucapku lagi.
"Kami nggak akan memberikan restu kami, Leon! Apa kamu dengar itu, han?" Ibu tiriku berteriak. Terlihat begitu emosi.
Namun dihadapannya, aku berdecih. "Dan, aku akan tetap menikahi wanita yang kucinta, dengan atau tanpa ijin dari kalian berdua." Tekanku untuk yang kesekian kali. Sebelum akhirnya benar melangkah meninggalkan rumah dan juga kedua orang tua egois yang pernah kutemui di dunia ini.
BERSAMBUNG
*****
21 Juli 2020
Ku sudah tepati janji yaaa. Sudah ku update lagi hari ini.
Vote dan komen jangan lupa ya, gaes.
See you soon.
Love ya,
Adellelia=========
Cerita ini hanya terbit pada Aplikasi Wattpad. Jika kalian membaca karya saya yang berjudul Touch ini pada aplikasi lain. Berarti kalian membaca karya bajakan.
=========
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH! (SELESAI)
RomanceLeonard Suryo Utomo, Duda beranak satu. Seorang Dokter Spesialis Obstetri dan ginekologi (Well, biasa disebut Obgyn atau SpOG atau Dokter Kandungan). He's a hot doctor. Berapa jumlah pasiennya? Jangan ditanya, hampir semua wanita ingin merasakan jar...