Part 37 - Mantan Terindah (1)

56.8K 5.9K 471
                                    

Cerita ini hanya publish pada aplikasi Wattpad. Jika kalian membaca Touch! Di aplikasi lainnya, berarti kalian membaca karya bajakan.
***

Aku ingin dirimu
Yang menjadi milikku
Bersama ku mulai hari baru
Hilang ruang untuk cinta yang lain
Lupakan dia pergi denganku
Lupakanlah ragu denganku
~ Adu Rayu - Yovie, Glenn, Tulus ~
****


Winda POV

"Alhamdulillah... sudah selesai ya berarti semuanya?" Ucapku setelah semua berkas yang dibutuhkan untuk pengalihan gedung selesai. Darrel pun sudah membubuhkan tanda tangannya pada berkas yang harus ditanda tangani, dan itu berarti hanya tinggal memberikan kejutan kepada Adelia.

Yeayy! Akhirnya pekerjaanku selesai, aku bersorak dalam hati.

"Iya, alhamdulillah sudah selesai, Win," balas Arya. Ucapan pria itu yang juga mengucapkan kalimat hamdalah sedikit memberikan perasaan aneh di dalam hatiku.

Aku mengangguk, "Oke, kalau begitu. Terima kasih atas kerjasamanya selama ini ya, Ya. Keren banget bisa selesai lebih cepat dari target waktu yang ditentukan," pujiku tulus seraya membereskan berkas-berkas penting di atas meja.

"Of course, Winda. Hasil harus maksimal untuk klien istimewa," balasnya. Menampilkan senyum manis yang dapat memikat para kaum hawa dihadapannya. Kecuali aku tentu saja.

"Iya donk, klien istimewa. Namanya juga mantan terindah." Seloroh Carissa yang membuat suasana di ruang meeting hening seketika.

"Rissa!" Desisku seraya melotot kepadanya. Tapi dasar Carissa, perempuan itu malah mengedikkan kedua bahunya masa bodoh.

"Maaf ya, Ya." Ucapku pada Arya tak enak hati. "Nggak usah dianggap serius omonganya si Carissa."

"Nggak apa kok, Win," sahut Arya. "Yang diomongin Carissa nggak ada yang salah, 'kan." Ucapnya lagi.

"See?!" Seru Carissa lagi seraya menjulurkan lidahnya padaku yang kubalas dengan ekspresi malas.

"By the way, sudah mau jam makan siang. Kita sekalian makan siang bersama saja, bagaimana?" Tawar Arya. Sungguh, awalnya aku tidak mau mengiyakan ajakannya, tapi karena Carissa sudah mengiyakan, mau tak mau akhirnya aku pun bersedia.

So, here we are, duduk bertiga di salah satu restoran yang berada tak jauh dari lokasi kantor Cozy.

"Jadi, apa kabar kamu beberapa hari ini, Win?" tanya Arya kepadaku.

"Baik, alhamdulillah," jawabku.

"Winda doank nih yang ditanya, gue nggak?" sindir Carissa pada Arya membuat pria itu terkekeh pelan.

"Iya, Carissa. Apa kabar?" tanyanya.

"Basi lo ah! Disindir dulu, baru gue ditanya. Mentang-mentang mantan terindahnya Winda," cibirnya lagi. Dan lagi-lagi Arya hanya tertawa membalasnya. "By the way, lo jangan macam-macam lagi sama Winda, Ya," ucap Carissa lagi. "Bentar lagi mau nikah dia sama Leonard."

"Oh ya?" Arya terkejut. Satu alisnya naik seraya menatapku. "Kamu beneran mau nikah sama Leon, Win?" tanyanya. Aku mengangguk tentu saja.

"Insya Allah rencananya memang seperti itu, Ya," jawabku jujur, dan kulihat raut tak percaya dari wajahnya.

"Jadi, semua perkataan Leonard itu bukan hanya omong kosong semata?" timpalnya. "Aku pikir pria itu hanya membual saat membicarakan rencana pernikahan kalian."

Aku hanya tersenyum membalasnya. Walau dalam hati tertawa miris karena memang saat Leonard bertemu Arya kala itu hubunganku dan Leonard masih begitu rumit. 

"Tapi janur kuning belum melengkung, 'kan?" tiba-tiba dia menatapku dengan tatapan berbeda.

"Ma—maksudnya?" tanyaku bingung.

"Maksudnya, bisa saja aku masih mempunyai harapan."

"Harapan apa?"

"Harapan semu," celetuk Carissa. Membuatku dan Arya menatapnya dengan dahi berkerut.

Carissa menghentikan kegiatannya mengunyah makanan. Wanita bermulut pedas itu akhirnya menatap kami berdua dengan tatapan malas. "Sorry." katanya acuh tak acuh. "Biar kalian sadar, masih ada gue disini yang nggak rela cuma jadi nyamuk diantara hubungan kalian yang belum selesai," sindirnya lagi.

"Ih, Rissa. Ngomong apaan sih?" Ucapku spontan.

"Loh, benar, Win! Lihat donk tatapan Bapak Arya Bramana ini setiap menatap Winda Safira." Dia menunjuk Arya menggunakan dagunya dengan angkuh. "Kayak ada manis-manisnya gitu." ujarnya tanpa saringan. Membuatku semakin salah tingkah. 

Sialan Carissa! Awas saja nanti!

Ku tatap sahabat laknatku itu dengan tatapan membunuh. Namun yang ditatap lagi-lagi seakan tak mempunyai salah.

"Ehem, Riss," tiba-tiba Arya berbicara. 

"Ya?" Dengan tampang dan suara dibuat-buat Carissa menanggapi panggilan Arya.

"Kalau lo nggak keberatan, apa gue bisa bicara dengan Winda sebentar. Ada hal penting yang mau gue bicarakan dengannya, berdua." ujarnya yang seketika membuat tubuhku menegang.

Ku tatap Carissa dengan tatapan mengancam sekaligus memohon. Ya Tuhan, jangan sampai aku ditinggalkan hanya berdua dengan Arya.

"Oh, lo ngusir gue?" sinis Carissa.

"Eng—nggak gitu, Riss. Cuma, gue perlu tempat yang lebih private untuk berbicara berdua sama Winda." dia beralasan.

"Memangnya Windanya mau?" dia malah menantang Arya, membuat pria itu tersentak sesaat lalu kedua pasang mata itu kini menatapku.

"Memangnya lo mau ngomong berdua sama Arya, Win?" tanya Carissa kepadaku, dan tentu saja aku menggeleng pelan.

"Sorry, Arya," ku tatap pria itu tak enak hati. "Mau bicara apa? Disini saja. Ada Carissa nggak apa, Ya." Pintaku.

"Iya, tenang! Anggap aja gue nggak ada," balas Carissa dengan senyum manis yang ia paksakan.

Arya menghela nafasnya pelan, tapi mau tak mau pria itu pun mengangguk. Arya lalu menaruh kedua lengannya di atas meja. Dia memajukan tubuhnya, condong kehadapanku. Kedua matanya menatapku dalam, membuatku gugup setengah mati.

"Jujur, Winda. Saat pertama kali kita bertemu beberapa hari yang lalu, aku—aku pikir ada sedikit harapan untukku untuk mendekatimu kembali, Win." Akunya dengan menatapku lekat. "Aku pikir kita dapat kembali bersama, mengulang cerita kita yang belum selesai, Win," lanjutnya.

"Mengulang cerita kita yang mana yang belum selesai, Ya?" balasku tajam. "Cerita kita sudah selesai, saat kamu memutuskan untuk berpisah denganku dan malah melarikan diri ke Melbourne saat itu," ucapku pelan namun dalam.

"Kali ini nggak, Win." Arya menggeleng. "Kali ini aku nggak akan melarikan diri. Kali ini—"

"Kali ini apa?" Potongku cepat, "Kamu mau bilang kalau kali ini kamu memilih aku dan kamu mau melepas keyakinanmu? Untukku?" Tanyaku, dan gilanya Arya mengangguk.

BERSAMBUNG

********

21 September 2020

Timnya Arya mana suaranya???

Atau semua udah dukung Leonard?

Atau udah oleng ke Albert?

Wkwkwkwk..

Yuk, votes dan ramaikan komennya

Love,
Adellelia
Follow me on IG at Adellelia.novel

TOUCH! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang