Part 18 - Dia Tak Menyerah

93.4K 9K 725
                                    

============
Karya ini hanya  diterbitkan pada aplikasi Wattpad.
Jika kalian membaca karya saya pada aplikasi selain Wattpad, berarti kalian membaca karya bajakan
=============


Ecieeehh, yang seneng banget dapet notif update,  wkwwkwk...
Vote dulu yuk, cyiin 😊
***

I'm jealous of the love
Love that was in here
Gone for someone else to share
Oh, I'm jealous of the love
Cause I wished you the best of all this world could give
And I told you when you left me
There's nothing to forgive
~ Jealous - Labrinth ~
****

Winda POV

Terlambat untuk menghindar apalagi berlari, kedua mata elang itu menyadari kehadiranku. Langkahku terhenti kala seruan yang memanggil namaku terdengar dari dia. Pria berengsek yang mematahkan hatiku. Membuatku terbang ke langit lalu menjatuhkanku kembali ke bumi.

"Winda," panggilnya dibelakangku.

Posisiku masih membelakanginya, dengan kedua mata yang terpejam. Degup jantungku bertalu-talu dan Tubuhku seakan bergetar dengan sendirinya.

Suara itu, hanya mendengar suara dari sosoknya saja sudah membuat tubuhku bereaksi menggila seperti ini. Kecewa dan amarah, semua seakan menjadi satu dan siap untuk meledak hanya dengan hitungan detik saat ini juga.

"Winda," panggilnya sekali lagi dengan suara yang terdengar begitu frustasi. Dan setelah menarik nafas dalam untuk menyiapkan hatiku, akhirnya kubalik tubuhku menghadapnya.

Rasa pahit begitu saja terasa dikerongkonganku kala kedua mata kami bertatapan. Wajah tampan itu terlihat lelah. Sorot penyesalan yang terpancar dari tatapannya membuat sesuatu menggelitik di dalam dadaku. Namun, tidak ... aku tidak boleh lemah dan kembali jatuh dalam jeratnya.

"Kenapa?" Tanyaku. Entah kenapa kata itu yang pertama kali keluar dari bibirku. "Kenapa tidak datang semalam?" Ulangku dengan nada suara yang terdengar,  well ... mungkin menyedihkan.

"Win-"

"Kak Leon," suara Nia yang sedari tadi berdiri dibelakang Leonard memotong ucapan Leonard. Sontak membuat aku dan Leon mengalihkan tatapan kami kepada wanita yang tengah menggendong Naysha dalam pelukannya.

Sakit. Sekali lagi hatiku terasa sakit melihat Nia. Sosok wanita yang akan menjadi ibu sambung Naysha nanti. Yang akan menjadi pendamping Leonard dan bukan aku.

"Kak Leon-"

"Itu apa yang ada ditanganmu?" Suara dengan nada tak suka tiba-tiba saja ditujukan Leonard kepada Nia. Matanya menatap tajam pada paperbag dariku yang ada ditangan Nia sekarang.

"Ini?" Nia mengangkat paperbag itu lebih tinggi kehadapan Leonard dan dirinya mengangguk.

"Itu dariku." Jawabku cepat. Membuat kedua pasang mata itu menatapku. Dahi Leonard mengernyit mendengarnya. Terlihat terkejut. Tapi, apa perduliku?

"Aku hanya mengembalikan apa yang pernah kamu titipkan kepadaku, Leon." Lanjutku. "Kamu bilang gaun itu untuk calon istrimu 'kan?" Kutatap matanya dalam. "Dan, ternyata Nia bilang kalian akan menikah," suaraku terdengar tercekat, sialan!

"Jadi, aku pikir ... gaun itu lebih baik ada ditangan Nia dan bukan aku." Kualihkan tatapanku pada Nia yang masih berdiri diantara kami. "Aku harap kamu suka warna Pink, Nia." Ucapku padanya.

Nia sempat tersentak sesaat, namun perempuan itu kembali memperlihatkan senyum manisnya. "Aku suka warna apa saja kok, Kak." Jawabnya. Aku mengangguk. Tersenyum tipis.

TOUCH! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang