Part 9 - Flirty Conversation

153K 12.4K 763
                                    


Kukasian sama emak emak rempes disini. Bolak balik ngecek vote tapi belum goals juga ya?? Hahaha...
Kalian gemes ya? Sama aku juga.

Okeh, mungkin nanti ku pindahin aja ke aplikasi yang pake koin atau lgsng naik cetak/ ebook.
Disini minta votes sama komen aja pelit pelit bgt!!
Padahal udah gratis 🤪🤪🤪

Soo, selamat membacaaaaa
Budayakan votes dan komen ya, cyintaah.
****

===========
Karya ini hanya di publish di Wattpad. Jika kalian membaca karya milik saya, Adellelia di platform selain Wattpad, berarti kalian membaca karya bajakan.
===========

Could you be here with me
forever, ever?
Would you be here with me
forever, ever?
Waking up all alone ain't better
Every time I go the wrong way
you turn me back around
Do you wanna look at me
forever, ever?
~Forever - Justin Bieber, Post Malone~
****

Winda POV

Bell pintu apartemenku berbunyi tepat pukul dua siang. Sepertinya itu Leonard, dan benar saja memang pria itu yang berada di balik pintu.

Leonard, pria itu terlihat begitu manly. Jika pagi tadi dirinya datang dengan mengenakan jeans dan sebuah polo shirt pas badan berwarna putih yang sudah membuatku membayangkan yang tidak-tidak saat melihat otot-otot tubuhnya yang tercetak sempurna kali ini penampilan Leonard lebih menggoda.

Kemeja Slim Fit warna hitam yang dikenakannya terlihat membungkus tubuhnya sempurna. Kemeja itu, dua kancing teratasnya sudah terbuka. Memperlihatkan sedikit dada bidangnya yang mengintip dibaliknya. Ah, bagian itu seperti memanggil-manggil ingin dibelai.

Kedua lengan kemejanya sedikit ditekuk dan terlipat. Merpelihatkan sedikit urat tangannya yang terlihat begitu kokoh dengan jari jemari besarnya.

Kira-Kira seperti apa rasanya jika Leonard menyentuhku lagi? Dan entah apa yang terjadi dengan diriku? Rasanya aku ingin merasakan berada di dalam pelukan Leonard. Pasti terasa sangat nyaman. Dengan bagian dada bidang nan liat miliknya yang begitu menggoda untuk dibelai.

Ya Tuhan, Winda! Sejak kapan kamu jadi seperti ini, Winda? Tahaann ... tahan ... .

Oh Tuhan, maafkan hambamu ini yang otaknya mulai tercemar karena kehadiran makhluk indah ciptaanmu dihadapanku ini.

Ya Tuhan, kenapa Leonard, Tuhan? Seperti tidak ada pria lain saja di dunia ini?

Ini Leonard, Winda! Sosok yang paling kamu benci di SMA dulu. Sosok yang terus saja membuat Arya mengungkit tragedi ciuman pertamaku dulu yang dengan kurang ajarnya diambil oleh pria ini.

Oh, c'mon! Sadar, Winda. Sadar!!!

"Assallamualaikum." Sapanya dengan senyum manis yang entah bagaimana langsung saja membuat hatiku lemas. Padahal, baru saja kuingatkan diriku untuk sadar, dan tidak tergoda, namun nyatanya ... aku tetap tergoda.

"Waalaikumsalam." Jawabku. Lalu mempersilahkannya untuk masuk.

"Ini untukmu." Ucapnya. Memberikan satu paperbag dengan brand toko kopi terkenal dengan lambang putri duyung berwarna hijau.

"Ah, terima kasih." Balasku sembari menerima paperbag itu. Terlihat dua cup minuman panas dan satu kotak makanan.

"Naysha mana?" Tanyanya sembari mengganti sepatunya dengan sandal apartemen milikku yang memang tersedia untuk tamu.

TOUCH! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang