===========
Karya ini hanya di publish di Wattpad. Jika kalian membaca karya milik saya, Adellelia di platform selain Wattpad, berarti kalian membaca karya bajakan.
============
Iyaaaa, iyaaaa... ini aku updateeee.
Sabar, cyiiinn...
Leon nggak kemana-kemana
🤪🤪🤪
*****I'm hurting, baby, I'm broken down
I need your loving, loving,
I need it now
When I'm without you
I'm something weak
You got me begging
Begging, I'm on my knees
~ Sugar -Maroon Five ~
***Winda POV
Kalian, tahu ... jika sebelumnya aku bertekad untuk menyembunyikan mengenai kebersamaanku dengan Leonard beberapa hari ini dari teman-teman wanitaku. Well, sepertinya aku keliru bertekad seperti itu. Ucapan nyinyir Carissa tak sebanding dengan luapan kemarahan dari kedua orang tua yang sedang menatapku dengan tatapan setajam belati saat ini.
"Waalaikumsalam, Winda." Sapa Ibuku dengan nada menyindir. Kutelan salivaku yang terasa bagai duri di tenggorokanku dengan susah payah. Jantungku berdegup begitu hebat. Kedua lututku lemas, Ya Tuhan ... .
Kulihat Leonard yang terlihat kikuk namun berusaha tetap terlihat tenang diposisinya. Ya Tuhan, pria itu hanya memakai jubah mandi.
Bayangkan kalian semua! Hanya. Jubah. Mandi. Saudara-saudara!
Mati aku! Mati aku! Apa kata orang tuaku?!
Tamat sudah riwayatmu, Winda!
Bye, Leon!
Sepertinya hari ini adalah hari terakhir kita bertemu. Karena esok hari, pasti aku sudah dikurung di kamar masa kecilku dirumah kedua orang tuaku. Setelah ini, pasti kedua orang tua akan memaksaku untuk kembali tinggal bersama mereka.
Selamat tinggal kebebasan.
Hatiku mencelos, putus asa.
"Eh, iya, Ma. Assallamualaikum." Sapa ku kikuk sembari melangkah menghampiri mereka.
"Waalaikumsalam." Balas kedua orang tuaku datar.
"Waalaikumsalam." Itu suara Leonard, pelan. Tatapan kami bertemu, sesaat. Lalu segera kupalingkan. kutatap kedua orang tuaku, kikuk.
"Mama sama Papa tumben kesini." Ucapku dengan nada yang kubuat senormal mungkin. Padahal sebenarnya hanya Tuhan dan diriku yang tahu bagaimana aku ingin lari sejauh mungkin dari ruangan ini.
Seperti tanpa merasa ada yang salah, aku tetap memberanikan diri menghampiri mereka dan mencium punggung tangan kedua orang tuaku itu.
"Iya. Tadi entah kenapa kok perasaan Papa tidak enak. Kayaknya harus banget ketemu kamu hari ini. Eh, nggak taunya Papa dapat surprise!" Kali ini papaku yang menyindir.
"Uhuk!" Itu suara Leonard yang sepertinya tersedak salivanya sendiri karena terkejut dengan sindiran yang diucapkan oleh pensiunan Jendral angkatan darat dihadapan kami saat ini.
"Papa, Mama, sudah kenalan sama Leonard?" Tanyaku lagi basa-basi. Lalu kembali menatap Leonard yang menatapku dengan tatapan yang sulit kuartikan.
Ya Tuhan, maaf Leonard. Ucapku dalam hati.
"Ini tas kamu." Ucapku cepat seraya memberikan tas yang kuambil kepadanya.
"Ah, iya. Terima kasih." Balasnya.
"Sudah, donk!" Jawab Papa. "Leonard Suryo Utomo, biasa dipanggil Leon. Umur tiga puluh satu tahun. Agama Islam. Pekerjaan, dokter spesialis, dan ternyata juga teman SMA kamu." Cerocos Papa dengan begitu lancar. Aku mengangguk. Hatiku kebat-kebit.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCH! (SELESAI)
RomanceLeonard Suryo Utomo, Duda beranak satu. Seorang Dokter Spesialis Obstetri dan ginekologi (Well, biasa disebut Obgyn atau SpOG atau Dokter Kandungan). He's a hot doctor. Berapa jumlah pasiennya? Jangan ditanya, hampir semua wanita ingin merasakan jar...