Rasya yang sedang berada di kamarnya mendengar keributan di bawah. Ia penasaran dengan apa yang terjadi dan memilih untuk turun ke bawah.
Saat sampai di ruang keluarga rumahnya ia menemukan kakaknya sedang bersama Satya dan Yoga. Ya, Rasya adalah adik kandung Raffa.
"Ada apa, sih? Kok tadi gue denger kaya ada yang ribut," tanya Rasya saat ia sudah duduk di salah satu sofa.
"Biasa, abang lo tuh hobinya berantem mulu sama adeknya Satya," jawab Yoga sambil memakan snack yang disediakan Raffa.
"Adik Kak Satya? Emang lo punya adik, Kak?" Tanya Rasya lagi.
Rasya menautkan kedua alisnya. Satya mengangguk sebagai jawaban. Lalu ia mengambil ponselnya dan jarinya bergerak lincah di layar ponselnya.
"Cewek atau cowok? Kalau cewek kenalin dong, Kak," ucap Rasya dengan menaik turunkan alisnya.
"Cewek, cantik pula. Mana mau dia sama lo!" Ejek Yoga yang membuat Rasya mengerucutkan bibirnya.
"Lo nggak perlu kenal, nyesel lo kalau kenal dia," seloroh Raffa dengan muka datarnya.
"Lo aja yang nyesel! Kayanya lo nggak pernah doyan cewek, jangan-jangan homo," celetuk Rasya sambil bergidik ngeri.
Ucapan Rasya itu berhasil membuat tawa Satya dan Yoga pecah. Raffa yang kesal dengan ucapan adiknya itu melemparkan buku yang dibawanya ke muka Rasya.
"Kayanya sekelas sama lo, Sya," ucap Satya kemudian.
"Yang bener lo, Kak? Kelas X MIPA 2?" tanya Rasya penasaran.
"Iya, adek gue kelas X MIPA 2," Satya menganggukkan kepalanya.
"Siapa?" Tanya Rasya tidak sabaran.
"Nara," jawab Satya singkat, padat, dan jelas.
"APA?!" teriak Rasya refleks.
"Jangan teriak-teriak, dugong!" Umpat Yoga kesal. Rasya cengengesan saat menyadari suaranya yang terlalu keras.
"Nara anak baru itu? Yang putih, mulus, bening, cantik itu adik lo, Kak?" Tanya Rasya tidak santai.
"Semangat banget lo kalau bahas yang cantik-cantik," ucap Satya sambil mendorong kepala Rasya pelan.
"Beneran nih Nara adik lo?" Tanyanya lagi.
"Iya, anjir! Ngeyel banget dah," Satya greget meladeni adik sahabatnya itu.
Rasya menganggukkan kepalanya. Ia nampak berpikir. Ia menatap Satya dalam-dalam sebelum bersuara.
"Kalau gue gebet boleh nggak?" Tanyanya dengan sebuah cengiran khasnya.
"Nggak! Gue nggak mau punya adek ipar kaya lo!" Sergah Satya dengan cepat.
"Ah elah, pelit amat!" Gerutu Rasya.
"Lagian lo, sih. Biar sekali-kali abang lo tuh yang deketin," kata Yoga tanpa beban.
Ia berhasil membuat Raffa melayangkan tatapan nyalang padanya. Ia menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V pada Raffa.
"Lo naksir Nara, Kak?" Tanya Rasya polos.
"Lo ngomong sekali lagi gue nggak jamin kepala lo aman," Ancam Raffa.
"Iya, gue ngalah. Biar lo doyan cewek," ucap Rasya lagi.
"Bacot!" Umpat Raffa.
Rasya, Satya, dan Yoga tertawa melihat tanggapan Raffa. Ia selalu saja emosi jika sahabatnya membahas Nara. Menurutnya mereka terlalu berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAFA
Teen Fiction[SEGERA TERBIT] Ini kisah tentang Kanara, gadis berparas cantik dengan tingkah laku ajaibnya yang bisa membuat siapa saja geleng-geleng kepala. Ini juga kisah tentang Raffa, senior tampan dengan sikap dinginnya yang justru mampu membius kaum hawa. ...