Seorang gadis tengah berdiri di pinggir jalan sambil sesekali melihat layar pipih ponsel pintarnya. Sudah satu jam ia menunggu seseorang namun ia tak kunjung datang juga.
Malam ini Nara pergi ke supermarket dengan diantar oleh Yoga. Sebenarnya bukan diantar, tapi menebeng pria itu karena ban mobilnya bocor dan Satya mendadak ada urusan dengan Bu Ambar.
Pria itu berjanji akan menjemputnya namun sampai sekarang batang hidungnya pun tak terlihat. Bahkan ponselnya tak bisa Nara hubungi.
Bisa saja ia menelfon Raffa, tapi gadis itu ingat akan hubungannya dengan Raffa yang sedang tidak baik. Takutnya nanti Nara tak digubris oleh Raffa, kan memalukan.
"Hai, nona cantik! Sendirian aja nih? Sama abang aja, yuk!" Ucap seorang pria memakai helm full face dengan Nada menggoda.
Nara memilih berpura-pura tak mendengar. Ia melihat ke arah lain agar matanya tak bertemu dengan mata pria di balik helm full face tersebut.
"Ayok sama abang aja, neng. Jangan sok jual mahal gitu lah," pria itu dengan lancangnya mencolek lengan Nara. Refleks Nara memelintir tangan pria itu hingga mengaduh kesakitan.
"ADUH!! ADUH!! AMPUN, RA! GUE CUMA BERCANDA DOANG," teriak pria itu histeris. Tangannya yang tak diplintir oleh Nara menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V.
Kedua alis Nara bertaut, keningnya mengernyit. Bagaimana bisa pria tak dikenalnya ini mengetahui namanya?
"Ini gue Kevin," ucap pria itu pada akhirnya karena Nara yang tak kunjung melepaskan plintiran tangannya.
Mata gadis itu sedikit terbelalak sebelum melepaskan plintirannya. "Habisnya lo kaya om-om genit, ya udah deh gue plintir."
Pria itu melepaskan helm full face-nya dan memperlihatkan wajah aslinya. Tangannya ia kibas-kibaskan karena terasa nyeri.
"Gue kan mau ngerjain lo biar takut gitu," Kevin terkekeh geli. Sementara itu Nara memutar bola matanya malas.
"Dari tadi gue perhatiin lo celingukan mulu. Lagi nyari apa, sih?" Tanya Kevin.
"Nunggu kakak gue, katanya mau jemput tapi nggak nongol-nongol juga. Mana hp-nya nggak aktif pula," jawab Nara yang cenderung seperti keluhan.
Kevin nampak berpikir, "Ya udah gue anterin aja, yuk!"
Bagaimanapun juga Nara harus tetap memikirkan matang-matang tawaran pria itu. Karena satu, belum benar-benar dekat dengannya, dan dua, teringat Raffa yang melarangnya dekat dengan pria itu.
Belanjaan yang ia bawa terasa semakin berat, hingga refleks tangannya menurunkan dua kantong belanjaannya ke tanah.
"Tuh kan, pasti capek dari tadi berdiri bawa belanjaan banyak. Gue anter aja lah," Kevin menunjuk belanjaan Nara yang sekarang tergeletak di tanah.
Benar juga ucapan Kevin. Dari tadi ia lelah berdiri membawa belanjaannya yang cukup banyak sendirian dan menunggu Satya yang tak kunjung datang. Lebih baik ia diantar pulang oleh Kevin.
Tanpa ragu-ragu Nara mengangguk. Ia mengikuti Kevin menuju motornya. Kemudian pria itu membawanya pergi dari area supermarket menuju rumah Nara.
Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk sampai di rumah Nara. Saat gadis itu turun, ia tak sengaja melihat Raffa yang sudah berdiri di depan rumahnya dengan motor hitamnya. Pria itu menatap tajam ke arahnya dan juga Kevin.
"Kak Raffa," lirih Nara pelan.
Tak ada jawaban dari Raffa. Pria itu kini melangkah mendekat. Bukan mendekat pada Nara, namun mendekati Kevin yang duduk diam di atas motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAFA
Teen Fiction[SEGERA TERBIT] Ini kisah tentang Kanara, gadis berparas cantik dengan tingkah laku ajaibnya yang bisa membuat siapa saja geleng-geleng kepala. Ini juga kisah tentang Raffa, senior tampan dengan sikap dinginnya yang justru mampu membius kaum hawa. ...