26

4.2K 236 4
                                    

Satya menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Matanya menatap langit-langit kamarnya. Pria itu sedang memikirkan adiknya. Sebenarnya Raffa membawa adiknya kemana?

Ponselnya bergetar, segera dilihatnya siapa yang mengirim pesan. Akhirnya yang ia tunggu-tunggu membalas juga. Dengan cepat ia membuka sebuah balasan pesan dari Raffa.

Raffa

Lah di read doang

Adek gue gimana?

Lo bawa kemana woy?

Dibales kek, gue sbg abangnya khawatir nih

Bacot

Sebelah alisnya terangkat saat membaca sebuah pesan dari Raffa. Balasan pesan yang sangat singkat namun cukup menjengkelkan bagi penerimanya.

"Gue  udah chat banyak-banyak tanya Nara gimana, eh dia bales cuma sekata doang," gerutunya kesal.

Ponselnya ia lemparkan dengan asal di tempat tidurnya. Kini pria itu menelungkup, kepalanya ia sembunyikan di bawah bantal. Pria itu berpikir, apakah ia harus bertindak?

Sejurus kemudian pria itu terperanjat, lalu ia duduk bersila di atas tempat tidurnya. Pandangannya lurus ke depan, bola matanya bergerak ke atas.

"Apa gue cari di rumahnya aja ya?" Beo Satya. Ia nampak menimbang-nimbang.

Setelah beberapa menit menimbang-nimbang akhirnya pria itu mengangguk mantap. Satya bangkit dari tempat tidurnya itu dan menyambar jaket dan kunci mobilnya yang ada di atas meja.

Satya menuruni tangga dengan santainya sambil memakai jaketnya. Pria itu hendak menuju ke garasi rumahnya lewat pintu samping, namun ia mengurungkan niatnya.

Pria itu berbalik menuju pintu utama. Saat keluar dari rumahnya ia mendapati sebuah mobil hitam yang baru saja sampai di depan rumahnya. Lalu keluarlah adiknya bersama Raffa dari dalam mobil itu.

"Baru aja mau gue cari udah balik," ucap Satya sambil menggulung lengan jaketnya.

"Telat!" Nara menatap malas kakaknya itu. Ia melenggang masuk ke dalam rumahnya. Meninggalkan Satya dengan segala keheranannya.

Kini Satya beralih pada Raffa yang bersender di pintu mobilnya. Raffa menyilangkan kedua tangannya dan menatap Satya datar.

"Nara kenapa?"

Bukan jawaban yang Satya terima, namun sebuah kedikan bahu dari Raffa yang diterimanya. Satya memutar bola matanya jengah. Lalu sebuah senyum jahil terlukis di bibirnya.

"Gimana kencan pertama lo sama adek gue?" Godanya dengan menaik-turunkan kedua alisnya.

Alhasil pria itu mendapat hadiah berupa tatapan tajam dari Raffa. Bukan Satya namanya jika menyerah begitu saja untuk membuat lawan bicaranya kesal.

"Alah jangan malu gitu lah sama calon abang sendiri," Satya mengibaskan tangan kanannya.

"Bacot,"

Raffa masuk ke dalam mobilnya. Pria itu menghidupkan mesin mobilnya dan segera melajukannya meninggalkan halaman rumah Satya.

"Lah marah. WOY! LO NGGAK MAU MAMPIR DULU?!"

Satya berteriak saat mobil Raffa sampai di pintu gerbang rumahnya. Namun sia-sia, Raffa tak menggubrisnya. Akhirnya pria itu memilih untuk masuk ke dalam rumahnya dengan kekehannya.

NARAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang