20

4.7K 233 8
                                    

Nara dan Satya turun dari mobil setelah sampai di sekolahnya. Mereka berjalan beriringan menuju kelas. Sesekali Satya mengangkat sudut bibirnya membalas sapaan beberapa murid Vilgold.

Saat mereka sampai di koridor sekolah, dari kejauhan terlihat Rasya yang sedang berlari menghampiri mereka dengan memanggil nama Nara.

"Lo kenapa?" Tanya Nara saat Rasya tiba di hadapannya.

"Benh...tarhh.....," ucap Rasya dengan nafas yang memburu.

Tangannya memegang dadanya. Pria itu mencoba menetralkan nafasnya. Sebelah alis Satya terangkat melihat tingkah Rasya.

"Lo kenapa, sih?" Tanya Satya penasaran.

"Katanya pengumuman seleksi pengurus OSIS yang kemarin udah ditempel di mading," jelas Rasya.

"Masa?" Tanya Nara tidak percaya.

"Daripada lo nggak percaya mending kita liat langsung aja."

Rasya menarik tangan Nara menuju mading SMA Vilgold. Nara pun pasrah saat ditarik oleh Rasya. Sedangkan Satya, ia tetap setia berdiri di tempatnya dengan senyum miringnya.

Nara dapat melihat banyak siswa yang mengerumuni mading. Rasya dengan sigap menariknya menerobos kerumunan hingga mereka berdiri paling depan.

Nara membaca kertas yang ditempel di mading itu dengan teliti. Namanya tercantum di kertas itu, persis di atas nama Rasya. "Gue buktiin ke cowok tembok itu kalau gue bukan pengecut," batin Nara.

"Kita kepilih, Sya!" Soraknya.

"Yang bener?" Tanya Rasya tak percaya. Lalu ia membaca kertas itu. Benar saja, namanya dan Nara tercantum di dalamnya.

"Iya, kita kepilih," ucapnya lesu.

Sudut bibir Rasya melengkung ke bawah. Ia menjauhi kerumunan. Nara menatapnya bingung, tiba-tiba ia menjadi lesu begitu.

"Lo kenapa, Sya?" Tanya Nara hati-hati.

"Gue berharap nggak terpilih seleksi ini," ucapnya pelan.

Sontak saja Nara mengerutkan keningnya. Ia mengira Rasya senang jika terpilih, namun nyatanya malah sebaliknya.

"Kenapa?" Tanya Nara lagi.

"Gue sama kaya lo, nggak mau hidup gue jadi ribet," jawabnya.

"Awalnya gue mikir kaya lo. Tapi setelah ada orang yang bilang hanya pengecut yang nggak berani menghadapi tantangan, hati gue jadi tergugah buat hadapi ini semua," ucap Nara panjang lebar. Ia mengingat ketika Raffa menantangnya.

"Jadi?" Tanya Rasya.

"Jadi, lo harus hadapi tantangan ini kalau lo nggak mau disebut sebagai pengecut. Lo harus berusaha agar terpilih jadi pengurus OSIS untuk buktiin kalau lo bukan pengecut," Nara mengangkat sudut bibirnya di akhir kalimatnya.

Rasya mengangguk paham. Ia mengerti maksud Nara. Pantas saja kemarin ia membatalkan untuk mengundurkan diri, ternyata karena ada seseorang yang secara tidak langsung telah memotivasinya.

"Gue akan berusaha," kata Rasya dengan penuh percaya diri.

"Nah gitu dong, kita sama-sama berusaha biar terpilih jadi pengurus OSIS," ucap Nara menyemangati Rasya.

-----

Pada jam pelajaran terakhir ini para ketua kelas sepuluh telah selesai diberi pemberitahuan dari kesiswaan untuk mereka umumkan pada teman kelasnya. Deva selaku ketua kelas X MIPA 2 kembali ke kelasnya dengan membawa beberapa kertas berisi pengumuman itu.

NARAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang