47

3.3K 233 7
                                    

Sebelum baca aku ingetin dulu, NANTI JANGAN LUPA VOTE YAA!!

-----

Beberapa hari ini menjadi hari yang berat bagi Raffa. Hal yang ia takutkan telah terjadi. Nara benar-benar semakin jauh darinya setelah ia mengatakannya.

Raffa duduk termenung di sofa kamarnya. Ponselnya ia putar-putar menggunakan tangannya. Pandangannya terlihat kosong, menatap lurus ke lantai.

Ceklek

Santi membuka pintu kamar Raffa dan segera masuk. Tadinya ia ingin mengundang Raffa untuk makan malam, namun ia mengurungkan niatnya setelah melihat putra sulungnya yang terlihat melamun.

Pria itu tersadar dari lamunannya saat Santi duduk di sampingnya. "Kamu ada masalah? Kalau ada cerita aja sama Bunda, mungkin Bunda bisa bantu," ucap Santi lembut.

"Nggak kok, Bun. Raffa cuma capek aja," Raffa menunjukkan senyum palsunya.

"Beneran nggak ada apa-apa?"

Raffa mengangguk mantap. Santi mengelus pipinya sebelum beranjak, "Ya udah, habis ini makan dulu. Udah ditunggu Papa sama Rasya di bawah."

Lagi-lagi Raffa mengangguk. Santi tersenyum tulus dan melangkah menuju pintu. Kurang beberapa sentimeter lagi tangannya sudah memegang kenop pintu, Raffa memanggilnya.

"Bun," lirih Raffa. Santi berbalik dan menatap Raffa dengan penuh tanda tanya.

Sejenak Raffa diam, ia tampak ragu untuk mengatakannya. Namun sepertinya ia harus meminta pendapat sekaligus saran dari bundanya.

"Gimana pendapat Bunda kalau Raffa lagi rasain cinta?" Tanya Raffa dengan malu-malu. Santi terkekeh melihat ekspresi Raffa. Ia kembali duduk di tempatnya semula.

"Bunda seneng kalau Raffa lagi cinta sama seseorang. Asalkan pilihan kamu itu nggak salah," ujar Santi.

"Tapi dia sekarang jauhin Raffa setelah dia tau kalau Raffa cinta sama dia, Bun," ucap Raffa pelan. Nada bicaranya seperti orang yang akan menyerah.

Di saat seperti inilah Santi merasa harus selalu mendampingi Raffa di saat apapun dan kapanpun. Karena sebelumnya putra sulungnya ini belum pernah merasakan jatuh cinta.

"Mungkin dia ada alasan tertentu. Kalau kamu benar-benar cinta sama dia, tentunya kamu nggak akan menyerah gitu aja kan?" Santi mencoba membangkitkan semangat anaknya.

"Nggak, Bun. Raffa akan perjuangin dia semampu Raffa," ucap Raffa penuh percaya diri.

"Gitu dong. Seorang Raffa Arvel Keandra yang Bunda kenal itu nggak gampang nyerah sejak kecil," ucap Santi dengan bangga. Tangannya mengelus pundak Raffa.

Ia kemudian memeluk putra sulungnya dengan penuh kasih. Hanya ia yang hafal betul dengan sifat dan kebiasaan Raffa. Putra sulungnya itu memang terlihat dingin di luar, namun sebenarnya hatinya selembut kapas.

Santi melepaskan pelukannya. Ia menatap mata Raffa dalam, mencari sesuatu di sana. "Bunda boleh tau siapa orang yang udah berhasil menaklukkan hati anak Bunda ini?"

"Raffa rasa Bunda tau orang itu," ucap Raffa penuh percaya diri. Santi tersenyum senang. Ia tahu orang yang dicintai anaknya. Dalam hatinya ia bersyukur anaknya tidak salah memilih tambatan hatinya.

-----

Malam ini Nara mengundang Mila, Fely, dan Tasya untuk datang ke rumahnya. Gadis itu merasa benar-benar ingin mencurahkan isi hatinya pada sahabat-sahabatnya malam ini juga.

NARAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang