2

7.5K 353 6
                                    

"KAK SATYAAA!!" Teriak Nara dari ruang makan.

Ia memanggil Satya yang belum turun juga dari kamarnya. Berkali-kali ia berteriak namun Satya tak kunjung turun juga.

"Ngapain aja sih tuh orang dari tadi nggak kelar-kelar," gerutunya.

Dengan terpaksa ia naik lagi ke lantai dua, menuju kamar Satya. Ia berniat akan mengomeli kakaknya jika sudah menemukannya.

Baru saja ia menapakkan kakinya di lantai dua, munculah Satya dari kamarnya. Satya menunjukkan cengiran khas-nya setelah melihat ekspresi kesal Nara.

"Ngapain aja sih, lo? Lama banget, gue yang cewek aja nggak lama-lama amat," omel Nara.

Satya berjalan menuruni tangga sambil mengusap-usap telinganya. Telinganya serasa berdengung mendengar omelan Nara.

"Udah kesiangan, nih!" Nara masih saja mengomel meskipun mereka sudah duduk di meja makan.

"Iya iya, maaf. Ya udah cepet dimakan habis itu kita berangkat," ucap Satya sambil mencomot roti isinya.

Nara pun juga segera memakan roti yang telah disiapkan Bi Inah, pembantu di rumah mereka.

Satya bangkit dari duduknya, mengambil susunya dan meneguknya sampai tak tersisa. Ia membenarkan letak tasnya dan memanggul tasnya di punggung kirinya.

"Yuk, berangkat!" Ajaknya pada Nara.

"Kuy lah," ucapnya dengan mulut yang penuh dengan roti. Ia meminum susunya dan menyusul Satya yang sudah mendahuluinya.

-----

Satya memarkirkan mobilnya dengan rapi di tempat parkir SMA Vilgold. Ia melepas seatbelt nya dan menginterupsi Nara untuk turun.

Saat mereka berjalan, hampir seluruh murid Vilgold memandangi mereka. Murid-murid perempuan menatap Nara dengan tatapan membunuh.

"Ganjen banget sih tuh cewek, berani-beraninya jalan bareng Satya," kata seorang siswi yang mengenakan pita di rambutnya dan seragam mininya.

"Iya. Dia nggak takut apa kalau kita bully," sahut temannya yang rambutnya bergelombang.

"Kayanya tuh murid baru deh, gue nggak pernah liat," ucap seorang temannya lagi yang berambut lurus.

Nara yang sadar diperhatikan pun menoleh. Ia risih mendapat tatapan tak suka dari ketiga gadis itu.

"Kak Satya," lirih Nara.

Satya yang tengah asik menikmati setiap perjalanannya langkahnya pun menoleh dan mengangkat sebelah alisnya.

"Kok pada natap gue nggak suka gitu ya?" Tanya Nara.

Satya tersenyum, ia paham yang dimaksud oleh Nara. Satya tahu alasannya mengapa para siswi SMA Vilgold menatap Nara tak suka.

"Mereka iri sama lo, Ra," jawabnya singkat.

"Kenapa?" Nara penasaran.

"Nanti juga lo tau sendiri," bisik Satya di telinga Nara.

Jika dilihat dari samping seolah-olah Satya sedang mencium Nara. Sehingga para siswi yang melihatnya semakin geram.

"Kamu masuk aja ke ruang guru itu, cari yang namanya Bu Dina," kata Satya sambil menunjuk sebuah ruangan yang bertuliskan 'Ruang Guru'.

NARAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang