Ketika istirahat tiba Nara memaksa Mila untuk menemaninya mengantarkan seragam Raffa ke kelasnya. Mila mendorong pelan tubuh Nara di depan pintu kelas XI MIPA 1 agar segera masuk ke dalam.
"Jangan dorong-dorong gue!" Omel Nara.
"Lo kelamaan sih," ucap Mila.
"Udah cepet buruan, tinggal masuk aja kok ribet!" Mila mendorong bahu Nara.
"Tinggal masuk pala lu peyang! Liat tuh banyak temen-temen kelasnya," Nara menunjuk ke dalam kelas XI MIPA 1.
Dari tempatnya berdiri, Nara dan Mila dapat melihat Raffa duduk di bangkunya yang ada di samping Satya, Yoga duduk di meja Raffa sambil sesekali bercanda dengan temannya yang lain. Terlihat pula siswa di dalam kelas itu memandanginya bingung.
"Nggak papa, lagian juga ada Kak Satya. Ngapain lo takut?" Tanya Mila.
"Gue nggak takut, gue cum--," ucapan Nara terpotong oleh sebuah suara.
"Ngapain lo di situ, Ra?"
Yoga melontarkan pertanyaannya saat melihat Nara di ambang pintu kelasnya. Satya dan beberapa temannya yang ada di dalam kelas mengikuti arah pandangan Yoga. Mereka semua menatap Nara heran, kecuali Raffa yang masih asyik dengan ponselnya.
"Eh! Emmm an-anu ituu," ucap Nara gugup karena terkejut.
"Kenapa?" Tanya Satya.
"Ngapain lo di sini?!" Bela muncul dari belakang Nara, diikuti oleh Ifa dan Vara.
"Gue ada urusan," jawab Nara datar.
"Urusan ganjen ke kakak kelas? Cuihh," Bela berdecih di akhir kalimatnya.
"Jaga omongan lo!" Balas Mila cepat.
Raffa yang tadinya asyik dengan ponselnya mendongak saat mendengar suara Mila yang cukup keras. Sementara itu Satya memantau Bela yang berulah pada adiknya dari tempat duduknya. Jika Bela sudah keterlaluan maka ia akan bertindak.
"Ngapain lo ikut campur?" Vara mendorong bahu Mila.
"Santai dong, kita kan nggak main tangan," ucap Nara santai.
"Pergi lo! Enek gue liat muka lo yang sok cantik itu!" Usir Bela.
"Dia kan emang cantik, Bel," seloroh Ifa.
Bela dan Vara serempak menatap Ifa tajam. Ifa menunjukkan cengiran kudanya saat tahu dirinya salah bicara.
"Udah buruan pergi! Ganjen banget, dasar cewek murahan!" Kata Bela.
"Jaga ucapan lo!"
Sanggah Satya cepat. Ia berdiri dari tempatnya dan melangkah mendekati mereka. Dari sorot matanya terlihat ia sangat marah. Pria itu menggandeng tangan Nara menuju bangkunya. Sedangkan Mila mengekori mereka dari belakang.
"Nih baju lo!" Nara menyodorkan seragam yang dibawanya pada Raffa dengan kasar.
Raffa menerimanya dan memasukkannya ke dalam tas tanpa berniat mengucapkan apapun. Gadis itu dibuat kesal olehnya.
"Makasih," sindir Nara.
"Oke," jawab Raffa tanpa rasa bersalah.
"Bege banget sih lo! Disindir juga nggak kerasa!" Nara menggeram, membuat Satya dan Yoga terkekeh.
Bela yang melihatnya menjadi iri pada Nara karena ia bisa dengan mudahnya berbincang dan membuat tertawa mereka. Bela menghampiri Nara dan mendorongnya.
Nara hampir saja terjatuh jika Raffa tak sigap menangkapnya. Tangan pria itu menahan pinggang Nara. Mereka terdiam beberapa detik. Setelah tersadar, dengan cepat Nara segera berdiri dan membenarkan posisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAFA
Teen Fiction[SEGERA TERBIT] Ini kisah tentang Kanara, gadis berparas cantik dengan tingkah laku ajaibnya yang bisa membuat siapa saja geleng-geleng kepala. Ini juga kisah tentang Raffa, senior tampan dengan sikap dinginnya yang justru mampu membius kaum hawa. ...