Sebuah headset yang tergeletak di atas meja kecil dengan cepat disambar oleh Nara ketika mendengar teriakan Satya yang memanggil namanya. Ia tahu pasti kalau berteriak seperti ini Satya akan menyuruhnya melakukan sesuatu.
"NARAAA.....!!!"
Cepat-cepat ia segera memasangkan headset ke telinganya dengan asal. Kemudian ia berbaring dengan posisi bantal yang menutupi wajahnya.
"NARAA!! LO BUDEK, YA?"
"AYO KE DOKTER HEWAN BIAR GUE PERIKSAIN,"
"RA! BURUAN BUKA PINTUNYA, CAPEK NIH!"
"BUSET, NIH ANAK KUPINGNYA KAYA KULIT BADAK!"
Satya mengusap wajahnya frustasi menghadapi adik satu-satunya itu. Tangannya iseng-iseng membuka kenop pintu. Ternyata pintu kamar Nara tak dikunci.
Dengan sangat hati-hati Satya masuk ke dalam kamar Nara. Langkah kakinya hampir tak menimbulkan suara. Dilihatnya Nara yang menutupi wajahnya menggunakan bantal.
"BANGUN WOY! KALAU NGGAK BANGUN PACAR LO GUE EMBAT!" Teriak Satya sambil berkacak pinggang. Usahanya tak membuahkan hasil karena Nara tetap tak bergeming.
Daripada ia harus berteriak-teriak dan membuat tekanan darahnya naik, ia segera membuka bantal yang menutupi wajah Nara. Saat melihat mata gadis itu terpejam, Satya tersenyum jahil. Tangannya menutup lubang hidung Nara hingga membuat gadis itu kesulitan bernafas.
"Huahhh!! Lo mau bikin gue mati, ya?!" Semprot Nara sembari menyingkirkan tangan Satya dari hidungnya. Mukanya memerah dan nafasnya terengah-engah.
"Salah sendiri dipanggil-panggil dari tadi nggak nyaut-nyaut," ucap Satya tanpa dosa.
"Nggak liat nih gue pakai apa?" Nara menunjukkan headset yang menempel cantik di telinganya.
Sebelah alis Satya terangkat saat melihat benda itu. Ia menggelengkan kepala heran. Adiknya ini sebenarnya pura-pura bodoh atau memang bodoh?
"Apa yang lo dengerin?" Tanya Satya tenang.
"Musik lah, emang mau dengerin apa lagi?" Tantang Nara. Ia mengubah posisinya menjadi duduk bersila.
"Tolol! Headset lo nggak nyambung ama hp, terus lo dengerin musik dimana?" Satya menunjuk kabel headset yang Nara pakai.
Bola mata Nara mengikuti arah yang ditunjuk Satya. Matanya membulat saat melihat kabel headset-nya yang ternyata lupa ia sambungkan ke ponselnya.
"Bilang aja takut kalau gue suruh-suruh," cibir Satya kesal.
"Kan gue jaga-jaga. Lo tuh kalau nyuruh-nyuruh suka bawel bin ribet, gue kan jadi ogah!" Nara mencebikkan bibirnya. Membuat Satya ingin menguncir mulutnya itu.
"Gue lagi nggak nyuruh lo. Orang gue ke sini cuma mau bilang Raffa di bawah nyariin lo," ucap Satya santai.
"APA?!! KAK RAFFA DI BAWAH?!" Teriak Nara histeris.
Satya yang kesal dengan kelakuan Nara langsung menabok mulut Nara pelan. "Nggak usah pakai teriak-teriak bisa nggak?"
Rahang bawah Nara terjatuh, mulutnya terbuka. Ia menatap Satya dan mengangguk pelan seperti anjing yang patuh dengan perintah majikannya.
Satya mengacak rambut Nara dan berlari keluar sebelum gadis itu sadar dan melahapnya habis-habisan. Di tempatnya duduk, Nara menggelengkan kepala beberapa kali untuk menyesuaikan keadaan.
Matanya menjadi segaris saat sadar Satya sudah tidak ada di kamarnya. Dalam hati ia menyumpahi kakak laknatnya itu. Detik berikutnya ia ingat kalau Raffa ada di bawah, lalu dengan kecepatan super kilat ia segera berlari dan turun ke bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAFA
Teen Fiction[SEGERA TERBIT] Ini kisah tentang Kanara, gadis berparas cantik dengan tingkah laku ajaibnya yang bisa membuat siapa saja geleng-geleng kepala. Ini juga kisah tentang Raffa, senior tampan dengan sikap dinginnya yang justru mampu membius kaum hawa. ...