Semenjak tadi Raffa terus mengawasi Nara. Jika Nara mulai mencabut rumput dengan asal-asalan ia tak segan-segan untuk menegurnya. Namun sepertinya gadis itu tidak bosan terus-menerus mendapat teguran dari Raffa. Seperti sekarang, ia mulai mencabut rumput dengan asal-asalan lagi.
"Masih mending kebo daripada lo," ucap Raffa dingin.
Nara menatap Raffa penuh amarah. Gadis itu tidak terima jika dirinya dibandingkan dengan kerbau. Jelas sangat beda jauh. Terlebih Raffa mengatakan kerbau lebih mending daripada dirinya, membuat ia kini naik pitam. Ia pun berdiri dan menghadap Raffa.
"Iiihhh....!!! Gue gedek banget sama lo. Dari tadi lo ngomelin gue terus, sekarang lo bilang kebo masih mending daripada gue. Dari mananya coba?!" Tukas Nara dengan berkacak pinggang.
"Kebo diperintah tuannya nurut, lo gue bilangin berulang kali tetep nggak nurut," balas Raffa tanpa ekspresi.
"Jelaslah gue nggak nurut, karena lo bukan tuan gue!" Ketus Nara. Ia menunjuk wajah Raffa dan wajahnya secara bergantian.
Tatapan datar yang semula pria itu tunjukkan kini berubah menjadi tatapan tajam yang menghunus siapapun yang menatapnya. Ekspresinya pun lebih dingin dari sebelumnya.
"Gue pembimbing lo dan gue berhak atur lo!"
"Sayangnya gue nggak mau lo bimbing," jawab Nara dengan nada mengejek.
"Oke, silahkan keluar dari regu ini karena regu ini gue yang bimbing dan gue berhak atur ini semua," ucap Raffa penuh penekanan. Tangannya bersidekap sehingga menambah kesan tegasnya.
Teman-teman satu regu Nara terbelalak mendengar ucapan Raffa. Mereka takut jika Nara benar-benar keluar mengingat Nara adalah orang yang nekat. Namun apa daya, mereka hanya dapat melihatnya tanpa bisa melerai keduanya.
Dalam benak mereka masing-masing heran dengan Raffa dan Nara. Semalam mereka sangat akur saat membawakan lagu dari Ali Gatie, namun kini mereka kembali menjadi seperti semula. Kembali menjadi seperti Kucing dan Tikus yang tidak pernah akur.
"Lo nyebelin banget sih! Rasanya pengen gue telen tau nggak?!" Ucap Nara dengan kedua tangannya yang sudah terkepal akibat menahan emosinya.
"Gue jadi kasian sama cewek yang udah ditakdirkan jadi jodoh lo, pasti hidupnya bakal sengsara," tutur Nara asal.
Raffa mengangkat sebelah alisnya. Ia merasa sedikit aneh saat Nara membicarakan tentang jodoh. Pada dasarnya ia tidak suka membahas tentang jodoh, apalagi Nara mengatakan hidup jodohnya akan sengsara.
"Raffa!"
Sebuah suara dapat mengalihkan semua perhatian mereka. Dapat terlihat Satya dan Yoga yang menghampiri Raffa dengan setengah berlari. Rambut mereka berterbangan tertiup angin sehingga menambah pesona mereka dan membuat para siswi terperangah.
"Hp lo gunanya apa sih? Dari tadi ditelfon nggak diangkat-angkat," omel Yoga begitu tiba di hadapan Raffa.
"Gue silent," alibi Raffa.
"Buang aja deh hp lo, nggak ada gunanya juga lo punya hp," ucap Yoga yang masih kesal.
Bukan Raffa namanya jika tidak menghiraukan ocehan Yoga. Ia malah menatap Yoga dengan ekspresi ketidakpeduliannya. Semua ucapan Yoga masuk ke telinga kanan dan keluar dari telinga kiri.
"Udah deh nggak usah ribut, yang lain udah pada nungguin dari tadi," ucap Satya mengingatkan.
"Apa?" Tanya Raffa singkat.
"Ada yang perlu dibahas sebentar. Ayo! Keburu lupa," jawab Satya sekaligus mengajak pergi.
Raffa mengangguk dan melenggang pergi bersama Yoga. Satya yang hendak melakukan hal serupa harus tertunda saat melihat ekspresi Nara yang terlihat kesal. Ia pun memutuskan untuk menghampiri Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAFA
Teen Fiction[SEGERA TERBIT] Ini kisah tentang Kanara, gadis berparas cantik dengan tingkah laku ajaibnya yang bisa membuat siapa saja geleng-geleng kepala. Ini juga kisah tentang Raffa, senior tampan dengan sikap dinginnya yang justru mampu membius kaum hawa. ...