8

5.4K 305 2
                                    

Jadwal pelajaran jam pertama kelas XI MIPA 1 hari ini adalah olahraga. Sebelum bel berbunyi mereka sudah berada di lapangan olahraga.

Raffa, Satya, dan Yoga duduk di pinggir lapangan. Menunggu bel berbunyi sambil mengobrol. Bela dan kedua temannya menghampiri mereka.

"Kita boleh duduk bareng kalian nggak?" Tanya Bela dengan nada centilnya.

Bela mengibaskan rambutnya untuk menarik perhatian Raffa, Satya, dan Yoga. Vara dan Ifa berdiri di samping Bela, mengikuti gaya centil Bela.

"Nggak ada tempat lain?" Tanya Raffa menunjukkan ketidaksukaannya atas kehadiran Bela dan kedua temannya.

"Banyak sih, tapi pengennya duduk di sini," Bela mengucapkan tanpa ragu.

Raffa, Satya, dan Yoga diam. Mereka tak menjawab ucapan Bela. Bela dan kedua temannya langsung duduk di samping Raffa.

"Edo!" Panggil Yoga pada teman sekelasnya yang berkacamata tebal dan berambut klimis.

Yoga melambaikan tangannya. Edo segera menghampirinya. Raffa menggeser duduknya lebih mendekat ke Satya. Melebarkan jarak antara dirinya dengan Bela.

"Duduk sini, Do," perintah Raffa setelah Edo datang.

Edo dengan senang hati duduk di samping Raffa karena dekat dengan Bela. Bela dan kedua temannya terkejut, mereka langsung berdiri dengan tatapan jijiknya yang ditujukan pada Edo.

"Lo ngapain sih pakai ke sini segala!" Bentak Ifa.

"Edo kan diminta Raffa duduk di sini," jawab Edo sambil menundukkan kepalanya, takut pada Bela dan kedua temannya.

"Kok kalian nggak jadi duduk, katanya mau duduk di sini," kata Satya lembut, yang sebenarnya mengejek Bela dan kedua temannya.

"Ya tapi nggak usah ajak makhluk satu ini juga," ucap Bela menunjuk Edo.

"Edo juga manusia, sama kaya kalian. Atau jangan-jangan kalian bukan manusia?" Ucap Yoga.

Bela mendengus sebal. Ia pergi menjauh dari tempat itu. Vara dan Ifa menghentakkan kakinya di depan Edo sebelum berlari menyusul Bela.

Sejurus kemudian Raffa, Satya, dan Yoga tertawa puas. Mereka berhasil membuat Bela pergi.

Semua murid kelas X MIPA 2 yang menyaksikan kejadian itu dari dalam kelas mereka tertawa lepas. Mereka menertawakan Bela dan kedua temannya yang tidak tahu malu mendekati most wanted boys Vilgold meskipun selalu ditolak.

Sedari tadi mereka memperhatikannya dari jendela kelas. Ruang kelas X MIPA 2 terletak di samping lapangan olahraga. Jadi mereka dengan mudah dapat melihat kegiatan yang ada di lapangan olahraga.

"Kak Bela sama temen-temennya suka sama mereka?" Tanya Nara pada teman-teman kelasnya yang sedang menggerombol di mejanya.

"Iya, dari dulu Kak Bela ngejar-ngejar mereka terus.  Kak Bela suka semuanya, nggak cuma satu. Tapi dia paling protektif sama Kak Raffa" jelas Tasya, teman sekelas Nara.

"Semuanya diembat sama dia. Kalau ada yang deket sama mereka pasti Kak Bela bakal bully orang itu habis-habisan," tambah Siska.

"Di sekolah ini emang banyak yang suka sama mereka?" Tanya Nara.

"Nggak cuma banyak, hampir semua," ralat Mila.

"Sampai segitunya? mereka sebenernya siapa?" Nara bingung dengan yang dikatakan teman-temannya.

Mereka semua mendelik kaget. Tidak percaya bahwa Nara tidak mengetahui siapa sebenarnya Raffa, Satya, dan Yoga di SMA Vilgold.

"Lo bener-bener nggak tau, Ra?" Mila ingin memastikan.

Nara menganggukkan kepalanya, bingung dengan ekspresi teman-temannya.

"Mereka itu most wanted boys Vilgold. Gantengnya mereka itu udah kaya oppa-oppa Korea, kepintarannya udah nggak diragukan, dan satu lagi," Tasya menjeda kalimatnya.

"Mereka anak-anak pengusaha kaya raya," lanjut Siska.

"Kalian suka?" Tanya Nara penasaran.

"Gimana kita nggak suka sama mereka, orang paket komplit gitu," ucap Fely.

"Gue sih naksirnya cuma sama seorang Raffa Arvel Keandra. Tapi sayangnya dia orangnya cuek, dingin gitu," Siska yang tadinya berbicara dengan semangat berubah menjadi lesu saat mengucapkan kata 'cuek'.

Sebelah alis Nara terangkat, jijik saat mendengar ucapan Siska. Bagaimana bisa seorang cowok aneh banyak yang menyukainya, pikirnya.

"Mending juga suka sama Yoga Abi Pratama yang humoris, tapi kalau ngomong suka nggak disaring," Tasya mengucapkan pendapatnya tentang Yoga. Nara jadi tersenyum geli mengingat kelakuan Yoga.

"Lo nggak naksir sama mereka, Fel?" Tanya Nara pada Fely yang diam di sampingnya.

"Kalau gue sukanya sama Kak Satya dong. Kelakuannya manis banget, tapi kadang suka cuek," ucapnya dengan menggebu-gebu dan mata berbinar.

"Gila! Lo ngomong gitu sama adiknya sendiri," celetuk Mila.

Semua yang sedang bergerombol di meja Nara menengok ke arah Mila. Tidak mengerti dengan arah ucapan Mila.

"Siapa adiknya Kak Satya?" Tanya Siska tidak sabaran.

"Nara tuh adiknya Kak Satya, bege! Orang nama sama mukanya aja hampir mirip gitu," ucap Mila kesal karena teman-temannya tak kunjung paham.

Tasya segera mengambil buku catatan Nara yang ada di atas meja dan membacanya namanya.

"Kanara Zefanya Aditama," lirihnya saat mebaca nama Nara yang tertera di buku catatannya.

"Kalau itu Kasatya Zeidan Aditama. Lah iya hampir sama!" Seru Siska sambil menunjuk Satya.

"Jadi lo adiknya Kak Satya, Ra?!" Tanya Fely heboh.

Nara menganggukkan kepalanya. Ia ragu dengan yang baru saja dilakukannya. Ia takut berita ini akan menyebar

"Lo adiknya Kak Satya?" Tanya Siska.

Nara kembali menganggukkan kepalanya.

"Gue minta kalian jangan bilang ke siapa pun kalau gue ini adiknya Kak Satya, ya," pinta Nara dengan serius.

Tasya, Siska, Fely, dan Mila menatap Nara heran. Menurutnya permintaan Nara itu tidak logis.

"Kenapa, Ra?" Tanya Tasya mewakili yang lainnya.

"Gue nggak mau diperlakuin beda atau gue jadi famous cuma gara-gara gue adiknya most wanted boy Vilgold," jelas Nara.

Mereka semua yang mendengarnya dibuat kaget. Ia tak percaya dengan pola pemikiran Nara. Di saat semua orang ingin famous dan dekat dengan most wanted, dia malah berpikir sebaliknya.

"Gila! Gue salut sama lo, Ra. Padahal bisa aja lo numpang famous lewat Kak Satya," Fely terang-terangan menunjukkan kekagumannya pada Nara.

"Percuma gue famous tapi karena kakak gue, bukan karena prestasi gue. Nggak ada gunanya," jawabnya tanpa beban.

"Wagelaseh," ucap Siska terperangah.

"Ini nih baru yang namanya sahabat gue," Mila menyombongkan dirinya. Nara menatap tingkah Mila dengan jengah.

-----

NARAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang