34

3.7K 215 5
                                    

Nara menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya semalaman. Ia duduk dan kemudian meregangkan tubuhnya yang serasa remuk karena tidur di tenda. Ia mengucek matanya agar terbuka sempurna. Dilihatnya kelima temannya yang masih bergelut dengan mimpinya masing-masingnya.

Gadis itu menggelengkan kepalanya. Entah sampai jam berapa kegiatan begadang kelima temannya itu berlangsung. Nara memilih diam di tempatnya, takut jika membangunkan temannya yang terlihat sangat lelah. Namun setelah itu terdengar suara kentongan yang dipukul.

Tok....tok....tok.....

"AYO BANGUN....!!! BANGUN....!!! SEKARANG UDAH SIANG DAN KALIAN HARUS LANJUTKAN KEGIATAN KALIAN!"

Benar dugaan Nara semalam, pasti pagi-pagi buta para Bantara dan pengurus OSIS akan mengoprak-oprak mereka hingga mereka bangun. Kini ia hanya bisa berdecak melihat teman-temannya yang tak kunjung bangun.

Semakin lama bunyi kentongan semakin nyaring hingga membuat telinganya berdengung. Teman-teman satu regu Nara mulai bergerak karena terganggu dengan suara kentongan yang sekarang sangat nyaring itu.

"BANGUN....! JANGAN MALAS-MALASAN. SEBENTAR LAGI KEGIATAN AKAN SEGERA DIMULAI!"

Lagi-lagi terdengar peringatan dari sebuah suara orang yang sama dengan peringatan pertama. Namun kini suara itu terdengar lebih pelan dari sebelumnya karena suara kentongan yang mengalahkannya.

"Duh! Apaan sih, Ra? Semalem lo tidur kita nggak ganggu dan sekarang giliran kita tidur malah lo ganggu," protes Mila pada Nara.

"Idih, malah nyalahin gue. Ya kali gue bawa kentongan," tukas Nara yang merasa kesal disalahkan oleh Mila.

"Ya terus siapa lagi kalau bukan lo? Orang cuma lo doang yang melek," ucap Mila.

"KAMI TUNGGU SAMPAI 5 MENIT. KALAU SETELAH 5 MENIT KALIAN TIDAK BERKUMPUL DI LAPANGAN, JANGAN SALAHKAN KAMI KALAU KALIAN DAPAT HUKUMAN!"

Suara itu lagi. Suara itu berhasil membuat kelima orang yang menyalahkan Nara membuka matanya sempurna. Dengan tergesa-gesa mereka bangkit dan segera memakai sepatu masing-masing.

Nara tersenyum geli melihat teman-temannya. Kini dia duduk santai karena sepatunya telah ia pakai. "Makanya jangan ngeyel, gue bilang apa coba tadi malem?"

"Kita kan nggak tau, Ra," protes Sekar.

"Ngeyelan sih. Tuh mata kalian udah kaya mata panda," Nara menunjuk mata mereka satu persatu.

"OH MY GOD!! BENERAN, RA?!" Tanya Sekar histeris.

"Udah-udah lebay-nya dipending dulu. Buruan ke lapangan sebelum kita dihukum," kata Mila.

Mereka semua mengangguk dan segera berlari menuju lapangan. Sesekali mereka terdorong dan tersenggol bahu siswa lain karena mereka juga terburu-buru, seperti sedang menghindar dari tsunami.

-----

Tubuh Nara dipenuhi keringat setelah kegiatan senam pagi yang cukup melelahkan. Pakaiannya pun juga basah dan kusut. Ingin rasanya ia mandi atau paling tidak berganti pakaian, namun Bantara melarang mereka hanya dengan alasan pramuka tidak takut kotor.

Nara menyenderkan kepalanya dibahu Mila yang kebetulan duduk di sampingnya. Tangannya bergerak mengusap keringat di keningnya. Tanpa merasa bersalah kini seluruh beban tubuhnya ia tumpukan pada Mila, membuat gadis itu sedikit kerepotan saat merebus mie instan.

"Lo aja deh yang masak, ribet tau kalau lo nyender-nyender gini," ketus Mila. Bahunya ia hentakkan agar Nara menyingkirkan kepalanya.

NARAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang