24

4.2K 228 7
                                    

Nara dan Mila berdiri di depan mobil Satya. Mereka menunggu Satya yang tak kunjung datang. Lebih tepatnya Nara yang menunggu Satya, karena Mila dipaksa Nara untuk menemaninya menunggu Satya.

"Lama amat sih, Ra," keluh Mila. Ia mengusap keringat di dahinya karena memang matahari sedang sangat terik.

"Bentar lagi Kak Satya dateng kok," ucap Nara.

"Dari tadi lo bilang bentar lagi terus, habis ini kalau Kak Satya belum dateng paling lo juga bakal bilang bentar lagi, kan?"

"Please, Mil. Bentaran doang," Nara mengeluarkan jurus andalannya, yaitu dengan menunjukkan puppy eyes-nya.

Mila sudah hafal dengan kelakuan Nara. Gadis itu selalu mengeluarkan jurus andalannya untuk membuat lawan bicaranya menurutinya.

Mila melangkah pergi. Dengan cepat Nara menghalangi jalannya dan merentangkan tangannya. Namun tangannya itu tak sengaja memukul perut seorang siswa hingga meringis.

"Upss....."

Nara menutup mulut dengan kedua tangannya. Matanya membulat sempurna. Begitupun dengan Mila yang menyaksikan kejadian itu. Gadis itu membuka mulutnya lebar-lebar.

"Bego!" Umpat siswa itu sambil memegangi perutnya.

"Maaf gue nggak sengaja," ucap Nara tulus.

"Lo kenapa sih suka ngajak ribut gue?" Tanya siswa itu dengan tatapan matanya yang setajam mata elang.

Nara meremas jarinya kuat-kuat. Gadis itu menahan emosinya. Ia sudah meminta maaf dengan tulus namun siswa itu masih tidak terima.

"Gue nggak tau kalau lo lewat. Kalau gue tau lo lewat tangan gue nggak bakal ngenain lo," ucap Nara dengan mukanya yang memerah menahan emosi.

"Makanya kalau punya mata dipakai!"

"Kok lo nyolot, sih?!" Nara mulai tersulut emosi.

Dengan santainya siswa itu mengabaikan ucapan Nara dan meninggalkannya. Siswa itu melangkah menuju mobilnya yang terparkir di samping mobil Satya.

"Udah lah, Ra. Biarin aja, nggak usah diperpanjang,"

Mila yang dari tadi terdiam melihat perdebatan Nara dengan siswa itu akhirnya angkat suara. Ia menahan Nara yang hendak menyusul siswa itu.

"Nggak bisa dibiarin dong, Mil. Gue udah minta maaf dengan tulus, tapi apa balasan dia?" Nara menunjuk siswa itu.

"Yang penting lo udah minta maaf, dia mau maafin atau enggak itu urusan dia," ucap Mila untuk menenangkan Nara.

Nara menyilangkan tangannya di depan dada dan menyenderkan tubuhnya di mobil Satya. Sudut bibirnya terangkat sebelah. Ia teringat akan sesuatu.

"Gue inget kemaren ada yang janji sama gue mau bantu ngerjain makalah biologi gue, tapi kayanya lupa sama janjinya, Mil."

Nara berbicara dengan Mila namun pandangan matanya terarah pada siswa itu. Gadis itu memang bermaksud menyindirnya. Siswa yang disindirnya itu sama sekali tak menggubrisnya.

"Hah?" Tanya Mila bingung, ia tidak mengerti arah pembicaraan Nara.

"Pura-pura lupa kali ya, Mil. Emang dasar muka tembok, suka ingkar janji!" Sindir Nara pedas.

Ya, siswa itu adalah Raffa. Awalnya memang ia diam, namun saat mendengar sindiran pedas Nara rahangnya mengeras. Raffa berbalik dan melangkah menuju tempat Nara berdiri. Kening Nara berkerut melihat Raffa yang mendekatinya. Pria itu mencekal tangan Nara dengan kuat dan menariknya menuju mobilnya.

"Lepasin! Lo mau apa, sih?"

Nara memberontak, namun cekalan tangan Raffa semakin kuat. Ia baru melepaskannya saat sampai di samping mobilnya.

NARAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang