44

3.4K 216 29
                                    

Saat istirahat kelas XI MIPA 1 hanya dihuni oleh tiga orang siswa, yaitu Raffa, Satya, dan Yoga. Mereka terlalu malas untuk pergi ke kantin yang jaraknya lumayan jauh dari kelasnya sehingga memilih menetap di kelas.

"Dia mulai lagi," ucap Raffa tiba-tiba.

Satya dan Yoga kompak menghadap Raffa. Sepertinya Raffa sedang serius karena tidak biasanya ia mulai pembicaraan lebih dulu. Jika ia memulai pembicaraan lebih dulu berarti ada hal serius yang akan ia sampaikan.

"Dia siapa?" Satya menaikkan sebelah alisnya.

"Kevin," jawab Raffa datar. Matanya terlihat berkilat.

Satya dan Yoga berhasil dibuat bungkam seribu bahasa hanya dengan nama itu disebut. Nama yang sudah lama mulai mereka lupakan kini harus teringat lagi di memori mereka.

Sama seperti halnya dengan Raffa, kini Satya dan Yoga berubah menjadi serius. Ini pembicaraan yang cukup sensitif bagi mereka karena mereka tak mau hal itu terulang lagi.

"Dia nemuin lo?" Tanya Satya. Raffa mengangguk mantap.

"Nggak ada malu-malunya ya tuh anak. Emang dia ngapain nemuin lo?" Yoga menatap Raffa serius.

Raffa mengedikkan bahunya. Bukan untuk menjawab tidak ada apa-apa, melainkan ia bingung harus mengatakan yang sejujurnya atau tidak.

Ia tidak mungkin berterus terang. Raffa belum siap untuk mengatakan pada kedua sahabatnya itu. Namun jika ia sudah siap pun ia tak tahu harus memulai dari mana.

"Mungkin dia bakal manfaatin orang yang berdampak bagi gue dan Satya buat hancurin kita," kalimat itu terucap begitu saja dari bibir Raffa.

"Bentar, orang yang lo maksud di sini siapa?" Tanya Satya.

"Ngomongnya jangan setengah-setengah, kita penasaran nih!" Protes Yoga.

Satya dan Yoga sama-sama gemas dengan Raffa yang mengatakannya setengah-setengah, seperti kisi-kisi ujian dari guru.

"Buat lo, Sat. Lo harus jaga orang yang paling lo sayang," Raffa menghela nafas pelan. "Buat gue."

Shit. Satya dan Yoga semakin bingung dengan arah pembicaraan Raffa. Satya harus menjaga orang yang paling ia sayang untuk Raffa. Apa maksudnya?

"Orang yang paling gue sayang?" Tanya Satya, Raffa mengangguk. "Buat lo?" Lagi-lagi Raffa menganggukinya.

"Gue nggak paham," beo Yoga.

Raffa berdecak kesal. Sepertinya mereka tak akan paham apa yang ia bicarakan. Jalan satu-satunya sekarang ia harus berbicara terus terang.

"Jaga Nara buat gue,"

Jeduar

Bagaikan tersambar petir di siang bolong, Satya dan Yoga sangat terkejut dengan kalimat yang keluar dari bibir Raffa.

Ini seperti mimpi bagi mereka. Raffa yang mereka kenal sebagai pria yang tak suka melirik kaum Hawa kini sepertinya sedang jatuh cinta pada Nara.

"A-apa? G-gue nggak salah d-denger, kan?" Tanya Satya terbata-bata.

"Lo nggak lagi mabuk kan, Raf?" Yoga memegang kedua pipi Raffa. Dengan cepat pria itu menyingkirkan tangan Yoga dari kedua pipinya.

"Nggak ada yang salah di sini," ucap Raffa santai.

"Jadi maksud lo, lo cinta sama adik gue? Lo cinta sama Nara? Iya, Raf?" Tanya Satya bertubi-tubi.

Raffa mengedikkan bahunya acuh. Satya dan Yoga tahu kalau itu jawaban iya dari Raffa, hanya saja pria itu gengsi untuk mengatakannya secara langsung.

NARAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang