Seorang pria dengan tubuh tegap menghampiri tenda regu Nara. Ia bergabung dengan regu Nara yang sedang bersenda gurau di depan tenda. Terlihat dari raut wajah mereka yang tersirat bahwa mereka tidak keberatan dengan kehadiran pria itu.
"Gue boleh gabung kan?" Tanya Deva.
"Eh! iya silahkan. Apa sih yang nggak boleh buat cowok ganteng kaya lo?" ucap Sekar dengan genitnya. "Sini duduk sama gue," gadis itu mengedipkan matanya berkali-kali pada Deva yang membuat pria itu sedikit ngeri.
Deva tersenyum canggung dan memilih duduk di samping Nara. Pria itu tampak tidak begitu tertarik pada tawaran Sekar. Gadis itu mengerucutkan bibirnya saat melihat Deva malah mendekati Nara yang sama sekali tak menggubris Deva.
"Kok malah duduk sama Nara sih? Kan yang nawarin duduk gue, bukan Nara!" Ucap Sekar.
"Yeuuu.... Modus lo kutil!" Sahut Mila tajam.
Teman-teman satu regunya menertawakan tingkah Sekar. Gadis itu pun sekarang menyedekapkan tangannya dan memanyunkan bibirnya. Jelas ia cemburu pada Nara, karena ia adalah salah satu siswi yang tergila-gila pada ketua kelas X MIPA 2 itu.
"Regu lo mau mentasin apa, Ra?" Tanya Deva pada gadis di sampingnya itu.
"Mentasin apa?" Tanya Nara balik. Terlihat beberapa kerutan tercetak di kening gadis itu.
"Buat api unggun nanti malem," jawab Deva.
Mila mematung saat mendengar jawaban Deva. Saat siang tadi ia menjadi perwakilan dari regunya untuk berkumpul dan diberi pengumuman. Bantara memberikan tugas untuk setiap regu menyiapkan apa yang akan dipentaskan saat api unggun nanti malam.
Sekarang sudah sore dan Mila lupa belum memberi tahu regunya. Gadis itu bingung bagaimana akan memberitahu teman-temannya. Jelas ia akan disalahkan oleh regunya karena mereka pasti tidak akan memiliki waktu yang cukup untuk persiapan.
"Kok gue nggak tau?" Tanya Nara heran.
"Emm... Gue lupa ngasih tau kalian," ucap Mila sembari memainkan kakinya.
Semua pasang mata tertuju padanya. Mereka semua menatapnya tajam. Kini Mila pun hanya bisa menundukkan kepala. Ia sadar bahwa ini adalah kesalahannya.
"Lo gimana sih, Mil? Kalau gini kan kita jadi nggak punya waktu buat persiapan. Terus nanti malem kita nggak bakal nampilin apapun gitu?" Oceh Arin panjang lebar. Terlihat jelas gadis itu kesal dan menyalahkan Mila.
"Udah jangan nyalahin Mila. Harusnya lo sadar setiap orang punya kesalahan, lo pun juga pasti nggak luput dari kesalahan," sahut Nara santai. Namun sepertinya ucapan gadis itu sedikit menyinggung perasaan Arin.
"Ya udah! Nanti kita mau nampilin apa?" Tanya Arin sewot.
Mereka semua merenung. Hanyut dalam pikiran mereka masing-masing. Deva yang notabene bukan anggota regu mereka ikut berpikir. Ia menyunggingkan senyumnya setelah menemukan sebuah ide.
"Suara Nara kan bagus, gimana kalau Nara nyanyi sambil main gitar aja?" Usulnya.
Mereka semua mendongak, tertarik dengan usulan Deva. Tidak ada salahnya mereka mencoba usulan Deva, karena suara Nara memang bisa dibilang merdu meskipun tak semerdu Halsey.
"Boleh juga tuh, Ra. Lo mau kan nanti malem nyanyi?" Tanya Jesi dengan penuh harap.
"Gue bisa sih, tapi..." Nara menggantungkan kalimatnya.
"Nggak usah pakai tapi-tapian, Ra. Lo pasti bisa!" Jesi mengepalkan kedua tangannya dan mengangkatnya, memberikan semangat pada Nara.
"Tapi gue nggak lancar mainin gitar," lanjut Nara lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
NARAFA
Teen Fiction[SEGERA TERBIT] Ini kisah tentang Kanara, gadis berparas cantik dengan tingkah laku ajaibnya yang bisa membuat siapa saja geleng-geleng kepala. Ini juga kisah tentang Raffa, senior tampan dengan sikap dinginnya yang justru mampu membius kaum hawa. ...